*Park Dojoon
"Yaaa.. YAAA!!!" teriakku ke arah HP yang ku pegang.
"dia mematikan teleponnya yah.. awas saja kalau sampai dia melepas baju itu apalagi sampai terluka.." kataku menenurunkan HP yuju yang ku pegang dan memasukannya ke saku celanaku.
"dojoon aah.. kau sangat menyayangi dongsaengmu itu yah.." nayeon menatapku.
"tentu saja.. aku juga memegang tanggung jawab atas mereka berdua, karna aku yang membawa mereka kesini.. karna itu aku tidak ingin mereka terluka.." kataku.
"berdua?? maksudmu eunbin dan adiknya??" tanya momo.
Aku tersenyum lalu mengangguk mengiyakan.
"baiklah, jadi apa yang akan kita lakukan sekarang dojoon aah?? kau belum mendapatkan buku yang kau cari kan??" kata nayeon menyadarkanku.
"aahh benar juga.. aku belum mendapatkan buku itu.." aku memijit keningku.
"oppaa.. aku boleh minta tolong tidak??" kata momo tiba-tiba.
"minta tolong apa? kalau bisa akan kulakukan.."
"apa kau bisa mengantar kami kembali ke dorm?? aku ingin mengambil HPku.." momo menatapku.
"Yaaa.. bagaimana bisa disaat seperti ini kau memkirkan HPmu? Apa kau tidak tau keadaan kita sek—" "eonniee.. apa kau tidak memikirkan member-member lain?? Sudah seminggu lebih kita tidak memberi kabar pada mereka.. tidak mungkin berita tentang wabah ini tidak sampai disana... mereka pasti sangat khawatir.." momo memotong perkataan nayeon.
Aku terdiam berpikir sambil menatap mereka berdua.
"sepertinya tidak usah oppa.. kalau itu memberatkanmu sebaiknya tidak usah.. aku tau kau memegang tanggung jawab akan kami.." kata momo melihatku yang terdiam cukup lama.
setelah berpikir panjang, aku tersenyum. "yasudah ayo kita kesana.."
momo dan nayeon menatapku terkejut. "kau yakin??" kata nayeon.
"kita istirahat disini sebentar lalu berangkat ke dorm kalian.." kataku.
Momo tersenyum dan melompat lalu memelukku membuatku terjatuh bersamanya.
"YAAA!!! bagaimana kalau punggungnya jadi lebih parah.. isshi~" teriak nayeon menatap momo kesal.
Setelah sekitar sejam beristirahat kami memutuskan untuk keluar melihat keadaan.
"sepertinya sudah aman.." kataku melihat kerubunan zombie sebelumnya yang menghilang entah kemana.
Kami bertiga lalu melangkah perlahan ke arah mobil yang sebelumnya kami tumpangi. Tiba-tiba saja dari samping mobil muncul zombie yang bergerak perlahan.
Aku memalingkan pandanganku ke arah nayeon dan tersenyum. Seperti mengerti, nayeon mengangkat handgun yang ia pegang dan membidik zombie itu. setelah ia menarik pelatuknya zombie itu jatuh ke tanah.
"eoh?" aku menatap nayeon terkejut. Dan dari ekspresinya, sepertinya nayeon lebih terkejut dariku.
Kami lalu naik ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke dorm mereka. dalam perjalanan tiba-tiba momo memegang perutnya dan menatapku sambil memajukan bibir bawahnya.
"oppaa.. aku lapar.." kata momo. Aku tersenyum dan menghentikan mobil di depan sebuah toko barang bekas.
"aku membawa bekal untuk kita.. jadi untuk sekarang kita makan dulu yah.. aku akan memeriksa di bagian dalam toko sebentar.. apapun yang terjadi jangan keluar dari mobil yah.." kataku lalu turun dari mobil dan melangkah ke arah toko itu.
di bagian dalam toko, aku mendapati seroang pria yang tewas dengan tergantung dengan tali di bagian lehernya.
"haaahh,, kenapa orang memilih untuk mengakhiri hidupnya.. kalian masih bisa bertahan.. jangan jadi orang bodoh.." kataku. "aahhh,, lagi-lagi aku bicara dengan mayat haizz... owh iya, aku harus menurunkanmu yah ajeossi.." kataku. Aku mengarahkan gandgun yang kubawa ke arah tali dan langsung menembak tali itu. setelah membereskan mayat ajeossi itu ke bagian luar toko, aku menyuruh mereka masuk ke dalam.
Aku mengambil tas makanan yang kutaruh di bagian belakang dan memeriksa bagian dalam tas itu. "sudah kuduga aku membawa ini.. haaahh,, momo yaa kau beruntung sekali.." kataku melihat kaki babi panggang yang kubawa.
Setelah masuk ke dalam, aku mendapati mereka berdua sedang duduk di sofa sambil menyalakan TV. "eeehh?? Apa ada siaran yang masih bekerja??" tanyaku.
"sepertinya hanya siaran dari luar saja.. haaahh,, padahal aku ingin nonton drama kesukaanku.." kata nayeon sambil mengangkat kakinya ke atas sofa.
Aku menatap mereka tersenyum lalu menarik sebuah kulkas dan menjatuhkannya ke samping Membuat sebuah meja di depan mereka.
"woooohhh,, park dojoon.. kau bisa jadi istri yang baik.." kata nayeon meledekku yang sedang mengatur makanan di depan mereka.
"Eraaaiizzz... jika kau suamiku sudah ku hajar kau.." kataku menatap nayeon kesal.
"eonnie kau jahat.. biar aku saja yang jadi suamimu oppa.." kata momo tersenyum.
"momo yaa.. bukan karna itu aku kesal... sudahlah, aku membawa ini.." kataku mengeluarkan kaki babi panggang yang kubawa.
"waahhh jokbal,,, oppaa yaaaa.. kau tidak boleh pacaran dengan siapapun selain denganku yah..." kata momo bersemangat.
Kami lalu mulai makan bersama sambil menonton berita yang disiarkan dari luar negeri. Saat sedang menonton aku terkejut dengan berita pertemuan pemimpin dunia mengenai kejadian di korea yang disiarkan oleh amerika.
"haizz, apa mereka sudah gila.." kataku melihat tag yang bertuliskan 'Beberapa negara setuju untuk menolak pengungsi dari korea'
"mana bisa mereka melakukan itu?? bukankah tidak semua dari penduduk korea terkena virus itu?? menyebalkan.." kata nayeon ikut kesal.
"tapi menurut berita tadi kemungkinan besar banyak juga negara yang ingin membantu dan mulai meneliti antivirus untuk virus ini.. termasuk negara asalku.." kata momo.
"untuk sekarang kita harus selamat dari ini semua.. aku akan menjaga kalian, karna itu tanggung jawabku sudah mengajak kalian bersamaku.."
"aeyy,,, kami yang memintamu untuk membawa kami.." kata nayeon.
"aahh,, oppa ayo ikut aku sebentar.." momo menarik tanganku dan membawaku ke sebuah kursi pijat.
"wuaahh,, benar-benar nyaman.." kataku sambil menutup mata merasakan pijatan dari kursi itu ke seluruh tubuhku. Tiba-tiba saja aku merasakan seseorang mengusap kepalaku.
"oppa terimakasih sudah menjaga kami beberapa hari ini... gosaeng haesso uri oppa.." momo menatapku sambil tersenyum dengan tangan yang terus mengusap kepalaku.
Saat itu mataku bergerak ke arah nayeon yang menatap kami dengan wajah kesal.
"wahh,, tidak kusangka dua orang yang kukagumi sekarang menyukaiku.." gumamku dalam hati sambil tersenyum.
"YAA!! Joha hanyaa??" nayeon mendekat ke arahku dan dengan cepat mencubit pipiku.
"aaa! Apeeooo!! Memangnya kenapa kalau aku senang saat diberi fans service seperti itu??" kataku meledek.
"kalau begitu aku juga akan memberimu fans service..." nayeon melepas tangannya dari pipiku dan dengan cepat mencium pipi kananku.
"YAA! Eonniieee!! Aku tidak mau kalah.." momo memegang daguku dan langsung mencium pipi kananku.
Nayeon menatap momo sebentar lalu kembali memalingkan pandangannya ke arahku dan langsung memegang kedua pipiku dengan tangannya. Matanya tertuju ke arah bibirku dengan pandangan gugup.
"s..s.seolmaa!?" gumamku dalam hati melihat nayeon yang menutup matanya dan mulai memajukan kepalanya perlahan ke arahku.
Aku menggerakan tanganku dan menahan kepala nayeon.
"apa kalian berdua mau membuatku terkena serangan jantung??" tanyaku menatap mereka berdua bergantian.
"Yaa,, aku juga menyukaimu.. mulai sekarang aku tidak mau kalah dari momo.." nayeon menatapku serius.
"eonniee.. bukankah kau harus mengalah pada yang lebih muda.." momo menatap nayeon.
"aaaaarrhhh!! Kepalaku sakit.. sudahlah, ayo kita berangkat sekarang.. kita harus kembali sebelum malam.." kataku melihat jam di dinding yang sudah menunjukan jam 3 sore.
Setelah merapikan barang-barang yang sebelumnya ku bawa, kami langsung melangkah keluar ke arah mobil. Sekitar satu jam berkendara, kami sampai di gedung dorm mereka.
"haah,, kita sampai.." aku memarkirkan mobil agak jauh dari gedung apartement dorm mereka.
"seperti biasa aku yang akan jalan di depan.. jangan terlalu jauh.." kataku.
Di lobby gedung, kami menemui 2 zombie yang berdiri diam sambil mengeluarkan suara-suara aneh.
"ayo,, kalian harus belajar menembak.." kataku dengan suara pelan.
Mereka berdua mengangguk dan langsung mengarahkan handgun ke arah kedua zombie itu. zombie yang di tembak momo jatuh dengan 4 tembakan, sedangkan nayeon hanya dengan 2 tembakan.
"lihatkan.. kami sudah berkembang tauu.." kata nayeon.
"kalian menembak target diam.. apanya yang berkembang?" kataku menatap nayeon sinis.
Mereka berdua lalu melangkah ke arah lift. Saat mendekati lift, aku menahan tangan mereka berdua. nayeon berbalik dan menatapku bingung.
"dorm kami ada di lantai empat.. lebih cepat lewat sini.." kata momo.
"jangan lewat situ.. kita tidak tau apa yang menunggu kita saat kita pintu lift terbuka nanti, kita tidak akan punya banyak pilihan untuk kabur.. kita lewat tangga saja, lebih aman.."
Mereka berdua mengangguk dan mengikutiku ke arah tangga darurat. Kami melangkah perlahan ke arah lantai empat tempat dorm mereka. sesampainya disana, pintu dorm mereka terbuka dengan noda darah di samping pintu dan mayat seorang wanita di dekat pintu itu.
"mereka menembak ajumma itu saat mencoba menculikku dan mina.." jelas momo.
Saat masuk ke dalam dorm aku langsung menutup pintu. "jadi ini dorm mereka?? dorm yang dulu sering kulihat di acara reality show twice.." gumamku dalam hati melihat sekeliling.
"seluruh pintunya masih tertutup.. sepertinya tidak ada yang masuk ke kamar-kamar kalian.." kataku.
Momo dan nayeon langsung masuk ke kamar mereka masing-masing meninggalkanku sendiri di ruang tamu.
"haaaahhh,,, dasar... akhirnya aku ditinggal sendiri disini.." gumamku dalam hati lalu duduk di sofa panjang yang menghadap langsung ke arah TV.
"jeongyeon aaaahhhh~~~" terdengar suara teriakan momo dari arah dalam kamar. Beberapa saat kemudian nayeon keluar dari kamarnya dan langsung berlari ke arah kamar momo.
Aku dapat mendengar suara mereka bicara dari dalam kamar meskipun kurang jelas. Suara tangis mereka entah mengapa membuatku tersenyum, aku merasa bangga akan diriku yang berhasil menjaga mereka sampai sekarang.
Tiba-tiba saja aku teringat akan anggota Got7 yang sedang kembali ke kantor polisi bersama chika. "nanti jika kami berpisah pasti mereka akan mengikuti anggota got7 seonbae mereka... meski begitu aku sudah senang bisa bersama mereka walau cuman sebentar.." gumamku dalam hati.
Saat memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi setelah kami kembali ke markas, tiba-tiba aku dikejutkan oleh momo yang sudah berada di depanku memegang HPnya dengan mode Video Call.
"oppaa.. member-memberku ingin berterimakasih.." kata momo.
"dojoon oppaaaa!!!!!" terdengar suara banyak wanita dari ujung telepon.
"eoh.. annyeong, kalian apa kabar??" tanyaku melihat wajah jeongyeon di layar dengan member lain berada di belakangnya.
"oppa terimakasih, aku dengar oppa yang menyelamatkan nayeon eonnie, momo eonnie dan mina.. aku tidak tau harus berbuat apa jika kehilangan mereka bertiga.." jihyo mendekat ke arah layar.
"sudahlah tidak usah dipikirkan.. aku melakukannya dengan senang hati kok.." kataku tersenyum.
"dia melakukannya sebagai fans yang melindungi idolanya.." kata nayeon yang muncul di belakangku.
"fans?? Maksudmu dojoon oppa penggemar kita??" tanya dahyun.
"dia penggemarku.." kata nayeon tiba-tiba.
"tapi dia calon pacarku.." momo tersenyum menatap kamera.
"eonnie.. apa yang terjadi dengan kalian berdua??" chaeyeong muncul dari bawah jeongyeon.
"apa maksudmu chayeong ahh.. memangnya tidak boleh??" momo menatap chayeong serius.
"sudah-sudah.. kami tidak apa-apa disini, dan akan menjaga diri dengan baik.. sekarang kami harus bersiap-siap kembali ke tempat mina.." kata nayeon.
"kalau begitu oppa.. tolong jaga eonnie-eonnieku yahh.." kata tsuyu.
"sekali lagi terimakasih oppaa.." kata sana sambil melambaikan tangannya.
"sudah dulu yaahh.. sekarang kami sudah memegang HP kami, jadi kita bisa mengobrol lagi nanti.. annyeong~" momo tersenyum lalu memutus sambungan telepon.
"sekarang bereskan barang-barang yang akan kalian bawa... kita harus segera berangkat.." kataku.
Momo dan nayeon mengangguk lalu kembali masuk ke kamar mereka masing-masing. Beberapa menit kemudian mereka keluar membawa masing-masing 1 koper.
"haaaahh,, dasar idol.. ayo kita kembali.." kataku tersenyum. Kami melangkah keluar dari dorm mereka dan langsung menuju ke mobil.
Perjalanan kami dimulai dengan matahari yang sudah mulai menghilang, tergantikan dengan kegelapan yang mulai menutupi seoul. Saat itu aku teringat akan berita yang kami lihat sebelumnya.
"jika seluruh negara menutup diri dari korea.. bagaimana cara kami keluar dari segala kekacauan ini.." gumamku dalam hati.
Rasa lelah dan sakit di seluruh tubuhku tumpang tindih dengan pikiran yang penuh entah mengapa membuatku sangat kesal hingga Aku menabrak zombie yang menghadang kami di jalan.
"Oppaa,, biasanya kau menghindari zombie saat berkendara.. kau kenapa??" momo menatapku.
"tidak kusangka kita keluar sampai malam hanya untuk mengambil buku.." kata nayeon.
"eeraaiizzz... aku lupa soal buku itu.." gerutuku memukul steer mobil. Saat itu nayeon dan momo menatapku dengan ekspresi terkejut.
"maaf, perasaanku sedang tidak stabil.. tidak apa-apa, jangan khawatir.." kataku.
"kau yakin tidak apa-apa dojoon aah??" nayeon menatapku khawatir.
Aku mengangguk perlahan dan terus memacu mobil kembali ke markas.setelah sekitar sejam berkendara, kami sampai di depan kantor polisi.
"sepertinya mereka sudah membuat barikade yang kusuruh.." gumamku dalam hati.
Sanha dan mina muncul dari dalam gedung dan membukakan pintu pagar untuk kami.
"eonniiieee.." mina memeluk nayeon dan momo.
"selamat datang hyung... kami sudah membuat barikade yang kau suruh.. hebat kan.." kata sanha bersemangat.
Aku hanya menatap sanha tanpa ekspresi dan kembali melanjutkan langkahku ke arah dalam gedung.
Sesampainya di dalam, mereka semua sedang berkumpul di lobby.
"oppaa.. selamat datang.." yuju dan sinbi menyambutku.
"dimana yang lain??" tanyaku.
"minhwa dan rocky sedang mencari member bts dan sf9 yang menghilang tadi sore.. dan mereka belum kembali sampai sekarang.." jelas yuju.
Mataku bergerak ke arah chika dan cella yang sedang berkumpul bersama moonbin, eunwoo dan 3 member got7.
"Hyuuunggg!!" teriak chika sambil melambaikan tangannya ke arahku memanggilku.
"aku butuh waktu sendiri.." kataku menatap yuju dan sinbi di depanku lalu melangkah ke arah ruang investigasi yang berada di lantai 2.
Aku melompat ke arah meja yang berada di tengah ruangan itu dan langsung membaringkan tubuhku disana. saat aku menutup mataku perlahan, sekali lagi kepalaku dipenuhi dengan pikiran mengenai jalan keluar dari seluruh masalah ini.
"tok! Tok! Tok!" "hyung??" terdengar suara ketukan pintu bersamaan dengan suara chika yang masuk ke dalam ruangan.
Aku membuka mataku perlahan dan mendapati chika sedang berdiri tepat di samping meja.
"eung?? Wae??" tanyaku.
"hyung kenapa? Nayeon eonnie bilang hyung terlihat aneh.. mereka sangat khawatir dan menyuruhku memeriksa keadaanmu hyung.."
"tidak apa-apa.. aku hanya sedikit lelah, bagaimana denganmu?? Apa perjalanan kalian lancar??"
"aku? Kamu?? hyung kenapa?? Dari dulu hyung selalu seperti ini saat sedang mendapat masalah.. ayo cerita.."
"aa,, maaf saeng.. entah kenapa hari ini hyung lelah sekali.." kataku mencoba sedikit lebih tenang.
saat itu mataku tertuju ke arah tangannya.
"saeng itu kenapa??" tanyaku.
"eoh?? tidak apa-apa.." kata chika mencoba menyembunyikan tangannya.
Aku berdiri dari meja dan menarik tangannya. "aaa!! Apeoo!!" gerutu chika.
"apanya yang tidak apa-apa?? tangan saeng sampai sobek begitu.. apa saeng melepas baju itu??" tanyaku serius. Chika menundukan kepalanya lalu mengangguk pelan.
"saat itu bambam oppa menabrakku hingga aku terjatuh ke tumpukan beling... tapi dia tidak sengaja kok.."
Mendengar itu entah kenapa membuatku kesal, aku langsung mengambil handgun yang ada di pinggang kiriku dan melangkah keluar ruangan itu.
"HYUUNGG!! Apa yang akan kau lakukan?" chika menahan tanganku.
"sudah hyung bilang hyung akan menembak mereka jika mereka membuat saeng terluka.." kataku menatap chika serius sambil mencoba melepaskan tangannya.
"HYUNNGG!!! ANDWAEEE!!" chika kembali menahan tanganku.
"saeng.. lepas atau hyung hukum.."
"hyungg.. mereka itu bias saeng... saeng ga akan biarkan hyung melukai mereka.. lagipula itu salah saeng yang membuka pintu dan tidak berhati-hati.. karna itu bambam oppa mena—" "mereka membuat saeng berjalan paling depan??" tanyaku memotong perkataan chika.
"tidak juga.. saat itu saeng mencari sendiri kok jadi saeng tidak berjalan paling depan.."
Saat itu entah kenapa rasa kesalku bertambah. "mereka membiarkan saeng sendiri?? Akan ku bunuh mereka.." kataku kembali menghempaskan tangan chika.
"HYUNNGG!! KAU KENAPA SIH!!??" chika mulai menaikan suaranya.
Perdebatan kami sepertinya mengundang teman-teman kami yang lain ke lantai atas.
"ada apa dojoon ssi??" tanya mark.
"mark, moonbin, eunwoo ssi.. apa kalian membiarkan chika berjalan sendirian?? Dan kalian juga yang mengijinkan dia melepas baju yang kuberikan tanpa persetujuanku??" tanyaku.
"maaf dojoon hyung.. kami hanya—" "eunwoo hyung.. kalian tidak perlu minta maaf..." chika memotong perkataan eunwoo.
"apa maksudmu saeng??" tanyaku sedikit kesal.
Chika menatapku sinis "aku melakukan hal yang kuinginkan.. dan tidak butuh persetujuanmu.. memangnya kau siapa??"
"DEG!!" mendengar perkataan chika entah kenapa menghujam jantungku.
"tanpa ada kau juga kami bisa menjaga diri.. jadi jangan salahkan bias-biasku.." sambung chika.
"EONNIEEE!! Apa yang kau katakan??" cella menatap chika terkejut.