*Park Dojoon
“Sial.. Sepertinya mereka mendengar suara tembakan sebelumnya.. Aku punya 9 peluru yang tersisa di dalam senjata, dan 7 peluru lain untuk reload.. Diluar ada sekitar 10 dari mereka.. Sepertinya aku harus menghemat ini dan menggunakan senjata lain..” gumamku dalam hati sambil melihat ke arah senjata yang aku ambil dari Eunwoo.
Aku memalingkan wajahku ke arah mereka semua. “Siap?”
Mereka mengangguk bersamaan pertanda siap.
“Ayo kita bunuh mereka semua dan keluar dari sini..” kata Sanha.
Aku langsung mendorong rak yang menutupi pintu itu. Dan mendorong pintu kedepan membuat suara yang cukup nyaring sehingga para zombie mulai datang ke arah konter tempat kami berada.
3 zombie yang berjalan paling depan mulai mengejarku, moonbin, dan eunwoo yang keluar paling pertama.
“Hancurkan kepala mereka.. Itu adalah cara paling baik untuk membunuh mereka..” kataku lalu dengan cepat mengambil salah satu bangku yang terbuat dari besi di situ dan memukul zombie yang berada di depanku berkali-kali membuat kepalanya hancur.
Moonbin menggunakan linggis yang ada di tangannya dan menusuk kepala zombie pria di depannya. Tidak mau kalah Eunwoo ikut menusuk kepala zombie wanita di depannya dengan pisau panjang yang aku gunakan sebelumnya.
“Hyuuhh,, tidak buruk, Chika..” kata Minhwa menatap Chika yang berhasil menebas kepala zombie wanita di depan mereka.
“Kau juga..” balas Chika melihat zombie yang jatuh dilantai di depan Minhwa.
“Kami akan membuka jalan.. Kita lari ke lantai bawah secepatnya..” kata Moonbin menatap mereka berempat di belakang.
“Gunakan ini..” kataku mengambil meja kayu dan memegangnya di depan dadaku dengan bagian atas meja mengarah ke depan.
Seperti mengerti, Moonbin dan Eunwoo melakukan hal yang sama denganku.
“Dalam hitungan ketiga kita maju bersama… Pastikan kalian mengikuti di belakang kami..” kataku.
“Hanaaa…” “Dull..” “Seettt…” kata kami bertiga bergantian lalu berlari ke arah para zombie lain di depan kami.
Kami menabrak mereka membuat mereka terlempar ke samping untuk membuat jalan pelarian kami. Sanha dan Rocky mendorong setiap zombie yang datang dari samping. Kami bertiga berhasil membuat jalan untuk kami.
“Kyaaaa…!!!” terdengar teriakan dari belakang.
Aku memalingkan wajahku ke arah asal suara dan mendapati Chika terjatuh saat salah satu zombie di lantai menahan kakinya.
“SAAEENNGG!!!” “CHIKAA!!!” teriakku dan Minhwa bersamaan.
Aku dengan cepat mengambil pistol yang kusarungkan di sabuk di pinggangku dan mengarahkan ujung pistol ke arah zombie di kaki Chika.
Saat itu waktu seperti melambat di sekitarku, aku melihat setiap gerakan kecil yang dilakukan setiap orang di sekitarku dan bahkan dapat mendengar detak jantungku sendiri.
Satu hal yang terlintas di pikiranku. Jika tembakanku kali ini gagal, aku mungkin akan menyesalinya seumur hidupku.
“DUAARR!!!” suara tembakan terdengar menggema di gendang telingaku.
Saat itu peluru yang kutembakan menembus mata zombie yang memegang kaki Chika membuatku tersenyum lega. Zombie lain datang ke arah Chika dan mencoba menjatuhkan diri ke arah Chika di lantai. Tapi Moonbin dengan cepat memukul kepala zombie itu dari depan menggunakan linggis yang dia bawa membuat zombie itu kembali terlempar ke belakang.
“Maafkan aku.. Soal tadi..” kata Moonbin lalu dengan cepat menggendong Chika di pelukannya.
“Terimakasih Moonbin ssi..” kataku menatap Moonbin.
“Aku hanya tidak ingin ada lagi yang terluka..” kata Moonbin sambil menurunkan Chika.
“Di sebelah sana..” tiba-tiba Rocky berteriak menunjuk ke arah sesuatu di bagian luar bandara yang ditutupi kaca tembus pandang.
Aku melihat ke arah yang ditunjukan Rocky dan mendapati sebuah mobil tentara yang di tinggalkan. Melihat dari lampu bagian belakang yang masih menyala dan pintunya yang terbuka, sepertinya kunci mobil itu masih berada di dalam.
Kami semua berlari ke arah mobil itu sambil tetap memegang senjata masing-masing. Kami mendorong jatuh setiap zombie yang kami temui di perjalanan kami ke arah mobil itu.
“Owwhh tidakk… Cepat teman-temaann..” teriak Rocky tiba-tiba.
Aku terkejut melihat pemandangan di depanku membuat langkahku terhenti.
Puluhan zombie menghadang kami di depan pintu keluar. Sepertinya suara tembakan yang kulepaskan sebelumnya membuat mereka terpancing untuk datang.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang??” Moonbin terlihat kelelahan.
“SIAALL!!!” teriak Sanha melihat ke arah puluhan zombie yang mulai mendatangi kami.
Kami semua sudah terlalu lelah untuk melawan zombie-zombie di depan kami.
Aku menatap pistol di tanganku dalam lalu menarik nafas panjang.
“Hhyuuuuuhhhhh…. Minhwa yaa.. Apapun yang terjadi, bawa Chika bersama kalian.. Eunwoo ssi, Moonbin ssi.. Tolong jaga mereka berdua.. Dan pastikan kalian sampai di Fantagio..”
“Apa maksudmu Dojoon ssi?” Tanya Sanha menatapku bingung.
“Apa yang kau katakan hyung?? Kau membuatku takut..” Chika menatapku.
Aku hanya menatapnya dan tersenyum. “Saeng jangan takut yaah.. Hyung pasti akan menyusul kalian ke Fantagio..”
“Tidaaakkk Hyuungg!!!” teriak Chika melihatku yang berlari menjauhi mereka.
Aku mengarahkan pistolku ke arah salah satu zombie yang berjalan ke arah mereka.
“DUAAARRR!!!!” suara senjata menggema di tempat itu.
Zombie-zombie yang sebelumnya mengejar mereka kini berpaling dan mengejarku.
“DUAARRRR!!!” aku melepaskan tembakan kedua.
“CEPATTT TINGALKAN TEMPAT INIII!!!” teriakku lalu menembakan pistolku untuk yang ketiga kalinya.
Aku melihat ke arah Eunwoo yang mengangguk ke arahku. Seperti memimpin mereka, Eunwoo dan Moonbin langsung maju dan menjatuhkan zombie yang tersisa di depan pintu keluar untuk menuju ke mobil yang sebelumnya menjadi sasaran pelarian kami.
Aku tersenyum dan terus berlari ke arah pintu keluar di ujung lain bandara sambil menembakan beberapa tembakan memancing mereka. Saat sedang berlari aku melihat seseorang yang memakai topi hitam dan syal yang menutupi wajahnya keluar dari toko buku. orang itu berjalan pincang sambil mencoba menghalangi jalanku.
Aku mengarahkan pistolku ke arahnya mencoba membidik kepalanyanya.
“Jangan tembaakk… Aku manusiaa..” teriaknya. Dari suaranya aku bisa mengetahui kalau dia itu wanita. Aku berhenti di depannya dan mengarahkan pistol yang kupegang ke arah kepalanya.
“Apa kau tergigit???” tanyaku tegas.
“Tidak.. aku tidak tergigit, aku terjatuh dan seseorang menginjak kakiku saat kekacauan itu terjadi.. Sepertinya pergelangan kakiku terkilir.. Maaf,, tapi tolong bawa aku bersamamu..” katanya sambil membuka topi dan syal yang ia pakai.
“Deeg!!!” jantungku seperti berhenti berdetak melihat wanita di depanku.
“Gfriend Yujuu ssi!!!??” teriakku kaget melihat idolaku berada tepat di depanku.
“Terimakasih sudah mengenaliku.. Tapi sepertinya kita harus keluar dari tempat ini dulu..” katanya menunjuk ke arah puluhan zombie yang mengejarku.
“Aahh,, benar juga.. Ikuti aku..” kataku mencoba menarik tangannya
“Awwww.. pelan-pelan, kakiku sakit…” katanya.
“Kalau tidak keberatan naik saja..” kataku menunduk di depannya.
“Maaf merepotkan..” kata Yuju lalu melompat naik ke punggungku.
“Siapa yang kerepotan.. Aku justru senang sekalii..” gumamku dalam hati lalu berdiri dan berlari ke arah pintu keluar yang sudah tidak jauh dari tempat kami bertemu.
Satu zombie muncul dari arah pintu keluar mencoba menghadang kami.
“Pegangan yang kuat..” kataku melepaskan tangan kananku dari pahanya dan mengarahkan pistol yang ku pegang ke arah kepala zombie itu.
“DUAARRR!!” suara tembakan kembali terdengar menggema di tempat itu.
Saat sampai diluar aku berhenti dan melihat sekeliling mencoba mencari mobil untuk kami tumpangi.
“Ke arah sana… Seharusnya manager kami menungguku di sana..” kata Yuju menunjuk ke arah tempat parkir.
Aku mengangguk dan mulai melangkah ke arah tempat parkir. Dari kejauhan aku melihat beberapa zombie di arah tempat parkir.
Aku berhenti sejenak. “Saat kita melewati zombie-zombie itu.. Jangan keluarkan suara apapun.. Mereka buta, dan hanya mengikuti suara..” kataku.
“Baiklah..” kata Yuju.
Aku kembali melangkah perlahan ke arah tempat parkir. “Sebenarnya apa yang kau lakukan di bandara, Yuju ssi?? Bukankah kalian tidak punya jadwal diluar Seoul??” kataku.
“Oo?? Bagaimana kau bisa tau itu? Owh iya, ngomong-ngomong siapa namamu?”
“Umm,, sebenarnya aku adalah penggemar kalian.. Namaku Dojoon..” kataku memperkenalkan diri.
“Wahh.. Terimakasih.. Aku kesini untuk mengantar kedua orangtuaku.. mereka pergi ke Jepang untuk berlibur.. Untung saja pesawat mereka sudah berangkat sebelum ini semua terjadi..” jelasnya.
“Ahh,, jadi begitu.. Untung saja yaah..” kataku.
Beberapa saat kemudian kami sampai di tempat parkir yang lumayan penuh.
Beberapa mobil terparkir tidak beraturan di jalan, bahkan ada yang menabrak tiang lampu di pinggir jalan. Yuju menunjuk ke arah bagian kanan tempat dia meninggalkan manager mereka.
Aku melangkah perlahan ke arah tempat yang dituju. Saat mendekati tempat itu langkahku terhenti lalu melangkah mundur bersembunyi di balik mobil karna beberapa zombie sedang berjalan berkeliaran di tempat itu.
“Owh tidak.. itu mobil kami.. berarti manajer oppa juga..” kata Yuju menunjuk ke arah mobil van hitam yang terbuka dengan darah di bagian kursi depan.
Di dekat mobil itu 3 zombie berdiri terdiam seperti menjaga mobil itu.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang??” bisik Yuju.
Aku melihat sepatu di bagian bawah mobil tempat kami bersembunyi. Aku mengambil sepatu itu dan melangkah perlahan ke arah mobil biru yang berada di bagian depan kami.
Saat sampai di samping mobil itu aku melempar sepatu yang ku pegang ke arah bumper depan mobil putih tempat kami bersembunyi sebelumnya.
“Wiuuw wiuuw wiuwww wiiuww..” suara alarm mobil terdengar kuat dari arah mobil itu.
Para zombie mulai berkumpul satu persatu di depan mobil itu dan membenturkan tubuh mereka ke arah mobil putih itu. Aku menggunakan kesempatan itu untuk melangkah ke arah van yang terbuka.
Aku menurunkan Yuju dan membantunya duduk di kursi depan. “Tolong pegang ini..” kataku memberikan pistolku pada Yuju.
Aku melangkah berputar dari arah depan menuju ke tempat duduk supir di bagian lain mobil. “Kunci mobilnya tidak ada..” kataku sambil mencari kunci mobil di dashboard.
“Aahh.,, manajer oppa selalu membawa kunci mobil itu..” kata Yuju.
Tiba-tiba muncul zombie pria dari sampingku mencoba menggigitku. Beruntung saat itu aku sedang dalam posisi yang memungkinkanku untuk menahannya dengan kakiku.
“Dojoon ssii..” teriak Yuju. “Itu manajer kami…” sambung Yuju mengarahkan senjata ke arah kepala manajernya yang telah menjadi zombie.
“Jangan.. Jika kau menembak yang lain akan kesini..” kataku.
Mendengar itu Yuju menurunkan senjata yang ia pegang dan mulai menendang kepala zombie itu.
Aku mengatur posisi kedua kakiku berada di dadanya dengan kedua tangan menahan lengan atasnya. dan saat Yuju menendang kepalanya sekali lagi, aku menggunakan seluruh kekuatanku untuk mendorong zombie itu dengan kakiku.
Manajer mereka yang telah menjadi zombie terlempar dan menabrak mobil di belakangnya lalu jatuh ke aspal. Aku dengan cepat mengambil obeng yang sebelumnya kulihat di bagian dalam dashboard dan melompat keluar dari mobil lalu menusuk kepala manajer pria itu membuatnya berhenti bergerak.
Tubuh manajer yang menabrak mobil di belakangnya membuat alarm mobil itu ikut berbunyi dengan keras. Zombie lain mulai datang dan mendekat ke arah kami.
“Kunci mobil ini pasti ada padanya..” kata Yuju.
Aku mencari ke kantong celananya dan menemukan kunci mobil di bagian kantong samping kanan. Melihat zombie lain yang sudah semakin dekat, aku melompat ke dalam mobil dan langsung menjalankan mobil ke arah luar tempat parkir menabrak satu zombie di depan mobil.
“Haaaaaahhh.. Akhirnya kita bisa keluar dari tempat itu.. Terimakasih Dojoon ssi.. ” kata Yuju tersenyum ke arahku.
“Sama-sama.. Kemana tujuanmu setelah ini??”
“Aku ingin pulang ke dorm..”
Aku terdiam sejenak. “Umm,, Maaf Yuju ssi.. Aku harus ke fantagio entertainment.. Teman-temanku menunggu disana.. Jadi bisakah kita kesana lebih dulu?? Aku janji akan mengantarmu ke dorm kalian setelah memastikan mereka selamat..” kataku memohon.
“Umm,, Baiklah member-memberku bisa menunggu.. aahh,, lebih baik aku menelpon dan menanyakan keadaan mereka..” kata Yuju mengeluarkan HP dari jaket yang ia kenakan.
“Kalau boleh tau siapa yang akan kau telpon??”
“Sinbi, karna dia yang paling tidak bisa lepas dari handphone..”
“Waahh.. Umm,, Yuju ssi.. bisakah kau membuatnya ke mode speaker?? Tadi aku bilang aku adalah penggemar kalian kan? Kau dan Sinbi adalah member favoriteku..” kataku bersemangat.
“Waaaaahh.. Jinjjaa?? Baiklah kalau begitu..”
“Yeobeosaeyo Sin-“
“Eonniieeeeee.. kau dimana sekarang???” suara Sinbi dari ujung telepon memotong kata-kata Yuju.
“Eoh?? Sekarang aku berada di jalan bersama seseorang..” kata Yuju.
“Tolong kamii.. Beberapa orang mendobrak pintu masuk dan mengigit Sowoon eonnie.. Sebelumnya kami bersama-sama di kamar Sowoon dan Yerin eonnie, untuk merawat lukanya.. tapi Sowoon eonnie menjadi gila dan mulai menyerang kami.. Sekarang aku dan Eunha eonnie berada di kamar kita… Sedari tadi ada yang mencoba mendobrak masuk, karna itu kami menggunakan meja rias untuk menghalangi pintu..” suara Sinbi terdengar berat seperti sedang menangis.
Mendengar itu aku menghentikan mobil di pinggir jalan dan ikut mendengar percakapan mereka.
“Owh tidak.. Bagaimana dengan Umji dan Yerin eonnie??”
“Aku tidak tau.. Mereka berlari ke arah luar saat aku dan Eunha eonnie masuk ke kamar..” kata Sinbi.
“Hiks Hiks,, Yuju yaaa.. Tolong kamii…” terdengar suara Eunha dari ujung telepon.
Yuju mengangkat kepalanya menatapku dengan tatapan dalam dan mata berkaca-kaca.
Aku berpikir sejenak mengingat janjiku pada Chika. “Saeeng maaf..” gumamku dalam hati.
Aku tersenyum ke arah Yuju lalu kembali berpaling ke depan dan menyalakan mesin mobil. “Ayo kita selamatkan mereka..”
TBC