*Jo Chika
“Hey.. hey..” samar-samar terdengar suara seorang namja.
Aku membuka mataku dan mendapati Moonbin menatapku. Ya ampun Binnie! Apakah aku bermimpi? Jika iya aku tidak ingin bangun.
“Heyy.. sadarlah, hpmu bergetar daritadi dan ini.. dari Dojoon-ssi.” kata Moonbin sambil melihat ke layar hpku. Seketika itu juga mataku terbuka lebar dan aku langsung merebut hpku dari tangan Moonbin.
“HYUUUNNGG!!! Hyung ada dimana sekarang?? Kenapa kemarin teleponnya terputus.. aku khawatir tauu...” teriakku dengan suara yang tidak terlalu keras.
“Maaf saeng.. sekarang hyung ada di mobil bersama member Gfriend.. bagaimana keadaan disana??” tanya hyung dari ujung telpon.
“Kami terpisah... saeng, Moonbin dan Sanha sekarang ada di Fantagio.. sedangkan Minhwa bersama mereka yang lain ada di Bighit entertaiment..”
“Baiklah... tapi saeng.. bolehkah hyung bicara dengan Moonbin sebentar?”
“Hmmm,, baiklah tunggu yahh...” kataku lalu memberikan hpku tepat di depan wajah Moonbin yang sedang duduk di sofa tempatku tidur tadi sambil memberikan isyarat agar dia mengambil hp itu.
“Haloo.. ada apa Dojoon-ssi??” kata Moonbin setelah mengambil hp dari tanganku.
Saat Moonbin sedang sibuk dengan telpon dari Dojoon hyung aku pergi ke arah Sanha yang masih tertidur di sofa panjang di seberang tempat aku berdiri.
“Sanha-ya.. bangun.. Sanha-ya..” kataku sambil mencoba membangunkan Sanha. Tidak perlu menunggu lama, perlahan Sanha membuka matanya.
“Ada apa noona?” kata Sanha sambil duduk di sofa dan mengucak-ngucak pelan matanya.
“Bantu aku mencari sesuatu yang bisa dipakai jadi senjata untuk berjaga-jaga jika.. tiba-tiba terjadi sesuatu.” kataku dengan feeling yang tidak enak sambil melirik dinding kaca dengan banyak zombie dibalik dinding itu.
Sanha mengangguk lalu berdiri dan langsung menuju ke meja kerja direktur.
Saat aku akan menuju ke arah rak buku tiba-tiba saja Moonbin menahan kepalaku dengan tangan kirinya dari belakang lalu memberikan hpku.
Aku menoleh ke belakang sambil mendongak dan menatapnya dengan tatapan kesal lalu mengambil hpku.
“Yeobosaeyo hyung.. ada apa??”
“Saeeng.. Moonbin akan mengantar saeng untuk menjemput Cella.. setelah itu kita akan bertemu di rumah sakit..” kata hyung.
“Baiklah hyung.. kami pasti kesana.. jangan khawatir... tapi,, kau ingin kerumah rumah sakit?? Siapa yang saki~~~~~ PPRAAAAANNKKKKK!!!!”
“Oh no! This is so bad!” gumamku dalam hati panik setelah melihat dinding kaca yang tiba-tiba pecah.
Secara otomatis aku melangkah mundur.
“Owh tidak... mereka berhasil masuk,, banyak sekalii... hyuun—” aku langsung menekan tombol lock di hpku lalu memasukkannya ke dalam saku celanaku kemudian menatap Moonbin dan Sanha.
Mereka berdua terlihat pucat saat melihat begitu banyak zombie yang masuk ke dalam ruangan ini.
Kupikir kami akan aman disini ternyata tidak! Aku dan Moonbin terus mundur sampai tubuh kami menabrak rak buku yang berada di belakang kami.
Zombie-zombie itu semakin mendekat hanya saja mereka masih tidak tau jika kami berada di dalam ruangan ini.
“Sanha-ya, apa kau menemukan senjata?” bisikku menatap Sanha yang berada di meja kerja yang tak jauh dari tempat aku dan Moonbin berdiri.
“Tunggu sebentar noona, aku belum menemukan apapun.” bisiknya lalu menunduk ke bawah meja.
Hmm.. biasanya kalau di film-film, di ruangan kerja direktur seperti ini pasti ada ruangan rahasia. Kalau memang ada, pasti ada tombol atau sesuatu yang bisa membuka ruangan rahasia itu.
“Sanha-ya, ada tombol atau apapun yang bisa di tarik dan terlihat mencurigakan disitu?” bisikku.
“Biar kucari dulu noona.” bisik Sanha.
“Hey.. apa yang kau cari?” bisik Moonbin menatapku bingung.
“Sebuah ruangan rahasia, biasanya di film-film diruangan seperti ini selalu ada ruangan rahasia.” bisikku sambil mencari-cari sesuatu di rak buku di belakang kami.
Dari sudut mataku aku bisa melihat Moonbin memegang kepalanya dengan tangan kanan sambil menggeleng-geleng kepalanya menatapku.
“Kenapa?” tanyaku bingung tanpa suara.
“Dasar! Itu kan hanya sebuah film.” bisik Moonbin sambil menjitak kepalaku. Aku langsung melemparkan tatapan kesalku.
"Ishhii, dia memang biasku tapi kadang dia juga menyebalkan, dan kalau bukan sedang dalam keadaan seperti ini, aku pasti sudah memukulnya. Tapi.. jujur saja aku juga tidak tega memukulnya." Gumamku dalam hati.
“Hmm? buku ini.. mungkinkah?” gumamku pelan lalu menarik buku bercorak biru dongker yang tidak terlalu mencolok di antara buku-buku dengan warna sejenis hanya saja simbol di buku ini terlihat sedikit lebih unik di banding buku-buku lainnya.
Setelah aku menarik bagian atas buku tersebut perlahan rak buku di depan kami terbelah dua dan menampakkan begitu banyak senjata dari pistol, shotgun, pisau dan jenis-jenis alat penembak yang aku tak tau apa namanya dan ada juga berbagai jenis amunisi yang tergantung di balik rak buku itu.
"Heol~" bisa kurasakan sekarang mulutku pasti terbuka lebar. Oke, ini bukan saatnya untuk bengong.
Baru saja aku mau mengatakan sesuatu pada Moonbin. Tiba-tiba saja ia sudah mengambil pistol, mengisinya dengan peluru lalu memasang peredam suara di ujung pistol tersebut dan memberikannya padaku.
“Terimakasih..” kataku lalu mengambil pistol tersebut.
“Sanh-” “Noona! Bin hyung!” kata-kataku terhenti saat melihat Sanha dengan kaki kirinya yang ditarik oleh salah satu zombie pria, dan karena teriakkannya zombie-zombie yang lain pun berjalan ke arahnya.
“A-apa yang harus kulakukan??” kataku panik.
“Menembak para zombie itu dan menyelamatkan Sanha, jangan panik!” kata Moonbin di sampingku yang sudah mengarahkan pistol dengan peredam suara ke arah zombie pria yang menarik kaki Sanha.
Benar! Bukan saatnya untuk panik.
Dengan cepat aku mengarahkan pistolku ke arah zombie-zombie yang mendekat ke arah Sanha.
“Semoga saja tidak meleset.” gumamku dalam hati lalu mulai menembak satu per satu zombie yang mendekat ke arah Sanha.
“Ishh.. 3 meleset!” gumamku lalu mencoba membidik kepala salah satu zombie wanita yang berada tak jauh dari Sanha.
Ctak!
Aeyy.. pelurunya habis. Aku melihat Sanha yang akhirnya terlepas dari zombie pria yang menahan kakinya.
Setelah terlepas dari zombie pria itu Sanha langsung berlari dan bergabung dengan kami, ia menggunakan senapan dengan peredam suara diujung senapan tersebut.
Saat aku mau mengambil amunisi untuk pistolku, aku melihat Moonbin juga menggunakan senapan yang sama dengan Sanha.
“Hey hey.. kalian berdua curang tau, senjata kalian lebih keren!” kataku kesal menatap mereka berdua.
“Kalau kau mau, ganti saja pistolmu dengan senapan juga.” kata Moonbin lalu melanjutkan tembakannya.
Aku mengambil senapan yang sama dengan mereka berdua. Dan.. aku tak menyangka jika senapan ini berat. Lalu aku mencoba mengarahkan senapan tersebut ke sekelompok zombie yang berada di koridor depan kaca dinding yang sudah pecah.
Dalam beberapa detik semua zombie di sana mati.
“Wow.. senjata ini keren, hanya saja terlalu berat untukku.” gumamku dalam hati lalu mengambil kembali pistol ku, kemudian mengisinya dengan peluru lalu menghabisi semua zombie yang datang mendekat.
Beberapa menit kemudian, sudah tak ada zombie lagi yang datang.
“Huft~ ini melelahkan dan ini membuatku semakin lapar.” kataku terduduk di lantai dengan tangan kiriku yang memijit-mijit pundak dan lengan kananku.
“Haaah.. Apa diruangan ini tidak ada makanan?” kata Sanha yang juga kelihatan kelelahan dan kelaparan.
Aku mengamati ruangan kerja ini sekali lagi, siapa tau menemukan sesuatu.
“Disini.. ada makanan dan minuman yang kira-kira cukup untuk kita.” kata Moonbin yang tiba-tiba sudah berada di depan sebuah berankas hitam kecil di dekat meja kerja.
“Ehh? Bagaimana kau membuka berankas itu??” kataku sambil memiringkan kepalaku sedikit ke samping menatap Moonbin bingung.
“Haahh..” Moonbin menggeleng kepalanya. “Ini bukan berankas tapi tempat penyimpanan makanan Chika~” kata Moonbin.
Oke! Ini menyebalkan karena aku tertipu dengan benda itu.
Lalu aku dan Sanha pun segera mengambil makanan dan minuman yang ada di dalam tempat penyimpanan itu lalu memakannya dengan lahap.
Setelah kami semua selesai makan, aku mengambil tas besar yang berada di rak tersebut lalu mengisi semua senjata dan amunisi ke dalamnya.
“Biar kubantu noona.” kata Sanha yang mengambil 1 tas lagi yang berada di rak itu lalu membantuku memasukkan senjata-senjata dan amunisi ke dalamnya.
Moonbin mengambil sesuatu yang diikat dipinggangnya lalu memasukan pisau, pistol dan beberapa amunisi di masing-masing kantong yang berada diikat pinggang tersebut.
Sanha juga melakukan hal yang sama.
Aku hanya menatap mereka berdua bingung. Mereka kan belum ikut wajib militer.. tapi kenapa bisa tau semua itu??
“Kenapa noona?” tanya Sanha yang menyadari tatapan bingungku.
“Eoh? Em.. aku penasaran kenapa kalian berdua tau gunanya benda-benda itu.” kataku sambil menunjuk benda itu.
“Oh itu, karena.. kami sering sekali memainkan game tembak-tembakan jadi kami sudah tau gunanya semua benda dan senjata ini.” jelas Sanha sambil tersenyum.
Ahh~ pantas saja. Aku sih walaupun selalu memaikannya tapi aku tak pernah mengingat semuanya dengan benar. Dasar ingatanku!
“Noona mau kubantu memakai ini?” kata Sanha sambil meyodorkan benda yang akan diikat di pinggang itu.
“Baiklah, tolong yah Sanha.” kataku sambil tersenyum.
Baru saja Sanha mau memakaikan benda itu padaku tiba-tiba saja Moonbin merebutnya dari Sanha.
“Biar aku saja yang memakaikannya, kau kemasi saja barang-barang itu.” kata Moonbin lalu memasangkan benda tersebut ke pinggangku.
“Terimakasih binnie eh maksudku Moonbin..ssi? Ahh ini sulit.. aku tidak terbiasa memanggilmu dengan embel-embel -ssi di belakangnya.” kataku sambil memegang kepalaku.
“Terserah kau mau memanggilku apa.” kata Moonbin tersenyum sambil menepuk pelan kepalaku.
Mendadak saja dia jadi baik! Apa ini pertanda baik atau buruk??
“Oya.. kenapa kaca dinding itu bisa pecah?” tanya Moonbin setelah selesai memasangkan benda itu dipinggangku.
Benar juga, kenapa kaca itu bisa pecah? Padahal zombie-zombie di luar sana tidak ada yang menabrak-nabrak dinding kaca itu.
“Hmm.. maaf..” “siapa disana?” kata Moonbin setelah kami mendengar suara seseorang.
Tiba-tiba ada seorang namja yang keluar dari balik pintu dan berdiri di depan dinding kaca yang sudah pecah.
Kami bertiga mengarahkan pistol kami ke arah orang itu. Aku menatap orang itu.
Aku tidak mimpi kan?? Ada apa ini? Kenapa orang itu bisa sampai disini??
“M-mark?” kataku dengan mata terbuka lebar menatap Mark yang berdiri disana.
“Ahh.. kau mengenaliku?” kata Mark menatapku, ia menggunakan pakaian serba hitam dan menggunakan topi hitam.
Aku menggangguk mengiyakan.
“Mark? Got7?” tanya Moonbin menatapku.
Sekali lagi aku mengangguk mengiyakan.
“Mark oppa, kemarilah jangan berdiri disitu saja.” kataku, lalu Mark oppa berjalan ke arah kami.
“Hmm.. begini, aku ingin minta maaf pada kalian, karena aku kalian hampir saja menjadi santapan makhluk-makhluk itu.” kata Mark oppa menatap kami satu per satu.
Aku saling bertatapan dengan Moonbin lalu kami menatap Mark oppa bingung.
“Sebenarnya.. kaca itu pecah karena terkena peluruku, saat itu aku mau menembak zombie yang sedang menyerangku, tapi tembakanku meleset dan mengenai kaca tersebut. Setelah kaca itu pecah semua zombie langsung mengarah kesana termasuk zombie yang sedang menyerangku. Jadi.. maafkan aku.” kata Mark oppa sambil menunduk.
“It’s okay oppa, itu bukan salahmu dan berkat itu juga kami bisa menemukan senjata-senjata yang luar biasa ini disana.” kataku sambil tersenyum menatap Mark oppa.
“Mark hyung.. kenapa kau bisa berada disini?” tanya Sanha bingung.
“Itu.. ceritanya rumit dan yang jelas, saat kota jadi kacau aku terpisah dengan member-member yang lainnya.” kata Mark oppa sedih.
“Kalau begitu oppa ikut kami saja dulu, kami mau menjemput adikku lalu bertemu dengan teman-teman kami di rumah sakit..” aku melirik Moonbin.
“Yonsei sarang hospital.” kata Moonbin “dan sebaiknya kita pergi sekarang.” sambung Moonbin sambil melihat jam tangannya.
“Baiklah, aku akan ikut dengan kalian.” kata Mark oppa, lalu aku memberikan sebuah pistol, pisau dan beberapa amunisi untuknya.
“Aku yang akan memimpin jalan.” kata Moonbin lalu ia dan Mark oppa membawa tas berisikan senjata-senjata itu sedangkan Sanha membawa tas ransel berisikan makanan dan minuman dan aku? Tentu saja aku hanya membawa diriku saja berhubung sudah tidak ada barang yang bisa kubawa.
Kami turun melalui tangga darurat, bertemu beberapa zombie yang langsung di tembak dibagian kepala oleh si pemimpin jalan alias Moonbin.
Kemudian kami mencari mobil dengan ukuran yang lumayan besar.
Sekitar 5 menit mencari akhirnya kami menemukan sebuah mobil van hitam lalu masuk ke dalam mobil van yang tidak dikunci itu.
“So lucky!” seru Moonbin yang menemukan kunci mobil itu tertancap rapi di tempatnya lalu Moonbin menyalakan mobil tersebut kemudian kami keluar dari tempat parkir itu.
Kami menyusuri jalan yang terlihat sangat kacau, banyak organ-organ dan mayat dari zombie-zombie itu tergeletak di jalanan.
30 menit kemudian kami berhenti di depan sebuah gedung tinggi dan besar yang kutebak ini adalah tempat apartemen Cella berada.
Drrrttt.. drrttt…
Dengan cepat aku mengambil hpku dari saku celanaku lalu mengangkat telpon dengan nama Cella yang tertera di layar hpku.
“Eonnie!! Tolong aku sekarang! Mereka.. mereka mendobrak-dobrak pintu apartemenku!” teriak Cella dari seberang telpon.
“Zombie? Seberapa banyak mereka??”
“Mereka bukan zombie eonnie, mereka manusia dan aku tak tau kenapa mereka mau menyerangku.. Eonnie cepatlah kemari!” teriak Cella lalu sambungan telpon pun terputus.
“Cellaaa?!!” teriakku.
“Noona ada apa?” tanya Sanha.
Aku diam sebentar lalu menatap Moonbin, Sanha dan Mark oppa dengan tatapan serius yang hampir tidak pernah kukeluarkan.
“Dengar baik-baik ya. Hari ini, sekarang dan detik ini juga dengan terpaksa kita harus membunuh apapun atau siapapun yang mencoba menyerang kita termasuk...” aku menatap mereka satu per satu mulai dari Sanha, Moonbin lalu Mark oppa. “manusia..” sambungku.
Mata mereka bertiga terbuka lebar dengan ekspresi yang sangat terkejut.
“Membunuh manusia?!” kata Mark oppa tidak percaya.
Aku menggangguk, “itu karena mereka telah kehilangan akal sehat mereka. Coba oppa pikir kenapa mereka menyerang sesama manusia??” kataku menatap Mark oppa.
Moonbin, Sanha dan Mark oppa hanya diam dan terlihat sedang merenungkan perkataanku.
Ughh.. aku harus menyelamatkan Cella sekarang juga.
“Kita tidak punya banyak waktu! Ayo sekarang kita masuk dan menyelamatkan Cella.” kataku.
TBC