*Park Dojoon
Aku menyiapkan peralatan yang akan kubawa.
"apa kau yakin akan pergi berdua saja oppa??" Yuju menatapku khawatir.
Aku menatap yuju tersenyum. "tidak apa-apa yuju yaa.. sebenarnya aku akan pergi sendiri.. tapi nayeon memaksa ikut, dan untuk sekarang aku masih takut membawa lebih dari satu orang.. keadaanku masih belum sepenuhnya pulih dan luka-luka di tubuhku masih belum sembuh.."
"kalian berdua bahkan tidak tidur semalam.. apa kalian yakin?" mina menatapku dan nayeon.
"jangan khawatir mina yaa.. aku baik-baik saja.. owh iya, dimana momo??" nayeon menatap sekeliling.
"eeh?? Bukannya tadi dia ada disini?? Kemana perginya??" eunha melihat sekeliling.
"mungkin ke toilet.." kata sinbi.
"baiklah.. kami akan berangkat sekarang.. kabari aku jika terjadi sesuatu.." kataku menatap cella dan sanha.
"tenang saja hyung.. serahkan yang disini pada kami.." sanha tersenyum.
"hati-hati oppa.." cella menatapku khawatir.
"tolong jaga member-memberku yah.. cella ssi.." kata nayeon tersenyum manis.
Kami berdua melangkah keluar dari gudang senjata ke arah pintu keluar. Kami menaiki mobil Van hitam yang kami gunakan sebelumnya dan berangkat menuju kampusku.
Saat dijalan rasa kantuk tiba-tiba menyerangku membuatku kehilangan fokus. Aku menabrak zombie di depanku membuat benturan yang cukup keras di mobil kami.
"Aaa~~" tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang.
"apa kau dengar itu??" tanyaku menatap nayeon.
"dengar apa?? aku tidak mendengar suara lain selain tabrakan tadi.."
"mungkin hanya perasaanku saja.." gumamku dalam hati.
Beberapa menit kemudian kami sampai di kampusku. Aku memarkirkan mobil jauh dari gedung perpustakaan dan langsung turun.
"perpustakaan ada di sebelah sana.. lebih baik kita jalan kaki mulai sekarang.." kataku.
Nayeon mengangguk dan mengikutiku melangkah ke arah perpustakaan.
"nayeon aah.. disana ada satu,, coba tembak.." kataku menunjuk ke arah zombie yang berada di depan gedung perpustakaan.
Nayeon menembakan beberapa peluru dan salah satu pelurunya mengenai bahu zombie itu tapi zombie itu tetap terdiam.
Aku mendekat ke arah nayeon. "dia masih belum bergerak karna tidak mendengar suara apapun.." bisikku.
Aku memukul mobil di samping kami dengan handgun di tanganku. Mendengar suara, zombie itu berlari cepat ke arah kami.
"Yaaaiiizzz!!" teriak nayeon terus menembakan senjatanya ke arah zombie itu tapi tidak ada satupun yang menjatuhkannya.
"clak..clak..clak..!!!" "eo eo eeoooo!!! Pelurunya habiissss..." kata nayeon sambil terus menarik pelatuk senjatanyaa.
Saat zombie itu semakin dekat dengan kami, aku menembak kepala zombie itu membuatnya jatuh ke tanah. Setelah zombie itu jatuh, nayeon ikut jatuh terduduk di tanah.
Beberapa saat kemudian nayeon berdiri dan langsung menepuk punggungku cukup keras.
"Aaaa!!!! Apeeeooo!!"
"ishii!! Masih belum cukup kau mengerjaiku waktu itu.." nayeon menatapku dengan mata berkaca-kaca.
"haizz,, Yaaa.. kau pikir kau akan terus menembak gambar??aku membawamu kesini untuk sekalian berlatih menembak.. mereka terus berevolusi dengan cepat dan aku harus melatih kalian lebih cepat.." kataku.
Nayeon menundukan kepalanya. "maaf..."
"yasudah ayo kita masuk ke dalam..."
Kami masuk dalam gedung perpustakaan.
"nayeon aah.. siaga.." kataku melihat tubuh zombie dengan kepala yang terpisah dari tubuhnya.
"haaaaahh,, wabah ini menyeramkan.. dan yang lebih membuatku takut adalah saat aku melihat semua ini aku merasa biasa saja.. sepertinya aku sudah sedikit gil—hmmpp" aku menutup mulut nayeon menghentikan kata-katanya.
Aku menunjuk ke arah lengan head hunters di bagian lain rak di samping kiri kami.
"apa itu??" bisik nayeon dengan nada terkejut.
Aku menaruh jari telunjuk di bibirku dan mengisyaratkan nayeon untuk bersiaga di tempatnya berdiri. Mataku terus tertuju ke arah headhunter itu sambil melangkah perlahan mendekatinya.
"KYAAAA!!!!" terdengar teriakan wanita dari arah luar gedung.
Mendengar itu nayeon langsung berlari keluar, aku yang terkejut langsung mengikuti nayeon. sesampainya diluar mataku menerawang mencari asal suara.
"MOMO YAA!!" teriak nayeon.
Aku memalingkan pandanganku dan mendapati momo jatuh terduduk dengan satu headhuter yang berdiri tak jauh darinya.
"jangan menembak.. kau bisa membuatnya marah.." kataku menahan tangan nayeon dan langsung berlari ke arah momo.
Aku langsung mengangkat momo di pelukanku. Saat berbalik, headhunter itu telah mengangkat tangan besarnya ke samping. aku sadar, jika salah mengambil keputusan aku bisa kehilangan kepalaku atau mungkin membuat momo terbunuh.
"sekarang bukan waktunya menghawatirkan diriku.." gumamku dalam hati lalu mendekati tubuh headhunter itu dengan punggungku menghadap ke arah lengannya.
"BUKKK!!!" terdengar suara keras lengannya yang memukul punggungku.
Aku terdorong ke arah mobil di sampingnya, saat sudah semakin dekat dengan mobil itu aku membalikan badanku membuat punggungku membentur pintu mobil itu. aku terjatuh perlahan dengan momo yang masih berada di pelukanku.
"Oppaa..." momo menatapku dengan ekspresi terkejut dan airmata yang mengalir di pipinya.
"aku tidak bisa membiarkanmu terluka.." kataku tersenyum.
Headhunter itu kembali melangkah ke arah kami berdua.
"momo yaa.. kau masih bisa berdiri kan?? tinggalkan aku disini.."
"apa maksudmu? Aku tidak mungkin meninggalkanmu disini.. tidak akan!!" momo menatapku serius.
"jika kau tidak pergi, kita berdua akan mati di sini.. bagaimana bisa Twice tampil tanpa dancer hebat sepertim—" "JANGAN BODOH!! Aku tidak ingin ada yang mati demi menyelamatkanku.. apalagi itu kau oppa.. jika kau ingin mati di tempat ini.. aku akan menemanimu.." momo memotong kata-kataku.
saat itu headhunter yang menyerang kami sudah berada tepat di depan kami. momo menutup matanya sambil melingkarkan tangannya di perutku. aku tersenyum menatapnya lalu mengusap kepalanya perlahan.
Saat headhunter itu mengangkat tangannya aku menutup mataku perlahan.
Setelah beberapa detik terdiam menutup mata. Aku menyadari bahwa tidak ada apapun yang terjadi pada kami berdua.
"Yaaa!! apa kalian sedang syuting drama romance???" terdengar suara nayeon.
Aku membuka mataku perlahan dan mendapati headhunter di depan kami telah jatuh dengan lubang di belakang kepalanya.
"Nayeon aahh..." kataku menatap nayeon terkejut.
"heeh,, aku tidak bisa terus menembak gambar kan.." nayeon membanggakan diri. "selain itu.. momo yaa! Bisakah kau melepaskan pelukanmu sekarang.. aku barusaja melihatmu tersenyum.." sambung nayeon.
"sebentar lagii..." momo mempererat pelukannya sambil tersenyum.
"YAAA!!!" teriak nayeon.
Saat itu zombie muncul dari samping gedung perpustakaan dan langsung berlari ke arah kami.
Aku mengambil handgun milikku dan mengarahkannya ke arah zombie itu.
"tenang saja dojoon aah.. dia milikku.." kata nayeon mengangkat handgun miliknya.
nayeon langsung menembakan handgun miliknya ke arah zombie itu, tapi tidak ada satupun peluru yang menjatuhkan zombie itu.
"dia semakin dekaattt...." kataku melihat nayeon yang kebingungan mereload handgun miliknya.
Zombie itu melompat ke arah nayeon dan mencoba menggigitnya. Tapi aku dengan cepat menembak kepala zombie itu hingga jatuh.
"sepertinya kau hanya beruntung saat membunuh headhunter ini.." kataku menatap nayeon sinis.
"ishii.. mau kuhajar??" gerutu nayeon.
"gomawo nayeon ah.." kataku tersenyum.
Aku lalu memalingkan pandanganku ke arah momo yang masih terdiam memelukku.
"hirai momo ssi?? kami menunggu penjelasanmu.." nayeon menatap momo tajam.
Saat itu momo membuka satu matanya sambil melepas pelukannya dariku, dan langsung berlutut tepat di sampingku.
"maaf oppa.. eonniee.. aku hanya ingin ikut kalian.. aku khawatir sesuatu terjadi pada kalian dan kalian pasti tidak akan mengizinkanku ikut jika aku meminta baik-baik.. karna itu aku menyelinap ke mobil kalian.." jelas momo.
"momo yaa.. kau lihat kan yang terjadi barusan? Sekarang dojoon dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk melindungi kita berdua sekaligu— tunngu dojoon aah.. punggungmu?" tanya nayeon.
"tidak apa-apa.. tenang saja.." kataku menahan sakit.
"sekarang coba berdiri.." nayeon menatapku serius.
Saat aku mencoba berdiri, aku tidak dapat menahan sakit di punggungku membuatku kembali jatuh ke tanah.
"tolong bantu aku.." kataku tersenyum kaku menatap nayeon.
"sudah kuduga.. punggungmu terbentur 2 kali tadi.." kata nayeon kesal.
"oppa?? Kenapa kau melakukan itu?? padahal punggungmu belum sembuh benar.." momo menatapku khawatir.
Aku mengusap kepala momo perlahan. "aku tidak bisa membiarkan wanita terluka.. apalagi itu biasku sendiri.."
"bias? Maksudmu aku?" kata momo.
Aku menatapnya tersenyum lalu memalingkan pandanganku ke arah nayeon. "kau membawa kotak P3K kan?? bisa tolong ambilkan untukku??"
"disini tidak aman oppa lebih baik kita ke mobil saja.. ayo aku bantu kau berdiri.." momo mendekat ke arahku dan mencoba membantuku berdiri.
Kami bertiga melangkah perlahan ke arah mobil yang di parkir di bagian depan kampus yang agak jauh dari perpustakaan.
"momo yaa.. apa kau yakin kau membantunya berjalan? Yang kulihat kau membuatnya jadi sulit berjalan.." kata nayeon melihat momo yang melingkarkan tangannya di perutku.
"tidak apa-apa nayeon ahh.. aku malah senang dipeluk biasku seperti ini.." kataku.
"tuh kan eonnie.. oppa saja tidak marah, jadi tidak apa-apakan oppa yaa?? hihi" kata momo dengan suara imut.
"wahhh,, jika seperti ini posisi satu bisa terancam.." ledekku.
Mendengar itu nayeon berbalik dan menatapku tajam. Ia lalu menyarungkan handgun miliknya dan memelukku dari sisi lain.
"eonnie.. mwohaeyoo?" momo menatap nayeon bingung.
Aku sempat terdiam sesaat melihat 2 biasku sedang memelukku dari dua arah. Beberapa saat kemudian aku tersadar kalau kami sedang berada di tengah wabah yang kapanpun bisa membunuh kami.
"nayeon aahh.. aku tidak akan bisa bergerak jika kalian memelukku seperti ini..." kataku.
"maaf dojoon aah.. aku belum bisa memberikan tempat pertama.." nayeon memelukku lebih erat.
"sebenarnya apa yang kalian bicarakan.. dari tadi pagi kalian selalu membicarakan tentang tempat pertama.." tanya momo.
Aku tersenyum menatap nayeon lalu mengusap kepalanya. "tenang saja, kau masih di tempat pertama.. jadi nayeon aah.. bisa tolong lindungi kami lagi??" aku tersenyum manis ke arah nayeon.
Saat itu wajah nayeon memerah. Nayeon melepas pelukannya lalu kembali mengambil handgun miliknya.
"oppa?? Aku??" momo memajukan kepalanya ke arahku.
Aku mengusap kepala momo perlahan. Kami lalu kembali melangkah ke arah mobil dengan nayeon yang menuntun kami di bagian depan. sesampainya di mobil nayeon langsung mengambil kotak P3K yang berada di bagian belakang, sedangkan momo membantuku duduk di lantai mobil bagian samping.
"TssskK!!! Tsssskkk!!! Dojoon oppaaa kau bisa mendengarku??" terdengar suara yuju dari walkie talkie.
"momo ya.. bisa tolong ambilkan itu.." kataku menunjuk ke arah walkie yang berada di dashboard mobil.
Momo bergerak mengambil walkie talkie itu dan membawanya padaku. "ada apa yuju yaa??"
"oppaa ada masalah gawat.. momo eonnie menghilang dan mina eonnie terus menangis sedari tadi.. dia bilang dia akan keluar mencari momo eonnie.."
"Yaaaa!!! Hentikan dia sekarang jangan ada yang meninggalkan markas.." teriakku terkejut. "momo ada disini bersama kami.. dia menyelinap di bagian belakang mobil dan mengikuti kami kesini.." jelasku.
"YAAAA!!!! Kenapa kau melakukan ini padaku eonniee.. kau tau betapa khawatirnya aku sekarang karna kau.." teriak mina dari walkie talkie.
"miaaann.. aku tidak bermaksud membuatmu khawatir mina yaa.." kata momo.
"mina yaa.. maaf membuatmu khawatir.. tapi eonnie sudah memukulnya tadi.. kami akan baik-baik saja, jadi kau jangan khawatir yah.." nayeon mencoba menenangkan mina.
"baiklah eonnie.. tolong kembali dengan selamat yah.." kata mina.
"arasseo.. kau juga jaga dirimu baik-baik yah.." kata nayeon.
"dojoon oppa.. aku meletakan handphoneku di tas yang kau bawa.. jika kalian tidak bisa menggunakan radio, hubungi nomor sinbi dari HP itu.." kali ini terdengar suara yuju.
"gomawo yuju yaa.. bisa aku biacara dengan cella atau sanha??" kataku.
"ada apa oppa?? Aku disini.." tanya cella.
"Cella ya.. gimana keadaan disana? jendelanya sudah di tutup kan??" kataku dengan bahasa indonesia.
"yup, aku dan sanha sudah menutupnya menggunakan perisai seperti yang kau suruh.."
"bagus.. terimakasih cella ya.. jika tim lain sudah kembali tolong katakan pada mereka untuk membantumu membuat barikade di depan pagar.." kataku.
"baik oppa.. tolong berhati-hati.. aku tidak mau kembali ke indonesia tanpamu, dan aku yakin cece juga.."
Saat itu aku teringat akan kata-kata yang ku ucapkan pada mereka berdua di malam sebelumnya. "ternyata dia juga tidak tidur yah.." gumamku dalam hati.
"gomawo.. baiklah oppa akan berhati-hati.. sudah dulu yah, oppa harus cepat agar bisa cepat kembali..." kataku.
Saat aku akan meletakan walkie talkie itu. aku teringat akan tim lain. "seharusnya mereka juga bisa mendengar radio itu.. kenapa tidak ada yang menjawab??" gumamku dalam hati.
"tes.. tes.. saeng? Minhwa? Ada yang bisa mendengarku?"
"minhwa disini~~" terdengar suara minhwa di radio.
"eoh! minhwa-ya.. darimana saja kau? Kenapa tidak menyahut di radio? Chika mana??" tanyaku.
"aku sudah dekat markas. Soalnya sinyal radionya gak nyampe. Kejauhan.."
"yasudah, cepat kembali da—" "Tssskkkk!!!!"
Kata-kataku terpotong bersamaan dengan nyala lampu di radio yang mulai meredup.
"sepertinya batreinya habis oppa.." momo menatapku.
Aku mengangkat satu keningku menatap nayeon.
"aa, mian.. sepertinya aku membawa radio yang salah.." kata nayeon tersenyum.
"isshii~ untung saja yuju memberikan HPnya.. jika tidak, kita tidak akan bisa menghubungi mereka.." kataku.
Aku membuka bajuku sehingga nayeon dapat mengobati punggungku. Setelah selesai aku langsung mengambil handphone yuju dan M4A1 yang berada di bagian belakang mobil dan memasang peredam di ujung senjata.
"yasudah kalian berdua tunggu disini sebentar.. aku akan pergi sendi—" "YAA!!" nayeon memotong perkataanku sambil menatapku tajam.
"jalan saja sudah sulit.. mau sok pergi sendiri.. haiguu.." kata momo memukul punggungku membuatku meringis kesakitan.
"kami tidak akan membiarkanmu pergi sendirian.." kata nayeon memngangkat handgun miliknya.
"momo yaa,, memangnya kau bisa menggunakan itu??" tanyaku melihat Momo yang mengambil handgun dari pinggangku.
"tenang saja oppa.. aku bisa menggunakan ini dengan baik.. lihat saja.." momo mengarahkan handgun yang ia pegang ke arah kaleng yang berada di atas mobil hitam tak jauh dari tempat kami berdiri.
Saat momo menarik pelatuk di senjata itu kaca mobil itu pecah membuat suara alarm yang cukup keras.
Momo berbalik perlahan ke arah kami dan menatap kami terkejut. "umm,, haruskah kita kabur sekarang??" kata momo sedikit gugup.
"haizz!!!" gerutu nayeon langsung menutup pintu belakang mobil. Setelah selesai mengunci pintu mobil, kami bertiga mulai berlari ke arah perpustakaan.
"lari di belakangku.. jangan terlalu jauh.." kataku. Beberapa zombie mulai bermunculan dan berlari ke arah kami, aku menjatuhkan zombie-zombie itu dengan M4A1 di tanganku.
Beberapa menit berlari, kami sampai di depan perpustakan. Saat aku mencoba mereload senjataku, dari arah samping muncul zombie yang berlari cepat ke arah kami.
"sial,, tidak akan sempat.." aku melepas senjataku dan memeluk momo dari belakang dengan tangan kiriku, sedangkan tangan kananku bergerak ke arah tangan kanan momo dan mengangkatnya membidik zombie itu. seperti mengerti dengan sinyal dariku, momo menarik pelatuk membuat peluru dari handgun yang ia pegang menembus mata zombie itu.
Kami terdiam beberapa saat dalam posisi yang sama. Tiba-tiba aku merasakan sakit di punggungku membuatku tersadar dan melepas pelukanku dari momo.
"Aaaa!! Waeee!!??" kataku menatap nayeon yang barusaja memukul punggungku.
"kau bisa saja mengambil pistolnya dan menembak kan? kenapa pake acara pelukan segala?" nayeon menatapku tajam.
"tidak apa-apa eonnie.. aku tidak marah kok.." momo tersenyum.
"tapi aku marah.." kata nayeon kesal membuatku dan momo menatapnya bingung.
Seperti tersadar, wajah nayeon memerah dan langsung berbalik melangkah meninggalkan kami ke arah dalam perpustakaan.
"haha, gwiyowo.." gumamku dalam hati tersenyum menatap nayeon.
Aku dan momo melangkah mengikuti nayeon ke dalam perpustakaan. Sesampainya di bagian dalam, mataku langsung menerawang mencari keberadaan headhunter sebelumnya.
Dari kejauhan zombie wanita muncul dengan wajah yang ku kenal. Ji eun Wanita yang dulunya sering duduk di sampingku saat kami belajar bersama di perpustakaan ini. Zombie jieun melangkah perlahan ke arah kami.
Saat itu dari belakang zombie ji eun muncul head hunter yang kulihat sebelumnya.
"kalian berdua tunggu disini.. dia milikku.." aku tersenyum ke arah nayeon dan momo.
"apa kau yakin??" nayeon menatapku khawatir. Aku membalas pertanyaannya dengan senyum manis dan langsung berbalik melangkah ke arah head hunter itu.