*Jo Chika
Setelah kami selesai makan, aku segera ke atas bersama Cella dan Minhwa.
"Eoh Cella-ya.." panggil ajumma tiba-tiba saat kami sedang manaiki tangga.
"Ya ajumma? Ada apa?" tanya Cella menoleh.
"Apa kalian terpisah dengan Dojoon? Karena beberapa menit sebelum kalian tiba, dia baru saja berangkat dari sini." kata ajumma yang membuatku langsung melompat turun ke bawah.
"Jinjjayo ajumma??" kataku sambil memegang tangan ajumma.
"E-eoh.. kau mambuatku kaget Chika-ya." kata ajumma sambil menepuk kepalaku sambil tersenyum.
"Ajumma saranghae!!" kataku sambil memeluk ajumma kegirangan.
"Kalau begitu setelah mandi kita akan langsung berangkat!" kataku berbalik dan menatap para namja yang masih juga belum selesai makan.
"Ehh?? Kiha hidak ihirahat dulu??" kata Binnie tidak jelas dengan mulutnya yang penuh dengan ayam.
"Ya! Ngunyah dulu baru ngomong." kataku menatap Binnie kesal.
"Baiklah, kalau begitu kalian mandilah lebih dulu, kami masih lapar hehe~." kata Dawon oppa.
Setelah selesai mandi, aku menggunakan pakaian yang ajumma pemillik restoran berikan padaku. Kurasa ini milik anaknya karena pakaian ini terlihat sangat feminim.
Awalnya aku dan Cella ingin membayar semua makanan dan pakaian serta sudah mengijinkan kami untuk mandi di rumahnya tetapi ajumma itu berkeras menolak uang kami.
Aku sangat bersyukur karena Cella dan hyung mengenal ajumma yang sangat baik ini. Aku juga berterimakasih sekali pada ajumma ini karena ia sangat baik dan ramah terhadap kami walau ia tidak begitu mengenal kami.
"Ya! Apa yang sedang kau pikirkan?" suara Binnie mengagetkanku saat aku sedang duduk diam di sofa yang berada di lantai 2.
Aku menatapnya dan teringat semua perilakunya pada Minhwa tadi.
"Haahh... menyebalkan!" gerutuku menggunakan bahasa indonesia.
Kemudian Binnie duduk di sampingku. Disini hanya ada kami berdua, yang lainnya ada yang sedang mandi dan ada juga yang sedang keluar mencari barang serta ada juga yang sedang membantu ajumma membereskan meja dan dapur dibawah.
Aku menatap Binnie dalam, ia membalas tatapanku dengan bingung.
"Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Binnie.
"Kau tau, rasanya sangat sakit saat melihatmu bersama Minhwa, bodoh!" kataku kesal.
Binnie tiba-tiba menatapku kesal lalu mencubit pipi kiriku dengan tangan kanannya.
"Ya!! Gunakanlah bahasa korea! Aku tidak mengerti apa yang kau katakan dengan bahasamu itu." kata Binnie.
"Ya!! Apeoo!!" aku memukul-mukul tangannya. "Lepaskan aku!"
"Siapa suruh kau menggunakan bahasa yang tidak bisa kumengerti." kata Binnie sambil melepaskan cubitannya.
Aku mengelus-elus pipiku yang barusan di cubit Binnie. "Uhh.. sakit."
"Chika, kenapa pipi kirimu merah?" tanya Eunwoo hyung yang baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah.
"astaga!!! Ganteng banget!!!" gumamku dalam hati sambil tercengang menatap Eunwoo hyung.
"Chika-ya? Hellooo?? Apa kau masih disana?" tanya Eunwoo hyung sambil melambai-lambaikan tangannya di depanku.
"Aku masih disini kok." kataku masih menatap Eunwoo hyung. Aku seperti tersihir olehnya.
"Ya!!" tiba-tiba Binnie memegang kepalaku dan membuatku menatapnya.
"Ya! Lepaskan kepalaku, aku masih ingin melihat Eunwoo hyung!" kataku sambil mencoba melepaskan tangan Binnie dari kepalaku.
"Ssttt! Diam! Hyung, dia milikku jadi kau tidak boleh mendekatinya." kata Binnie menatapku sebentar lalu menatap Eunwoo hyung sambil menyunggingkan senyum yang entah mengapa ada aura-aura menakutkan dari senyum itu.
Eunwoo hyung terdiam sejenak lalu tiba-tiba tertawa.
"Kenapa kau malah tertawa hyung??" kata Binnie bingung.
"Hmm yah.. kurasa aku tidak bisa membiarkanmu memilikinya Binnie!" kata Eunwoo hyung yang tiba-tiba mendekat ke arahku.
"Berhenti disitu! Chika itu milikku!"
Kami bertiga menoleh ke sumber suara.
"M-mark oppa?? Sejak kapan disana??" kataku bingung.
"Sejak tadi. Dan kalian berdua minggirlah." kata Mark oppa lalu menarik tanganku dan membawaku menjauh dari Eunwoo hyung dan Binnie.
"Tuhan.. jika ini semua hanyalah mimpi tolong jangan bangunkan aku. Aku mohon!"
"Ya!! Sampai kapan kau akan tidur disini?!" tiba-tiba terdengar suara.
"Rasanya aku mengenal suara ini.." gumamku dalam hati kemudian aku membuka mataku.
"Woahh!! Apa yang kau lakukan disini??" kataku kaget sambil bangun dan duduk di ujung sofa menatap Binnie.
"Malah nanya balik. Tentu saja aku sedang membangunkanmu." kata Binnie.
"Membangunkan ku? Kenapa?" tanyaku bingung.
"Sebentar lagi kita mau berangkat." kata Binnie sambil berdiri dari sofa lalu meregangkan badannya.
"Haahh... jadi semua itu hanya mimpi?? Tapi.. kapan aku tertidur??" gumamku sedikit kecewa dan bingung dalam hati.
"Yaa, kau kurang tidur?" tanya Binnie menatapku.
"Hm? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu? memangnya apa yang terjadi?" kataku bingung.
"Jadi kau tidak ingat??"
"Ingat apa??" kataku semakin bingung.
Binnie menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kau tau, tak lama setelah Mark hyung menarikmu menjauh dari Eunwoo hyung dan aku, kau mendadak jatuh. Kupikir kau pingsan tapi ternyata kau tertidur."
"Hah?! Jadi itu bukan mimpi???" gumamku terkejut.
Saat Binnie kembali duduk dan menatapku tiba-tiba saja wajahku terasa panas dan entah kenapa aku tak berani menatapnya.
"Y-yang lainnya dimana?" tanyaku tiba-tiba merasa canggung.
"Mereka semua ada dibawah, sedang bersiap-siap untuk berangkat." kata Binnie sambil bersandar santai di sofa.
"Kenapa kau tidak ikut bersama mereka saja?" tanyaku bingung.
Binnie tiba-tiba menatapku kesal.
"Bagaimana bisa aku ke bawah dengan mereka sedangkan kau selalu menahan tanganku dan tidak mau melepaskannya."
"Ehh?? Jinjja?? Rasanya aku tidak ingat." kataku sambil memegang kepalaku.
"Tentu saja kau tidak ingat, kau kan sedang tidur bodoh!" kata Binnie kesal.
"Kenapa kau tiba-tiba mengataiku bodoh sih?? Kau kan bisa saja melepaskan tanganku lalu pergi. Dasar bodoh!" kataku kesal lalu pergi ke bawah.
"Baru saja mau kupanggil, ternyata kalian sudah turun." kata Eunwoo hyung setelah aku sampai di bawah dengan Binnie di belakangku.
Aku tersenyum menatap Eunwoo hyung.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya Eunwoo hyung.
"Eoh. Dengan melihat hyung saja sudah membuatku lebih baik hehe~" kataku spontan.
"Kalau begitu kita berangkat sekarang." kata Mark oppa yang tiba-tiba menarik tanganku dan membawaku keluar restoran.
Lalu kami semua berterimakasih dan berpamitan pada ajumma.
"Ehh kalau lewat toko pakaian berhenti ya, aku mau ganti baju. Rasanya sedikit kurang nyaman menggunakan baju ini." kata Minhwa.
"Aku juga sama." kataku dan Cella berbarengan.
"Kenapa? Bukannya pakaian itu pas di badan kalian??" kata Mark oppa bingung.
"Emm.. itu.." "Ini terlalu feminim, dan aku tidak nyaman memakainya." kataku memotong perkataan Minhwa.
"Kalian berdua juga?" tanya Eunwoo hyung menatap Cella dan Minhwa kemudian di jawab oleh anggukan mereka berdua.
Kemudian kami naik ke mobil kami. Tak lama setelah kami berangkat, kami menemukan sebuah toko pakaian. Mark oppa memberhentikan mobil di depan toko dan diikuti oleh Eunwoo hyung di belakang mobil kami.
Mark oppa, Eunwoo hyung, dan Rocky memeriksa bagian dalam toko sedangkan Dawon dan Inseong menjaga mobil lalu Binnie dan Sanha membunuh beberapa zombie yang mendekat ke arah kami. Setelah merasa aman aku, Cella dan Minhwa masuk ke dalam toko.
Kami bertiga memilih baju dengan style yang hampir mirip. Ya sebenarnya aku dan Cella tidak mengetahui tentang fashion sama sekali. Kalau Minhwa masih lebih mengerti dibanding kami berdua.
Setelah aku, Cella dan Minhwa mengganti baju kami, aku melihat para namja juga sudah mengganti baju mereka dengan style yang berbeda-beda dari setiap orang.
Kupikir hanya kami saja yang akan mengganti baju kami.
"Kalau sudah ayo lanjut." kata Mark oppa dengan pakaian serba hitam yang ia pakai.
Aku tersenyum lalu mengangguk.
Tiba-tiba saja terdengar suara dari luar toko pakaian.
"Suara apa itu??" tanya Rocky.
"Biar kulihat." kata Binnie yang tiba-tiba keluar dari toko.
Saat Eunwoo hyung mau melarangnya semua sudah terlambat. Binnie di tangkap oleh orang-orang yang sebelumnya mengejar kami.
Eunwoo hyung dan Mark oppa dengan cepat menyuruh kami para yeoja untuk bersembunyi sedangkan para namja mengacungkan senjata mereka kepada mereka lalu Rocky dan Sanha menutup pintu dan mengganjalnya dengan meja dan kursi yang ada di dalam toko ini.
"Apa yang harus kita lakukan?? Mereka menangkap Binnie!! Aku tidak ingin dia mati!!" kataku panik.
"Tenang dulu noona, kami juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi." kata Sanha mencoba menenangkanku.
"Tuhan.. kumohon jangan biarkan Binnie dibunuh.." batinku.
"Hyung! Apa yang harus kita lakukan??" tanya Rocky.
"Ssttt! Biarkan aku berpikir.." kata Eunwoo hyung yang terlihat sedang berpikir keras.
"Kita lebih banyak dari mereka tapi jika kita salah langkah saja Binnie bisa mati.." kata Eunwoo hyung setelah beberapa saat.
Suasana dalam toko ini sangat hening, semua orang terlihat tidak tenang begitupun juga aku.
"Aku akan keluar dari sini!" kataku.
Semua orang menatapku terkejut.
"Ya! Kau tidak bisa melakukan itu eonnie, aku tidak akan membiarkanmu." kata Cella menahan tanganku.
Aku menghempaskan tangan Cella. "Lepaskan aku."
Tiba-tiba saja terdengar suara dari luar toko. Rocky mengintip dari keluar.
"Hyung! Sepertinya mereka membawa teman-teman mereka dan.. salah satu dari mereka membawa Bin hyung ke depan toko ini!" kata Rocky.
"JIKA KALIAN TIDAK MAU MENYERAH.. KAMI AKAN MEMBUNUHNYA!!" teriak seorang namja dengan ujung pistolnya mengarah ke kepala Binnie.
"Eunwoo hyuunngg... tolong menyerah sajaa.... mereka akan menembak kedua kaki dan tanganku, bahkan memotong jari-jariku.. tolong aku hyungg.." terdengar teriakan Binnie.
Eunwoo hyung sejenak berpikir.
"Yang bisa kita lakukan sekarang adalah keluar dari toko ini sebelum mereka melakukan hal itu pada Binnie." kata Eunwoo hyung menatap kami satu per satu.
Aku mengangguk. Kemudian Eunwoo para namja memindahkan semua barang yang menghalangi pintu.
"Baiklah kami menyerah... tolong jangan bunuh dia.." kata Eunwoo hyung keluar dari toko.
"OKEE!!! SEKARANG KALIAN KELUAR SATU PER SATU.." teriak seorang yeoja.
Kamipun keluar satu per satu dari toko.
"Eeoo!!??" terdengar suara Cella saat kami sedang berjalan lalu berjongkok dengan kedua tangan kami di atas kepala kami.
"Ada apa.. apa kau mengenal seseorang disini??" terdengar suara namja dari depan kami.
"Aku pernah melihat pria itu dan wanita itu di kampus... aku berkuliah di seoul university juga, ini tahun pertamaku.." kata Cella.
"Hah?? Jadi orang-orang ini seonbae di kampus Cella??" gumamku dalam hati.
"Eohh.. jadi kau hoobae yah.." kata seorang yeoja.
"Cece.. itu dika oppa.. sepertinya dia merencanakan sesuatu.. jadi berpura-pura untuk tidak mengenalnya.." kata Cella yang membuatku terkejut.
Seketika itu juga aku mengangkat kepalaku untuk melihat dimana Dojoon hyung berada.
"Baiklah hyung.. kami akan mengikuti kemauanmu.. tapi tolong kami.." kataku setelah menemukan Dojoon hyung lalu kembali menunduk.
"Hey hey.. apa yang kalian berdua bicarakan??" tanya yeoja yang penuh dengan makeup diwajahnya.
"Bukan urusanmu wanita jelek.." kataku menatapnya tajam.
"Cihh.. berani-beraninya kau.." yeoja itu mengangkat tangannya yang memegang pistol dan memukulku tepat di wajahku membuatku jatuh ke samping.
"Akkhh!! Sakiiittt.." gumamku dalam hati.
"EONNIE!!" "CHIKA-YAA!!" teriak Cella dan Minhwa yang mencoba berdiri.
"No noo nooo... kalian jangan bergerak.." kata salah satu namja yang menodongkan senjatanya ke arah Cella dan Minhwa membuat mereka kembali berjongkok.
Aku mengangkat kepalaku sambil memegang pipiku yang baru saja dihajar wanita itu. Ini terasa lebih sakit dari yang kupikir dan saat itu juga butiran airmataku jatuh tanpa bisa kutahan lagi.
"Cella.. Minhwaa.... tolong buat mereka semua tiarap..." Kata Dojoon hyung tiba-tiba sambil mengangkat senjata yang dipegangnya dan langsung menembak pistol yang wanita itu pegang hingga pistol itu terlempar.
Namja lainnya mengarahkan senjatanya ke arah Dojoon hyung tapi namja itu terlambat, peluru Dojoon hyung sudah menembus badannya.
Kemudian dengan cepat Dojoon hyung mengambil handgun yang berada di pinggangnya lalu menembak seorang namja yang mencoba bersembunyi di balik mobil. Namja itu pun terjatuh dengan darah yang terus keluar dari perutnya.
Kemudian Dojoon hyung mengarahkan handgun nya ke arah yeoja yang sedari tadi hanya shock melihat apa yang telah Dojoon hyung lakukan terhadap teman-temannya.
"D..d..d.d.dojoon aahh... k..k..kau tidak akan melakukannya kan?? kau bilang kau sangat menyukaiku.. aahh,, aku berjanji akan menjadi pacarmu... t..t.idak hanya itu kau bisa melakukan apapun padaku?? B..b..bagaima-" "DUAARR!!!" kata-kata wanita itu terhenti dengan peluru Dojoon hyung yang menembus kepalanya.
"Berani-beraninya kau membuat dongsaengku menangis.." kata Dojoon hyung menatap tajam ke arah mayat wanita yang berlumuran darah itu.
"Kalian tidak apa-apa kan??" tanya Dojoon hyung menatap Cella dan Minhwa.
"Terimakasih Dojoon ssi.. aku berhutang padamu.." kata Eunwoo hyung.
"Sial.. aku pikir aku akan mati.." terdengar suara Binnie.
Tepat saat itu aku sudah berada di depan Dojoon hyung. Dojoon hyung menatapku tersenyum lalu membentangkan tangannya mencoba memelukku.
Dengan cepat aku meninju perutnya tanpa belas kasihan.
"UHUKK!!!" Dojoon hyung memegang perutnya.
"Y..Yaaaaa apa yang kau laku-"
Saat itu juga aku langsung memeluknya.
"hiks.. hyuuuuuuunnngggg!!!!" kataku mulai menangis.
Dojoon hyung membalas pelukanku lalu mengusap kepalaku perlahan.
"Kau darimana saja... kenapa handphonemu tidak bisa dihubungi??" tanyaku.
"Maaf-maaf.. handphoneku hilang... kalian tidak apa-apa kan??" kataku menatap Minhwa dan Cella.
"Eoh.. aku tidak apa-apa.." Cella tersenyum kearah Dojoon hyung.
"Seonbae.. kalau mau nembak kasih tanda dulu kenapa sih?? Bikin kaget aja.." kata Minhwa sedikit kesal.
"Hehehe... sorry.. aku sedikit terbawa suasana.." kata Dojoon hyung sambil sedikit tertawa.
Tak lama kemudian kami berangkat ke kantor polisi yang menjadi markas yeoja dan namja yang ditebak oleh Dojoon hyung.
Sesampainya disana, kami semua masuk ke dalam gedung kantor polisi itu.
"Kalian silahkan cari ruangan yang bisa ditempati.. ada yang harus ku urus.." kata Dojoon hyung berlari ke suatu tempat.
"Hyung mau kemana.. ikuutt!!!" teriakku berlari mengikutiku.
"Nayeon aaah... ini aku.. cepat buka pintunya.." kata Dojoon hyung setelah mengetuk pintu yang berada di depan kami.
Beberapa saat kemudian pintu terbuka dengan Nayeon eonnie yang berdiri di depan pintu.
"Dojoon aah... darimana saja kau.. kenapa lama seka- eoh? siapa ini?" tanya Nayeon eonnie setelah melihatku.
"Aahh,, dia dongsaeng yang sering kuceritakan padamu.. pipi kalian sama kaaann... hehehe ayo berisalam.." kata Dojoon hyung.
"Pipiku malah disama-samain sama Nayeon eonnie.. Dasar hyung!" gumamku dalam hati.
"Anyeonghasaeyo.. namaku Eunbin.." kataku sedikit membungkuk.
"Eehh?? namanya hampir sama denganku.." Sinbi muncul dari belakang Nayeon eonnie.
"Namaku dengan namamu beda!!!" gumamku kesal saat melihat Sinbi muncul.
"Jadi kau pergi untuk menjemput mereka yah.." kata Eunha eonnie.