*Jo Chika
“Tidaaakkk Hyuungg!!!” teriakku saat melihat Dojoon hyung yang berlari menjauh dari kami.
Aku menangis dan mencoba mengejar Dojoon hyung tapi Moonbin menahanku.
“Maaf Chika, tapi aku harus membawamu pergi.” kata Moonbin menarik tanganku dengan paksa.
Aku mencoba menghempaskan tangannya namun ia memelukku dari belakang dan dengan cepat mengangkatku di pundaknya, aku memberontak mencoba melepaskan diri sambil memukul-mukul punggungnya.
Tapi karena ia jauh lebih kuat dariku akhirnya aku hanya bisa pasrah sambil melihat ke arah para zombie yang sedang mengejar Dojoon hyung sambil terus menangis.
“Ayo cepat masuk.” kata Rocky, lalu satu per satu dengan cepat kami masuk ke dalam mobil tentara itu.
Eunwoo hyung duduk di bagian pengemudi lalu Rocky dan Jinjin duduk di samping Eunwoo hyung.
Sanha duduk di kursi belakang dengan Minhwa yang berada di sampingnya, aku dan Moonbin masuk paling terakhir.
Aku duduk di pangkuan Moonbin, kursi di bagian belakang tidak muat untuk di duduki 4 orang sekaligus, setelah itu Eunwoo hyung langsung pergi menuju jalan keluar dari bandara.
“Chika, berhentilah menangis.” kata Minhwa sambil mengusap-usap punggungku.
Aku hanya diam dan terus menangis sambil mengingat Dojoon hyung berlari sambil menembakkan pistolnya dan memancing para zombie agar mengejarnya.
“Bagaimana jika hyung tidak selamat?” pikirku.
Setelah beberapa saat akupun berhenti menangis dan mulai tertidur di pangkuan Moonbin.
Saat aku bangun, aku membuka mataku perlahan.
“Kau sudah bangun?” tanya Moonbin, aku menatapnya lalu mengangguk.
“Berapa lama aku tertidur?” kataku.
“Hmm tidak lama kok.” kata Minhwa.
“Lalu ini dimana? Apa kita sudah dekat fantagio?” tanyaku.
“Belum, kita masih jauh dari fantagio.” kata Jinjin oppa menoleh ke arahku.
Tiba-tiba saja mobil kami berhenti.
“Eoh? Hyung kenapa berhenti?” kata Sanha bingung.
“Sepertinya bensinnya habis.” kata Eunwoo hyung menoleh ke arah kami yang duduk di kursi belakang.
“Ehh??! Lalu kita harus bagaimana?” kata Minhwa.
“Hmm kita harus keluar dari sini sebelum banyak zombie datang kemari.” kata Eunwoo hyung, lalu kami semua turun dari mobil itu.
Eunwoo hyung menunjuk ke salah satu mini market yang tidak jauh dari tempat kami berdiri, dengan cepat kami pergi ke arah mini market itu sambil membunuh beberapa zombie yang menghadang jalan kami.
Sampai di dalam mini market kami menahan pintu mini market dengan rak besi lalu membunuh 3 zombie yang berada dalam mini market itu.
Setelah itu Eunwoo hyung, Moonbin, Sanha, Rocky dan Jinjin oppa duduk melantai sambil menyandarkan punggung mereka ke dinding.
Aku dan Minhwa duduk bersebelahan tak jauh dari mereka, aku mengambil hpku lalu segera mencari contact Dojoon hyung dan segera menelponnya.
“Hyuuuung?!” kataku.
“Yeoboseyo?” terdengar suara seorang wanita dari ujung telpon.
“Nuguseyo?” kataku bingung.
“Saeng, hyung tidak bisa langsung ke fantagio karna hyung harus membantu seseorang dulu..” terdengar suara hyung yang agak jauh.
“Hyung? Yeoboseyo.. Hyuuung?!” kataku lalu melihat layar hpku, ternyata sambungan telpon itu sudah terputus.
Aku menelpon nomor Dojoon hyung lagi, tapi Dojoon hyung tidak mengangkatnya.
“Untuk sekarang kita menginap dulu disni, karna di luar sudah gelap.” kata Eunwoo hyung tiba-tiba bangkit dari duduknya.
“Lihat apa yang ku temukan.” kata Sanha sambil mengangkat sebuah bantal kecil yang berada di kedua tangannya.
“Kemarikan semuanya.” kata Moonbin, lalu Sanha membawa beberapa bantal itu di bantu juga oleh Jinjin hyung.
Lalu kami semua mengatur bantal-bantal itu dan beristirahat, saat semua orang sudah tidur aku terbangun dan tak bisa tidur.
Akhirnya aku duduk agak sedikit menjauh dari tempat mereka tidur dan merenung, memikirkan bagaimana keadaan Cella dan Dojoon hyung yang tiba-tiba tidak bisa dihubungi.
Aku mengeluarkan hpku lalu mencoba menelpon Cella tapi tak diangkat juga.
“Kau tidak tidur?” tiba-tiba terdengar suara seorang namja.
“Aku tidak bisa tidur.” kataku menoleh ke asal suara, ternyata namja itu adalah Moonbin. “Kau sendiri tidak tidur?” sambungku.
“Hmm aku juga tidak bisa tidur.” kata Moonbin sambil duduk di sampingku.
“Kenapa?” kataku bingung.
“Aku khawatir dengan keluargaku, aku tak tau bagaimana keadaan mereka saat ini.” kata Moonbin terlihat murung.
“Ini.” kataku sambil memberikan hpku.
Moonbin menatapku bingung. “Pake hpku untuk menelpon keluargamu.” kataku.
Moonbin tersenyum lalu mengambil hpku, ia menekan nomor lalu menelpon nomor tersebut.
“Eoh? Sua-yaa, kalian baik-baik saja kan?” kata Moonbin, aku menatap Moonbin sambil tersenyum.
“Sepertinya keluarganya baik-baik saja.” gumamku dalam hati kemudian aku berdiri dan kembali ke tempat dimana aku tidur tadi.
Aku menutup mataku dan menenangkan pikiranku setelah beberapa saat akhirnya aku tertidur.
“Ya, Chika. Bangun!” terdengar suara seseorang.
Aku membuka mataku perlahan dan mendapati semua orang telah bangun, aku pun segera bangun dan meregangkan seluruh badanku.
“Ini hpmu.” kata Moonbin sambil mengembalikan hpku.
“Eoh? Eoh.. Gomawo.” kataku tersenyum sambil mengambil hpku.
“Waahh kalian sudah kelihatan akrab saja.” kata Minhwa tiba-tiba.
“Ehh? T-tidak juga kok.” kataku sambil tertawa canggung.
“Ayo kita lanjutkan perjalanan kita.” kata Eunwoo hyung.
“Hyung, bagaimana caranya kita melanjutkan perjalanan kita?” tanya Sanha bingung.
“Kita tidak punya kendaraan hyung.” sambung Rocky.
“Hmm kita cari mobil yang bisa kita gunakan diluar sana tapi sebelum itu.. Sanha, tolong ambil majalah-majalah disana dan Rocky, kau cari selotip dan gunting.” kata Eunwoo hyung.
"Dan juga bawa beberapa makanan dan minuman.." sambung Eunwoo hyung.
Setelah mendengar perkataan Eunwoo hyung, Sanha dan Rocky langsung mengambil semua barang yang Eunwoo hyung minta sedangkan Moonbin dan Jinjin oppa mengambil beberapa makanan dan minuman.
Eunwoo hyung menyuruh kami untuk menggunakan majalah-majalah itu sebagai pelindung di tangan kami lalu kami menggunakan selotip untuk melilit majalah itu ditangan kami.
Setelah semuanya siap kami memeriksa keadaan diluar lalu keluar dari mini market itu perlahan-lahan.
Beruntung saat kami keluar dari mini market zombie-zombie disana kebanyakan berkumpul di depan cafe dan rumah makan yang berada di seberang kiri mini market ini, kamipun mencari-cari mobil yang bisa kami gunakan.
“Eunwoo-ya, disini.” kata Jinjin oppa yang berdiri didepan sebuah mobil.
Eunwoo hyung langsung menghampiri Jinjin oppa dengan Sanha dan Rocky yang mengikuti Eunwoo hyung dari belakang.
“Chika, Chika-ya.” panggil Minhwa sangat pelan yang berdiri tak jauh di depanku.
Aku menoleh ke arahnya.
“Wa-” “Sssstttt!” Minhwa memotong perkataanku sambil menaruh jari telunjuk kanannya di depan mulutnya lalu mengisyaratkan padaku untuk tidak bergerak atau bersuara.
Aku hanya bingung menatapnya, tiba-tiba saja terdengar suara erangan zombie, aku berbalik ke belakang dan mendapati zombie pria tepat di depanku.
Aku yang terkejut langsung menutup rapat mulutku menggunakan kedua tanganku lalu mundur dengan perlahan.
“BRUK!” aku terjatuh karena tersandung kaki mayat zombie dijalan.
“Chika!” terdengar teriakkan Minhwa.
“Arrrgghh!” zombie pria itu langsung menjatuhkan dirinya ke arahku dan mencoba menggigitku tapi aku menahan bahunya dengan tangan kiriku dan tangan kananku menahan mulutnya yang mencoba menggigitku.
“Untung saja majalah ini cukup tebal.” gumamku dalam hati.
Tiba-tiba Moonbin datang dan langsung menendang zombie pria itu kemudian menarikku untuk berdiri. Eunwoo hyung dengan cepat memukul bagian kepala zombie itu menggunakan linggis.
“Hyung! Kita harus cepat, zombie-zombie disana mulai berdatangan kemari.” kata Rocky.
Aku, Moonbin, Minhwa dan Eunwoo hyung langsung berlari menuju ke mobil. Kemudian Jinjin oppa dengan cepat menyalakan mobil dan langsung pergi manjauhi zombie-zombie yang mengejar di belakang.
“Huft~ nyaris saja.” kataku sambil menghela napas lega.
“Gomawo sudah menolongku Binnie dan Eunwoo hyu- maksudku oppa.” kataku sambil tersenyum ke arah Moonbin dan Eunwoo oppa.
“Ya! Sudah ku bilangkan agar kau tidak bersuara atau bergerak.” kata Minhwa menceramahiku.
“Iya, maaf-maaf.” kataku sambil sedikit tertawa.
“Haahh.. Dasar merepotkan.” kata Moobin tiba-tiba menjitak kepalaku.
“Ya! Kenapa kau menjitak kepalaku? Nanti aku bisa tambah pelupa!” kataku kesal sambil memegang kepalaku.
“Itu hukuman karna gara-gara kau kita hampir saja jadi santapan makhluk-makhluk itu.” kata Moonbin.
“Itu bukan salahku tau!” bantahku.
“Jelas-jelas itu gara-gara kau, masih saja tidak mengakuinya.” kata Moonbin.
“Issshii!” aku mencubit pipi Moonbin karena kesal.
“Ya!” “Ssstttt! Tidak bisakah kalian tenang? Kita sedang dalam keadaan gawat sekarang!” kata Jinjin oppa memotong perkataan Moonbin kemudian memarahi aku dan Moonbin. Minhwa, Sanha dan Eunwoo hyung hanya tertawa melihat kami berdua.
Aku menatap Moonbin kesal sambil melepaskan cubitanku lalu menoleh ke arah depan sambil memanyunkan bibirku.
“Heol! Yang di depan itu apa??” Kataku dengan mata terbelalak melihat mobil tank besar dengan sekumpulan zombie di sekitarnya.
“Hyung kita harus ambil jalan berputar.” kata Eunwoo hyung manatap Jinjin oppa.
“Tapi jika kita berhenti, di belakang kita juga ada zombie-zombie yang masih mengikuti kita.” kata Rocky.
Eunwoo hyung terlihat berpikir sangat keras, Minhwa dan Sanha terlihat cemas.
“Kita harus turun dari mobil.” kataku tiba-tiba.
Semua manatapku dengan tatapan terkejut.
“Ya! Apa kau sudah gila di luar sana ada puluhan zombie tau.” protes Moonbin.
“Tapi yang di katakan Chika tidaklah salah, jika kita tetap maju kita akan di kerubungi oleh zombie-zombie itu. Jadi sebaiknya kita turun sekarang dan mencari tempat bersembunyi dan juga jalan keluar dari sini.” kata Eunwoo hyung.
Jinjin oppa dengan cepat menghentikan mobil dan kami semua segera keluar dari mobil dan berlari ke sebuah gang kecil.
“Ssssttt!” kata Eunwoo hyung lalu kami merapat ke dinding di gang kecil itu.
Eunwoo hyung melihat keadaan diluar gang lalu mengisyaratkan untuk mengikutinya, Eunwoo hyung keluar dengan perlahan kemudian di ikuti oleh Minhwa, Jinjin oppa dan Rocky.
Di belakang mereka ada aku, Moonbin dan Sanha. Kami bertiga mengendap-endap melewati para zombie yang sedang berkumpul di dekat mobil tank besar itu.
Saat sedang melewati puluhan zombie itu tiba-tiba saja hpku berbunyi, aku tersentak kemudian dengan cepat aku mematikan hpku tapi puluhan zombie itu sudah menuju ke arah kami.
Dengan cepat Moonbin menarik tanganku di ikuti oleh Sanha di belakang kami.
“Hyung kalian lari saja! Kita bertemu di fantagio.” teriak Moonbin menatap Eunwoo hyung sebentar lalu lanjut berlari menjauhi zombie-zombie yang mengejar kami di belakang.
Setelah berlari agak jauh kami dengan cepat masuk ke sebuah toko yang sepi dan gelap kemudian menutup pintu dan menjanggalnya dengan meja dan kursi yang ada.
“Huft.. untung saja.” kata Sanha sambil mengusap keringat di dahinya.
Aku menarik nafas lega dan terduduk di salah satu sofa mini di toko itu.
“Oh! Ini bukan toko tapi cafe.” gumamku dalam hati setelah memperhatikan isi ruangan ini dengan baik.
“Ya! Kenapa hpmu tidak di silent sih?” kata Moonbin menjitak kepalaku.
“Haisss.. Kenapa kau menjitak kepalaku, bodoh?!” kataku kesal sambil menatap Moonbin.
“Ya kenapa kau daritadi banmal padaku?” protes Moonbin.
“Memangnya tidak boleh?” kataku kesal.
“Hyung, Noona, kenapa kalian bertengkar di saat seperti ini?” tanya Sanha sambil menggeleng-geleng kepalanya.
“Karna dia!” kataku dan Moonbin bersamaan saling menunjuk satu sama lain.
Aku dan Moonbin saling memberikan tatapan kesal kemudian kami membuang muka ke arah yang berlawanan.
“Huh!” gumamku dan Moonbin bersamaan.
“Sebenarnya yang maknae disini siapa ya?” gumam Sanha sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Setelah beberapa menit kami beristirahat, kami mengecek keadaan diluar cafe dari balik kaca jendela. Di luar sana masih banyak zombie yang berkeliaran tepat di depan pintu masuk cafe.
Kami bertiga pun mencari jalan keluar lain, di dapur aku melihat ada sebuah pintu. Moonbin membuka pintu itu perlahan dan mendapati sebuah gang kecil yang terdapat dua zombie yang kira-kira 2 meter jauhnya dari tempat kami.
Moonbin mengisyaratkan padaku dan Sanha agar bersiap-siap untuk keluar dan membunuh zombie itu dengan tenang tanpa suara.
Kemudian Moonbin dan Sanha keluar dengan perlahan menuju kedua zombie itu dan dengan cepat menusuk kepala kedua zombie itu dengan pisau dari dapur cafe yang sempat mereka ambil tadi.
Kami berjalan cepat tapi tanpa suara hingga sampai ke ujung gang, Moonbin mengeluarkan kepalanya lalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Merasa aman Moonbin menyuruh kami untuk masuk ke mobil di seberang jalan dengan cepat dan tanpa suara.
Setelah kami bertiga sudah di dalam mobil Moonbin segera menyalakan mesin mobil lalu melaju ke depan dengan mobil itu.
Aku duduk sendirian di kursi tengah sambil menarik nafas lega.
“Binnie maksudku Moonbin apa kau punya sim?” tanyaku penasaran.
“Binnie? Kau memanggilku Binnie?!” tanya Moonbin terlihat kesal.
“Bukankah nickname mu memang Binnie?” kataku. “Jadi, kau sudah punya sim belum?” sambungku.
“Itu.. su-” “tentu saja belum noona. Hyung belum punya sim sama sekali.” kata Sanha memotong perkataan Moonbin.
“Heol! Sanha~ bagaimana nasib nyawa kita kalau sekarang dia sedang menyetir tanpa memiliki sim??” kataku menatap Sanha cemas.
“Ya! Yang penting aku bisa menyetir itu juga sudah untung, tau!” kata Moonbin kesal menatap Sanha dan aku.
“Ya ya! Hyung lihat jalan, jangan menatap kami.” kata Sanha menujuk jalan.
“Ya?! Kau memanggil hyung mu ini dengan ya??!” kata Moonbin dengan mata yang melotot.
Aku dan Sanha tertawa terbahak-bahak karena melihat Moonbin yang kesal.
Drrtt… drrrtt..
“Oh! Hyung! Eunwoo hyung menelpon.” kata Sanha melihat hpnya.
“Yeoboseyo hyung?” kata Sanha setelah mengangkat telpon dari Eunwoo hyung.
“Ya ya! Speaker mode.” kata Moonbin.
Kemudian Sanha mengubah telpon itu ke speaker mode.
“Hyung, kalian dimana?” tanya Sanha.
“Kami sedang di salah satu entertaiment, diluar sana terlalu banyak zombie kami tak bisa keluar dari sini.” kata Eunwoo hyung.
“Chikaaaa.” terdengar suara Minhwa.
“Eoh Minhwa-yaa.” kataku.
“Kalian hati-hati disana, jika kami bisa keluar dari sini, kami akan segera kesana.” kata Minhwa.
“Kami yang akan kesana sekarang.” kata Moonbin.
“Jangan kesini! Kalian bisa mati jika kalian kesini.” kata Jinjin oppa.
“Tap-” “Kami pasti akan selamat, percayalah.” kata Rocky memotong perkataan Moonbin.
“Baiklah, kalau begitu kalian harus selamat apapun yang terjadi.” kata Moonbin dengan berat hati yang terlihat dari wajahnya.
Lalu sambungan telpon itu terputus. Dalam perjalanan kami hanya diam dan aku mulai mengantuk lalu tertidur.
Saat aku membuka mataku yang ku lihat hanyalah kegelapan.
“Moonbin? Sanha?” bisikku.
“Wae?” kata Moonbin.
“Ku pikir kalian hilang. Ini dimana?” tanyaku sambil mengambil hpku dari saku celanaku.
“Tampat parkir basement noona.” kata Sanha.
“Ahh pantas saja gelap.” kataku lalu menyalakan flashlight dihpku.
“Ayo turun, kita harus cepat masuk dan mencari tempat yang aman di dalam sana.” kata Moonbin menyalakan senter yang ia temukan di bawah kolong kursi pengemudi.
Kami bertigapun turun tanpa menutup pintu mobil karena itu akan berisik, kemudian kami berjalan perlahan ke arah pintu masuk basement dan menuju ke arah tangga darurat.
Kami menaiki tangga darurat dengan lampu yang menyala dan mati secara otomatis saat kita melewatinya. Selama menaiki tangga darurat kami bertemu beberapa zombie dan langsung membunuh mereka tanpa banyak bicara.