*Jo Chika
"Jadi.. bagaimana kita keluar dari sini?" tanya Bambam oppa menatap kami.
"Hmm.. semua kaca disini bukan kaca anti peluru kan?" tanyaku setelah memandangi dinding-dinding kaca di depan kami.
"Sepertinya tidak.. kau mau kami memecahkannya?" tanya Mark oppa.
"PRANK!!!"
"Sepertinya kita tidak perlu repot-repot memecahkan kaca itu." kata Jinyeong oppa sambil menunjuk kaca yang pecah dan Slicer yang berjalan semakin menjauh dari tempat persembunyian kami.
"Kalau begitu ayo ke mobil." kataku.
Kami pun segera berlari keluar dari gedung perkantoran itu dan langsung naik ke dalam mobil dengan Mark oppa yang menyetir dan Jinyeong oppa duduk di sampingnya.
Sedangkan kami berempat duduk bersempit-sempitan di kursi bagian tengah karena terburu-buru masuk ke dalam mobil.
"Emm.. maaf tapi bisa geser sedikit? Rasanya sempit sekali disini.." kata Bambam oppa yang duduk di paling ujung sebelah kiriku.
"Kau disini saja biar hemat tempat." kata Binnie yang mendadak mengangkatku ke pangkuannya.
"Eo eoh?! Aku tidak mau! Kenapa harus kau?" kataku kesal.
"Lalu kau mau bagaimana? Kita tidak bisa berhenti di jalan yang penuh dengan zombie-zombie ini hanya untuk mengatur posisi duduk kita." Binnie memarahiku.
"Kenapa jadi dia yang marah sih??! Ishh! Neomuhae!" gumamku dalam hati kesal.
"Kalau kau tidak ingin bersama Binnie, lebih baik bersamaku saja. Sini~" kata Eunwoo hyung sambil tersenyum.
"Jinjja hyung? Aku mau~" kataku mencoba berpindah pada Eunwoo hyung.
"Ya! Diamlah disini." Binnie menahanku.
"Isshhh sireo! Aku mau sama Eunwoo hyung." kataku sedikit meronta.
"Bin-ah, lepaskan Chika. Dia kan tidak mau bersama mu." kata Eunwoo hyung.
Setelah beberapa detik Binnie terdiam akhirnya ia melepaskanku kemudian aku pindah ke pangkuan Eunwoo hyung.
Saat aku menatap Eunwoo hyung dari dekat.
"Waaaa!!! Aku bisa meleleh jika terus seperti ini!!" teriakku dalam hati sambil terus memperhatikan wajah Eunwoo hyung yang super ganteng.
"Oh iya.. Chika-ssi, aku penasaran kenapa kau memanggil Eunwoo-ssi dengan sebutan hyung.. kau kan perempuan." kata Bambam oppa polos.
"Ah? Eoh." jawabku singkat sambil terus memandang wajah Eunwoo hyung, aku seakan tersihir olehnya.
"Ya!" Binnie menjitak kepalaku.
"Aa!! Wae??!" kataku kesal menatap Binnie.
"Kalau orang tanya dijawab yang bener." kata Binnie kesal.
"Hah? Memangnya kau tadi bicara? Aku tidak dengar tuh." kataku.
"Yang bertanya itu.. aku, Chika-ssi." kata Bambam oppa.
Dengan terkejut aku menoleh ke Bambam oppa.
"Mianhaeyo oppa. Aku tidak dengar, apa yang oppa tanyakan?" kataku.
"Dia bertanya kenapa kau memanggilku hyung padahal kau kan yeoja." kata Eunwoo oppa sambil tersenyum.
"Oh~ itu, tidak ada alasan khusus.. aku hanya ingin memanggilnya hyung. Hehe~" kataku polos.
"Mark oppa! Kau sedang memikirkan sesuatu?" tanyaku saat melihat Mark oppa mengerutkan dahinya lewat kaca spion tengah mobil.
"Hm? Yah.. member yang lain.. aku sedang memikirkan mereka dan kuharap mereka baik-baik saja." kata Mark oppa.
"Kurasa mereka akan baik-baik saja.. lagipula mereka bersama Jaebum kan." kata Jinyeong oppa mencoba menenangkan Mark oppa.
Tiba-tiba saja aku merasa mengantuk.
"Hoaam~" aku bersadar ke dada Eunwoo hyung sambil menutup mataku.
"Kau mengantuk?" tanya Eunwoo hyung.
"Hmm.." gumamku.
"Sepertinya kau kecapean." kata terakhir yang kudengar dari Eunwoo hyung sebelum aku tertidur.
.
"Chika! Chika-ya?!" terdengar suara seseorang yang menepuk-nepuk pipiku.
"Haahh!" pekikku terkejut.
"Kenapa kau menangis? Kau mimpi buruk?" tanya Eunwoo hyung.
Aku menatap sekitarku lalu menatap Eunwoo hyung.
"Aku.. sepertinya mimpi buruk.." kataku menundukkan kepalaku.
"Tenanglah.. kau akan baik-baik saja. Kita pasti bisa selamat dari wabah ini." kata Eunwoo hyung yang mengangkat wajahku kemudian menghapus airmata ku.
Aku menatapnya kemudian tersenyum.
"Gomawo hyung~"
Aku menatap Binnie yang sedang tertidur dan kepalanya hampir terbentur dengan kaca mobil. Melihat hal itu aku langsung mengubah arah kepalanya agar bersandar dipundak Eunwoo hyung.
"Tidak apa kan, hyung?" tanyaku.
"Tentu saja." kata Eunwoo hyung sambil tersenyum ramah.
"Mark oppa, ini sudah dimana?" tanyaku.
"Kita sudah dekat markas." kata Mark oppa
"Baiklah.. aku akan menelpon Minhwa." kataku sambil mengeluarkan hpku lalu menekan nomor Minhwa.
"Tuutt.. tuutt.. tuutt.."
"Eoh? Tidak diangkat.." gumamku lalu menelpon Cella.
"Cepat angkat Cella-ya!" gumamku mulai khawatir dalam hati.
"Cella-ya. Kau dimana?" kataku setelah telpon ku diangkat.
"Ce! Ngomong dulu sama Sanha bentar. Aku sibuk" terdengar suara Cella dari kejauhan.
"Eoh? Sanha-ya, apa yang sedang terjadi disana??" tanyaku bingung.
"Cella noona sedang melindungi markas dari head hunter bersama dengan Minhwa noona dan yang lainnya."
"Eoh?!! Mereka baik-baik saja kan??"
"Ada apa?" bisik Eunwoo oppa kemudian aku mengubah telpon ke mode speaker.
"Mereka baik-baik saja. Mereka sudah membereskan head hunter itu. Hanya saja berhati-hatilah noona. Di luar markas ada 2 slicer yang berkeliaran."
Mendengar hal itu dari Sanha aku memijit keningku.
"Kenapa juga harus makhluk itu.. mana ada 2 lagi." gumamku kesal dengan bahasa indonesia.
"Eonnie!"
"Oh!! Cella-ya! Kau tidak terluka kan?"
"Aku baik-baik saja. Eonnie kau dimana sekarang?" tanya Cella.
"Aku sudah dekat markas dan ku dengar dari Sanha tadi ada 2 Slicer yang berkeliaran di dekat markas." kataku.
"Itu benar eonnie, berhati-hatilah! Oh iya! Eonnie, jika kau melihat Jimin oppa, Inseong oppa dan yang lainnya segera tolong mereka." kata Cella.
"Mereka kenapa??"
"Mereka tadi keluar bersama seseorang tapi tak lama setelah itu seseorang yang bersama mereka berubah menjadi zombie dan muncul di depan markas." jelas Cella.
"Chika-ya, bukankah itu Minhwa?" kata Mark oppa menunjuk Minhwa yang sedang berlari ke salah satu mobil bersama Yoongi oppa dan Dawon oppa.
"Eoh? Kau benar oppa." kataku.
Saat mobil kami semakin dekat aku menyuruh Bambam oppa untuk menurunkan kaca mobil.
"Minhwa-ya! Mau kemana?" kataku sedikit mengeraskan suaraku.
"Aku akan pergi mencari Jimin oppa dan yang lainnya! Kau ke markas saja." kata Minhwa kemudian masuk ke dalam mobil.
"Cella-ya, aku sudah di depan markas. Buka pagarnya."
"Tunggu sebentar." kemudian sambungan telpon terputus.
Cella dan Sanha keluar dari markas dan membuka pagar agar mobil kami masuk ke dalam parkiran.
Kami semua turun dari mobil kecuali Binnie karena aku tak melihatnya turun.
Aku masuk ke dalam mobil lagi.
"Ya! Binnie! Ireona!! Palli!" kataku sambil mengguncang-guncang badannya.
"Hmm.." gumam Binnie sambil mengusap-usap matanya.
"Sudah sampai markas. Ayo turun dan makan, aku sudah lapar." kataku.
Kemudian aku dan Binnie segera turun dari mobil, yang lain sudah masuk ke dalam markas lalu aku dan Binnie menyusul.
"Eonnie! Tanganmu!" kata Cella terkejut saat melihat tanganku kananku yang diperban.
"Hanya luka kecil karena pecahan kaca. Aku tidak terkena gigitan kok." kataku.
"Haahh.. untunglah. Oh iya jika Dojoon oppa melihatnya, apa yang akan terjadi dengan mereka?" tanya Cella menatap Binnie, Eunwoo hyung dan Mark oppa yang mendadak tegang.
"Ssttt!! Jangan bilang-bilang padanya." kataku.
"Oh iya, aku lapar. Ayo makan." kataku lalu berjalan menuju dapur diikuti oleh Cella dan yang lainnya.
"Oh! Eunbin-ah, kau sudah kembali?" kata Yuju eonnie.
"Hm.. dan aku lapar." kataku yang langsung duduk di meja makan.
Binnie dan Eunwoo hyung langsung duduk di sebelah kanan dan kiriku, Mark oppa, Jinyeong oppa dan Bambam oppa duduk didepanku.
"Ini makanannya." kata Sinbi menaruh piring-piring berisi makanan diatas meja.
"Gomawo~ ini siapa yang masak?" tanyaku penasaran setelah melahap sesendok makanan didepanku.
"Tentu saja aku~" kata Sinbi.
"Aeyy.. memangnya kau bisa masak?" tanya Binnie.
"Tentu saja bisa!" kata Sinbi dengan percaya diri.
"Tapi rasanya seperti masakan Dojoon hyung." kataku.
"Itu kan memang Dojoon oppa yang masak." kata Cella.
"Lalu kenapa Sinbi bilang dia yang masak?" kataku sambil mengerutkan dahiku.
"BUK!" sendok baru saja mendarat di kepalaku.
"Ahh!! Wae?? Kenapa kau memukul kepalaku??" kataku kesal menatap Binnie.
"Makan saja tidak usah berisik!" kata Binnie kemudian melanjutkan makannya.
"Ce, terimakasih karena telah menyelamatkan Jinyeong oppa." kata Cella sambil tersenyum ke arahku.
"Aku? Aku kenapa? Sepertinya aku mendengar namaku disebut." kata Jinyeong oppa menatapku dan Cella bergantian.
"Yang kumengerti dari perkataanmu, kau berterimakasih atas sesuatu lalu menyebut namaku." kata Jinyeong oppa menatap Cella.
"Oh iya! Jinyeong oppa, dia adikku namanya Cella dan dia sangat mengidolakan mu! Kau bias nomor satu nya." kataku.
"Sstt!! Ce, tidak perlu dibilang semuanya juga kan." kata Cella terlihat sedikit malu.
"Tehee~" kataku sambil tersenyum.
"Ah~ kau yang waktu itu di telpon kan?" kata Jinyeong oppa.
"Eoh? Ternyata oppa ingat!" kata Cella terlihat senang.
"Aaa!!" teriakku teringat akan eomma dan appa.
"Ishh! Kamjjakya~" kata Binnie dengan Eunwoo hyung dan Mark oppa dengan wajah terkejut manatapku.
"Ah mian~" kataku kemudian berjalan keluar dari dapur.
"Mau ke mana?" tanya Mark oppa.
"Mau telponan dulu, jangan ganggu ya." kataku kemudian melangkah ke lantai 2.
Aku mengeluarkan hpku lalu menelpon nomor appa.
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya appa mengangkat telpon.
"Paaa~" teriakku.
"Chika!! Papa dengar di korea lagi kena virus Solanum. Apa kalian baik-baik saja? Cella mana?" tanya appa terdengar sangat khawatir.
"Kami baik-baik saja disini.. dan pa, kami akan berusaha agar bisa segera pulang ke indo."
"Chika, kalian ga akan bisa kembali ke indo untuk saat ini lebih baik kalian ke Jepang.."
"Kenapa? Kenapa ga langsung balik indo aja?" tanyaku bingung.
"Karna virus itu, beberapa negara menolak orang-orang dari korea untuk mengungsi tapi jepang, mereka sedang meneliti virus ini dan sedang mencoba membuat antivirusnya. Jadi, lebih baik kalian ke jepang dulu."
"Tapi aku ingin langsung pulang.." kataku yang mulai menangis.
"Papa tau dan papa sangat ingin kalian kembali kesini tapi kalian tak bisa langsung kembali jadi papa harap kalian bisa menjaga diri kalian lalu ke jepang, saat itu papa akan ke jepang dan menjemput kalian."
"Chika, ingat papa dan mama selalu menyayangi kalian jadi jangan membuat kami terus bersedih disini." sambung appa.
"Baiklah, kami akan berusaha agar bisa cepat kembali.." kataku sambil mengusap airmata ku kemudian sambungan telpon terputus.
Aku turun dari lantai 2 dan melihat semuanya berkumpul di lobby lalu aku bergabung bersama Cella, Binnie dan Eunwoo hyung dan 3 member Got7.
Sementara mereka sedang mengobrol aku sedang memikirkan bagaimana caranya kami bisa ke Jepang.
"Nanti tanya hyung aja.." gunamku dalam hati setelah pusing memikirkan bagaimana caranya ke Jepang.
Tak lama kemudian Dojoon hyung muncul.
"Hyuuunggg!!" teriakku sambil berdiri dari tempat dudukku.
Mendadak saja Dojoon hyung pergi ke lantai 2 dengan wajah datarnya.
"Apa yang terjadi??" gumamku bingung.
Saat melihat Nayeon eonnie dan Momo masuk ke lobby aku langsung menghampiri mereka.
"Eoh, Eunbin-ah. Bisakah kau memeriksa keadaan Dojoon oppa? Hari ini dia terlihat sedikit aneh. Aku rasa ada sesuatu yang di khawatirkan olehnya." kata Nayeon eonnie.
"Hm.. baiklah." kataku kemudian langsung naik ke lantai 2.
Aku mengetuk pintu di depanku lalu membukanya dan masuk ke dalam.
"Hyung?"
"Eung?? Wae??" tanya Dojoon hyung yang sedang berbaring di atas meja.
"Hyung kenapa? Nayeon eonnie bilang hyung terlihat aneh.. mereka sangat khawatir dan menyuruhku memeriksa keadaanmu hyung.."
"Tidak apa-apa.. aku hanya sedikit lelah, bagaimana denganmu?? Apa perjalanan kalian lancar??"
"Aku? Kamu?? hyung kenapa?? Dari dulu hyung selalu seperti ini saat sedang mendapat masalah.. ayo cerita.."
"Aa.. maaf saeng.. entah kenapa hari ini hyung lelah sekali.." kata Dojoon hyung.
"Saeng itu kenapa??" tanya Dojoon hyung menatap tangan kananku.
"Eoh?? tidak apa-apa.." kataku mencoba menyembunyikan tanganku.
Dojoon hyung tiba-tiba berdiri dari meja dan menarik tangan kananku. "aaa!! Apeoo!!" gerutuku.
"Apanya yang tidak apa-apa?? tangan saeng sampai sobek begitu.. apa saeng melepas baju itu??" tanya Dojoon hyung serius.
Aku segera menundukan kepalaku lalu mengangguk pelan.
"Saat itu Bambam oppa menabrakku hingga aku terjatuh ke tumpukan beling... tapi dia tidak sengaja kok.."
Tiba-tiba saja Dojoon hyung mengambil handgun nya lalu melangkah keluar.
"HYUUNGG!! Apa yang akan kau lakukan?" kataku yang langsung menahan tangannya.
"Sudah hyung bilang hyung akan menembak mereka jika mereka membuat saeng terluka.." kata Dojoon hyung menatapku dengan tatapan serius lalu melepaskan tangannya dari genggamanku.
"HYUNNGG!!! ANDWAEEE!!" teriakku kembali menahan tangan Dojoon hyung.
"Saeng.. lepas atau hyung hukum.."
"Hyungg.. mereka itu bias saeng... saeng ga akan biarkan hyung melukai mereka.. lagipula itu salah saeng yang membuka pintu dan tidak berhati-hati.. karna itu Bambam oppa mena—" "Mereka membuat saeng berjalan paling depan??" tanya Dojoon hyung memotong perkataanku.
"Tidak juga.. saat itu saeng mencari sendiri kok jadi saeng tidak berjalan paling depan.."
"Mereka membiarkan saeng sendiri?? Akan ku bunuh mereka.." kata Dojoon hyung kemudian menghempaskan tanganku.