home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Z Apocalypse

Z Apocalypse

Share:
Author : Jo_Chika
Published : 08 Apr 2017, Updated : 16 Aug 2017
Cast : ASTRO GOT7 BTS SF9 TWICE GFRIEND
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |899 Views |1 Loves
Z Apocalypse
CHAPTER 23 : Chapter 23

*Jo Chika

"Binnie!!!" teriakku dan bersamaan dengan itu Head Hunter terjatuh ke samping.

Aku menatap Mark oppa dan Eunwoo hyung. "Mereka berhasil membunuh zombie itu. Syukurlah.." gumamku dalam hati.

Seketika itu juga aku terduduk di jalan sambil bernafas lega.

"Tadi itu hampir membuat jantungku berhenti." gumamku.

"Chika-ya, gwenchana?" tanya Eunwoo hyung yang sudah berdiri di hadapanku.

"Eoh? Aku baik-baik saja." kataku sambil mendongak ke atas.

"Ayo berdiri, biar kubantu." kata Eunwoo hyung kemudian akupun berdiri.

Mark oppa pun kembali bersama Binnie.

"Ya! Gwenchana?" kataku sambil memutar-mutar badan Binnie memastikan bahwa ia tak terluka.

"Yaa! Chika, kau membuatku pusing. Aku baik-baik saja, jadi tenanglah." kata Binnie tersenyum sambil menepuk puncak kepalaku pelan.

"Yokatta~ (Syukurlah)" gumamku dengan bahasa jepang.

"Eoh? Kau bisa bahasa jepang?" tanya Mark oppa.

"Iya, tapi hanya sedikit. Dojoon hyung yang mengajariku hehe~" kataku sambil tersenyum.

"Ayo lanjutkan perjalanan kita." kata Eunwoo hyung yang diikuti dengan anggukan dari kami.

Setelah masuk ke dalam mobil Mark oppa menyalakan GPS lalu menuju tempat Jinyeong oppa entah di daerah mana, nama daerah itu terlalu sulit untuk ku ingat.

Dalam perjalanan kesana kami sedikit mengobrol.

"Chika-ya, apa kau pernah datang ke fanmeeting kami?" tanya Eunwoo hyung.

"Hmm.. kalau fanmeeting sih belum pernah." kataku.

"Jinjja? Kok bisa?" Eunwoo hyung sedikit terkejut, Binnie yang tadinya menatap jalan juga ikut menatapku.

"Itu karena kalian disini, di korea.. dan ini pertama kalinya aku datang ke korea." kataku menatap Binnie dan Eunwoo hyung yang menoleh ke arahku dari kursi di depanku.

"Ahh~ pantas saja tapi.. bahasa korea lumayan lancar jadi kupikir kau sudah lama disini." kata Eunwoo hyung.

"Ohh itu, Dojoon hyung selalu menyuruhku berbicara menggunakan bahasa korea dengannya jika tidak aku bisa dihukum olehnya." kataku sambil memanyunkan bibirku karena teringat saat-saat dimana Dojoon hyung selalu menghukumku.

"Oh iya saat Showcase kami di Jakarta, apa kau datang?" tanya Eunwoo hyung.

"Tentu saja!! Aku sampai bolos kegiatan wajib kuliahan hari itu hanya untuk datang dan melihat kalian." kataku mengingat kejadian dimana aku bolos kuliah dan sama sekali tidak memberitahukannya pada eomma.

"Aigoo~" Eunwoo hyung sedikit tertawa.

Aku melirik ke arah Binnie yang menggeleng-geleng kepalanya.

"Aku ga salah kan.. lagipula bertemu mereka di Indonesia itu sangat sulit." gumamku dalam hati.

"Tapi.. saat ini.. aku berharap jika ini hanyalah sebuah mimpi buruk dan aku akan segera terbangun." gumamku.

"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?" kata Mark oppa.

"Hanya saja.. wabah ini dan semua kejadian yang telah terjadi karena wabah ini membuatku sedih.. Sangat sedih dan terkadang membuatku tak bisa membedakan kenyataan dan mimpi.." kataku.

Tiba-tiba Binnie menepuk-nepuk pelan kepalaku. Aku menatapnya kemudian tersenyum "Arigatou (Terimakasih)" kataku dalam bahasa jepang.

Drrtt... drrtttt...

Hpku tiba-tiba saja bergetar menandakan sebuah telpon masuk.

"Chika-ya" terdengar suara Minhwa memanggilku tepat setelah aku mengangkat telpon dari Minhwa.

"Eoh? Kenapa?" tanyaku

"Sepertinya kita sudah dekat." "Dimana kalian?" kata Mark oppa lalu tanya Minhwa di waktu yang hampir bersamaan.

"Baru mau nyampe. Kenapa?" tanyaku.

"Gak. Kirain dah jalan balik. Aku sama yang lainnya mau balik ke markas.. dan kayaknya sinyal radionya gak nyampe sini, makanya aku menelfonmu" kata Minhwa.

"Oh udah mau balik. Ya udah. Nanti ketemu di markas ya.." kataku.

"Eoh" kemudian Minhwa memutus sambungan telpon.

"Siapa yang nelpon?" tanya Binnie.

"Minhwa, katanya dia udah mau balik ke markas." kataku.

Kemudian Mark oppa memelankan mobil lalu berhenti di salah satu gedung tinggi.

Gedung ini terlihat sangat tinggi dengan dinding-dinding penuh kaca tapi sudah terlihat hancur dan berantakan.

"Ayo kita turun, menurut GPS mereka ada disini." kata Mark oppa.

"Bisakah aku melepaskan ini saat masuk kesana? Ini sangat berat dan membuatku sulit bergerak. Jika terjadi apa-apa aku akan kesulitan berlari." kataku sambil menatap mereka bertiga dengan tatapan kitty eyes milikku.

"Eoh? Boleh ya? Ya?? Please~~" kataku lagi.

Binnie menatap Eunwoo hyung lalu Eunwoo hyung menatap Mark oppa kemudian Mark oppa menatap Binnie dan Eunwoo hyung lalu mereka bertiga menatapku.

"Hmm.. Dojoon hyung akan membunuh kita jika kau melepaskan baju itu." kata Mark oppa.

"Uhh~ Oppa.. jika aku tidak bisa melarikan diri karna baju ini bagaimana? Masa oppa tega padaku? Ayolah oppa ya? ya?? Lagipula jika oppa tidak melaporkannya pada Dojoon hyung kalian tidak akan dibunuh olehnya." kataku tetap bersi keras memohon.

"Hmm.. yasudah, lagipula kami akan melindungimu. Iyakan?" kata Mark oppa setelah berpikir beberapa detik lalu menatap Eunwoo hyung dan Binnie.

"Tentu saja! Kami akan melindunginya." kata Eunwoo hyung.

"Asaaa!! Thank youu~" kataku memeluk Mark oppa dan Eunwoo hyung kemudian langsung melepaskan baju penjinak bom dari ujung kepala sampai ujung kakiku.

"Haahh.. akhirnya aku bebas juga!" kata sambil menghirup udara.

"Ya! Kau tidak memelukku juga?" kata Binnie sambil memanyunkam bibirnya.

"Eoh? Kenapa aku harus memelukmu?" tanyaku.

"Wa-" "Chika-ya!" panggil Mark oppa memotong perkataan Binnie.

"Ne oppa?" kataku langsung menutup pintu mobil dan langsung menuju ke bagasi mobil.

"Ada apa?" tanyaku.

"Amunisi kita tinggal sedikit jadi kita harus menghemat." kata Mark oppa.

"Baiklah.. kita gunakan pisau saja untuk membunuh zombie-zombie yang belum berevolusi." kataku.

"Aku sudah siap!" kata Eunwoo hyung.

"Baiklah, ayo masuk." kata Mark oppa kemudian ia memimpin jalan dengan Binnie di belakangnya kemudian aku dan Eunwoo hyung di belakangku.

"Disini cukup sepi tapi kita harus tetap siaga.." bisik Mark oppa.

Aku mengangguk.

"Ini gedung perkantoran?" gumamku sambil melihat setiap sudut ruangan.

"Eoh. Ini gedung perkantoran." kata Eunwoo hyung.

"Owahh kalau tidak hati-hati, aku bisa tersesat di gedung ini." gumamku dalam hati.

"Sstt! Tunggu disini, aku melihat sesuatu." bisik Mark oppa lalu berjalan ke salah satu ruangan lalu membuka pintunya perlahan.

Mata Mark oppa seketika itu juga melebar.

"Ya! Oppa, ada apa?" kataku.

Mark oppa tidak menjawab pertanyaanku, aku langsung menghampiri Mark oppa.

"Oppa ap- heol hmph-" Mark oppa langsung membekap mulutku.

Aku melihat salah satu zombie sedang berevolusi, ia berubah menjadi head hunter.

Tangannya membengkak dan membesar dengan ujung pisau yang muncul dari ujung tangannya. Mengerikan sekali.

"Ya!! Apa yang kalian lakukan?" teriak Binnie yang sudah berada di sampingku.

Aku melepaskan bekapan Mark oppa dari mulutku dan langsung memukul perut Binnie.

"Akh!" "Ssttt!!!" aku membekap mulut Binnie saat ia meringis kesakitan sambil sedikit menunduk.

"Ayo lari!" kata Mark oppa bersamaan dengan head hunter menuju ke arah kami.

Kami bertiga berlari ke arah Eunwoo hyung yang berada di dekat meja receptionist.

"Wae? Apa yang terjadi?" tanya Eunwoo hyung terkejut melihat kami.

"Head hunter!" bisikku sedikit panik.

"Ha-" "Sstt!" kataku langsung membekap mulut Eunwoo oppa.

Aku menutup mataku saat melihat head hunter melewati meja receptionist.

"Haizzz.. kenapa aku jadi takut begini sih?!!" gumamku kesal dalam hati.

Saat aku membuka mataku, tiba-tiba saja meja receptionist di depan kami terbela jadi dua dan di lempar ke samping oleh head hunter.

Aku hanya mematung menatap head hunter lalu seseorang menarik tanganku menghindari tangan head hunter yang hampir memotongku.

"Ya! Apa kau sudah gila?" Binnie terus memarahiku tapi pikiranku tak cukup sanggup untuk mendengarnya.

"Tunggu disini." kata Binnie kemudian Binnie terus menghujani head hunter dengan peluru.

Mark oppa dan Eunwoo hyung juga melakukan hal yang sama. Head hunter pun mati karena terkena peluru dari Mark oppa.

Saat aku akan bernapas lega mendadak saja 2 head hunter lain datang dari arah belakang Eunwoo hyung.

"Hyung!!!" dengan cepat aku mengeluarkan handgun ku dan langsung membidik kepala head hunter yang akan menebas Eunwoo hyung.

Saat aku menarik pelatuk dengan cepat peluru meluncur ke arah kepala head hunter itu kemudian head hunter itu terjatuh.

Eunwoo hyung berlari ke tempat lain kemudian mereloud pelurunya.

Mark oppa dan Binnie juga mereloud peluru mereka kemudian menembaki head hunter yang mendekat.

Tapi head hunter itu terus melindungi bagian depan kepalanya.

"Haiss.. Chika-ya, pinjami aku handgun mu!" teriak Binnie.

Aku segera melempar handgun ku dan langsung di tangkap oleh Binnie.

Kemudian dengan cepat Binnie berlari ke arah belakang head hunter lalu menembaknya.

Head hunter itu pun terjatuh ke samping dengan Binnie yang berdiri tak jauh darinya.

"Keren!" tanpa sadar aku terus menatap Binnie.

"Ya! Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Ya!" "BUK!"

"Akh! Ya!! Kenapa kau memukul kepalaku?" kataku kesal.

Aku menatapnya kesal kemudian aku melihat Eunwoo hyung yang sedang berjalan ke arah kami.

"Oh! Hyung, gwenchana?" kataku sambil menghampiri Eunwoo hyung.

"Eoh, gwenchana." kata Eunwoo hyung sambil tersenyum.

"Oh! Hyung.. kepalamu berdarah!" kataku melihat darah mengalir dari pelipis Eunwoo hyung.

"Ah? Hanya luka kecil, tidak apa-apa." kata Eunwoo hyung mengusap darah dari pelipisnya.

"Tunggu disini!" kataku kemudian berlari ke salah satu ruangan dan mencari kotak P3K.

"Ketemu!" gumamku sambil berlari keluar ruangan.

"Woaahh!! Kaget aku!" gumamku hampir menabrak mayat head hunter.

"Hyuuung~" kataku sambil berlari menghampiri mereka bertiga yang duduk di dekat lift.

"Haahh.. ini." aku memberikan kotak P3K itu pada Eunwoo hyung.

Ia mengambilnya sambil tersenyum lalu menatapku.

"Ah iya! Hyung tidak bisa mengobatinya sendiri." kataku.

"Binnie! Obati hyungmu." kataku menepuk punggung Binnie.

"Ehh? Kenapa tidak kau obati sendiri? Kau pasti ingin mengobati hyungku kan?" kata Binnie terlihat kesal.

"Yaa.. aku sebenarnya ingin mengobatinya tapi aku tak bisa.." kataku sambil menunduk.

"Wae?" tanya Mark oppa penasaran.

"Sebenarnya.. aku.. aku tidak tau bagaimana cara mengobati luka seperti itu.." kataku menatap Binnie.

Mendadak saja Mark oppa dan Eunwoo hyung tertawa.

"Aiguu~ gwiyowo.." kata Mark oppa mencubit pipiku.

Aku mengererutkan keningku.

"Apa yang lucu coba? Apa mereka jadi sedikit gila karena kepala mereka terbentur?? Semoga saja tidak." gumamku dengan bahasa indonesia.

"Kau ngomong apa sih?" tanya Binnie.

"Eoh? Kau mendengar perkataanku?" kataku bingung.

"Kau tadi bicara, dan itu sangat jelas hanya saja kami tidak mengerti apa yang kau katakan." kata Mark oppa.

"Haiss... pabo!" gumamku dalam hati.

Aku hanya tersenyum canggung.

"Kau masih bisa jalan?" tanya Mark oppa pada Eunwoo hyung.

"Tentu saja. Luka ini tidak parah kok." kata Eunwoo hyung.

"Kalau begitu ayo." kata Binnie.

"Tunggu dulu.. Oppa, amunisi kita tinggal berapa?" tanyaku.

"Ah iya! Amunisi kita sudah habis, tinggal 3 handgun dengan 7 peluru di masing-masing handgun.

Aku memijit keningku.

"Baiklah, pakai pisau saja.. tapi aku takut dekat-dekat zombie setelah melihat mereka dari dekat beberapa kali.." kataku menatap mereka dengan kitty eyes milikku.

"Tenang saja, kami yang akan membunuh zombie-zombie itu." kata Mark oppa.

Kemudian kami menaiki tangga darurat.

"Tunggu sebentar." kata Mark oppa kemudian mengambil hpnya.

"Yeoboseyo Jinyeong-ah, kami sedang di tangga darurat. Kalian dimana?" kata Mark oppa.

"Kami segera kesana." kata Mark oppa.

"Kita ke lantai 5." kata Mark oppa setelah menyimpan hpnya.

Kamipun buru-buru menaiki tangga darurat sampai lantai 5.

"Haah.. tunggu sebentar. Aku capek!" kataku sambil terengah-engah.

"Nih minum." Binnie memberikanku sebuah botol berisi air.

"Gomawo~" kemudian aku langsung meminum air dalam botol itu sampai tersisa setengah botol.

"Aku juga butuh minum." Eunwoo hyung langsung mengambil botol minum dari tanganku.

"Hy..hyung itu kan.." kataku terhenti menatap Eunwoo hyung yang telah menghabiskan air dalam botol itu.

"Itu kan botol bekas aku minum! J-jadi a-aku dan Eunwoo hyung baru saja c-ciu-aahh!! Tidak! Jangan memikirkan itu disaat seperti ini!! Dasar pabo!" gumamku dalam hati.

"Ada apa?" tanya Eunwoo hyung menatapku bingung.

"Ah? Ani." kataku menatap ke arah lain.

"Chika! Kenapa wajahmu merah? Kau sakit?" tanya Mark oppa sambil menempelkan tangan kanannya di dahiku.

"Eoh? Tidak, aku tidak sakit kok." kataku.

"Em.. le-lebih baik sekarang kita cari Jinyeong oppa saja. Ayo." kataku.

Mark oppa membuka pintu di depan kami lalu perlahan masuk ke dalam dan memeriksa sekitar.

"Aman, ayo masuk." kata Mark oppa.

Kami bertiga masuk ke dalam dan memeriksa ruangan-ruangan yang berada di lantai 5.

Aku membuka pintu di depanku. Sepertinya ini ruang rapat.

"Aaa!!!" "BRUK!!"

"Akh!! Appeoo!!!" pekikku saat seseorang menabrakku sampai jatuh.

"Isshhi! Ya!! Wa- Oh!! Bambam oppa?!" kataku terkejut menatap Bambam oppa yang berada di depanku.

"Ya! Cepat berdiri dan lariii!!" teriak Bambam oppa yang langsung menarik tanganku kemudian membawaku lari dengan Jinyeong oppa yang mengikuti kami di belakang.

"Ohh!! Stop! Stop! Kenapa lari? Ada apa?" kataku menghentikan lariku.

"Disana! Kau tidak liat itu banyak zombie!" kata Bambam oppa.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK