*Jo Chika
Ketika mendengar teriakan Minhwa aku langsung pergi mencarinya.
Saat aku sudah menemukan Minhwa, ternyata di depan Minhwa ada 1 zombie yang berjalan menuju ke arahnya.
Melihat hal itu dengan cepat aku mengambil handgun dari pinggangku kemudian membidik bagian kepalanya dan menembaknya tanpa membuat keributan.
Disaat yang bersamaan seorang namja yang ku ketahui bernama Dawon dari boyband dengan nama SF9 datang menghampiri Minhwa.
Minhwa yang saat itu kelihatan shock dan ketakutan langsung memeluknya erat.
“Dia pasti sangat ketakutan melihat zombie dengan wajah yang sudah hancur dari dekat..” gumamku pelan sambil menyimpan kembali handgun ku.
“Siapa yang ketakutan?” tiba-tiba Binnie muncul dari sampingku dan itu membuatku sedikit terkejut.
Saat aku menatap Binnie, entah kenapa aku teringat saat dia menggendong Minhwa dan membawanya ke sini.
DEG!
Tiba-tiba saja hatiku terasa sakit.
“Bukan siapa-siapa.” kataku dingin lalu berjalan melewati Binnie.
“Apa yang terjadi disana?” tanya Eunwoo hyung saat aku kembali.
“Minhwa hampir diserang zombie.” kataku.
“Lalu bagaimana keadaannya?”
“Dia baik-baik saja, hanya sedikit shock… oh hyung! Kotak P3K dimana?” tanyaku.
“Tunggu sebentar, rasanya tadi aku melihatnya di sekitar sini.. ah! Ini dia.” kata Eunwoo hyung lalu memberikan sebuah kotak putih yang ia dapat dari salah satu rak.
“Terimakasih..” lalu aku kembali ke tempat Minhwa tadi.
Zombienya sudah dipindahkan entah kemana, mungkin mereka sudah memindahkannya keluar.
Aku melihat Minhwa yang sedang tertidur dengan kepalanya berada di atas pangkuan Dawon, sedangkan Binnie sedang menyelimuti Minhwa.
“Tolong jangan lakukan itu tepat di depan mataku Binnie bodoh!! Kau tau betapa sakitnya hatiku saat ini?!” gumamku dalam hati sambil meremas kotak yang kupegang.
Aku berjalan ke arah Binnie sambil menatapnya kesal.
“Nih!” kataku memberikan kotak itu pada Binnie.
“Kenapa kau memberikannya padaku?” tanya Binnie bingung.
“Sepertinya kau ingin merawat lukanya.” kataku sambil melirik Minhwa.
“Dia kan temanmu, kenapa aku yang harus merawat lukanya??” kata Binnie kesal.
“Ya! Ssstttt! Kalian sangat berisik tau.” kata Dawon lalu mengomeli kami berdua.
Setelah di omeli Dawon, aku memakaikan perban di kaki Minhwa yang terkilir.
“Hmm..” Minhwa membuka matanya.
“Eoh? Minhwa-ya, gwencahana?” tanyaku.
“Hm? Eoh.” kata Minhwa sambil tersenyum.
Kemudian Dawon membantu Minhwa untuk berdiri.
“Eoh? Dawon oppa?” kataku Minhwa sedikit terkejut.
“Ada apa?” tanya Dawon.
“Maaf oppa, kupikir kau Jimin oppa.” kata Minhwa sedikit menunduk.
“Ya! Ayo makan.” kata Binnie.
Dawon dan Minhwa berjalan mendahuluiku diikuti oleh Binnie di belakang mereka. Aku masih diam di tempatku lalu mengeluarkan hpku.
“Dojoon hyung.. hyuuuung! Kau dimana?? Kenapa kau tidak bisa di hubungi sih! Huh! Taukah betapa khawatirnya dan kesepiannya dongsaengmu disini???” gumamku kesal sambil menatap hpku.
Tiba-tiba saja ada yang menarik lenganku.
“Ayo makan. Kalau kau tidak makan, aku yang akan menghabiskan makananmu!” kata Binnie yang masih menahan lenganku.
Aku menatap lenganku lalu menatapnya bingung.
“Ini.. kenapa kau menatapku seperti itu?? Ayo cepat kita makan, aku lapar!” kata Binnie lalu menarikku sampai ke tempat mereka semua berkumpul untuk makan, yaitu sebuah meja dengan beberapa kursi yang berada di dekat pintu keluar dari ruang staff only.
“Eonnie, kenapa kau sangat lama? Aku menunggumu.” kata Cella lalu menarik tanganku untuk duduk di sampingnya.
“Mian. Aku tadi sedang mencoba menghubungi Dojoon hyung lagi.” kataku.
Tunggu dulu. Kenapa Cella tiba-tiba menungguku? Biasanya dia selalu meninggalkanku.
“Ya! Cella, gwenchana? Kau sedang tidak sakitkan?” kataku sambil menempelkan tanganku di dahinya.
“Ya eonnie, mau berkelahi ya?” kata Cella kesal.
“Hoo~ Cella-ya! Kupikir kau sedang sakit.” kataku sambil memeluk Cella.
Cella mengomeliku seperti biasa. Setelah kami semua makan aku membantu Eunwoo hyung dan Mark oppa membereskan piring-piring kotor.
Cella sedang mengobrol dengan Sanha sedangkan Inseong, Dawon dan Minhwa sedang mengobrol bersama.
Rocky dan Binnie memeriksa keadaan diluar.
“Oh iya, senjata dan amunisi yang kita punya hanya ini?” tanyaku pada Sanha.
“Iya noona, saat kita keluar dari mobil, kita tidak sempat mengambil dan membawa semuanya.” kata Sanha.
Benar juga. Ini membuatku kesal karena tiba-tiba mereka hampir menembakku.
“Lalu kenapa manusia menyerang sesama manusia ditengah wabah berbahaya ini?? Bukannya kita harus saling menolong..” gumamku sambil terus berpikir.
Tiba-tiba seseorang menyentil dahiku.
“Ya! Sakit tau..” kataku sambil mengusap-usap dahiku.
“Ho! Eunwoo hyung.. kenapa kau menyentil dahiku?” kataku sambil memanyunkan bibirku menatapnya.
“Habisnya kau kelihatan menyeramkan.” kata Eunwoo hyung sambil tertawa meledekku.
“Begitukah?” kataku sambil tertawa canggung.
Dari sudut mataku, aku melihat Mark oppa yang hanya duduk terdiam menatap layar hpnya.
Aku yang penasaran pun mendekatinya.
“Oppa kenapa?” tanyaku sambil duduk di depannya.
“Eoh? Kau memanggilnya oppa!” kata Eunwoo hyung yang ternyata mengikutiku.
“Memangnya kenapa?” tanyaku dengan polosnya.
“Kenapa kau memanggilku hyung padahal Mark hyung kau panggil oppa??” tanya Eunwoo hyung dengan tatapan meminta penjelasan.
“Ah? Itu.. ehmm.. ah molla hyung! Aku hanya suka memanggil kalian dengan sebutan itu. Memangnya tidak boleh??” kataku kesal.
“Kau bahkan berbicara tidak sopan dengan hyungku.” tiba-tiba Binnie sudah berada tepat disampingku.
“Kau ingin mengomeliku juga??” kataku kesal menatap Binnie.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku menatap Mark oppa bingung.
“Ada yang lucu?” kataku bingung.
“Hm? Oh.. kau. Sedari tadi ku perhatikan kau marah, kesal, bingung, khawatir,.. rasanya lucu ketika melihat mood mu yang sangat cepat berubah.” kata Mark oppa menatapku dengan senyumnya.
“O-oppa memperhatikanku? Dari tadi??” kataku terkejut bercampur malu.
“Eonnie!!” “Noona!” teriak Cella dan Sanha sambil menuju ke arahku.
“Wae wae??” tanyaku yang terkejut.
“Kami tadi habis memeriksa keadaan di luar lalu kami melihat beberapa zombie yang lewat dan..” kata Sanha melirik Cella.
“Kita semua harus pergi dari sini!” kata Cella panik.
“Tadi aku dan Cella noona melihat yeoja yang hampir menembakmu dengan beberapa orang lainnya lewat di dekat sini, hanya saja mereka sedikit terluka dan mereka membawa senjata.” kata Sanha.
“Ehh?? Kalau begitu ayo kita pergi, langsung ke Yonsei sarang hospital!!” kata Minhwa yang ternyata daritadi mendengarkan percakapan kami.
Kamipun dengan cepat berkemas, kami membawa beberapa makanan dan senjata yang tersisa.
“Tunggu dulu.” kata Rocky saat kami baru saja akan keluar dari pintu belakang.
“Ada apa? Ketinggalan sesuatu?” tanya Binnie.
“Bukan itu, tapi siapa yang akan memimpin jalan?” tanya Rocky.
“Ah benar juga, kalau begitu diantara Mark oppa dan Eunwoo hyung, atau kalian berdua saja yang memimpin jalan.” kataku.
“Hey! Apa aku tidak termasuk?” tanya Binnie.
Aku hanya menatapnya lalu membuang pandanganku.
“Ya!-” “Kalau begitu, kita bagi 2 tim saja, karena tidak mungkin kita semua muat dalam 1 mobil.” kata Mark oppa memotong perkataan Binnie.
“Begitu saja.” kata Eunwoo hyung setuju dengan Mark oppa.
“Kalau begitu siapa yang mau ikut denganku?” tanya Mark oppa.
“Daripada bertanya begitu lebih baik kita bagi sesuai dengan tim kita tadi. Minhwa, Rocky, Inseong oppa, Dawon oppa setim dengan Eunwoo hyung yang memimpin sisanya ikut Mark oppa.” kataku memberi saran.
“Ohh~ kau pintar juga dalam mengambil keputusan ya.” kata Mark oppa sambil tersenyum mengusap kepalaku.
Aku membalas senyumnya. Tiba-tiba saja Binnie menarikku menjauh dari Mark oppa.
“Apa yang kau lakukan sih?” kataku kesal.
“Kenapa kau tersenyum pada orang lain? Kau bilang aku biasmu harusnya kau hanya boleh tersenyum pada biasmu dan bersikap baik pada biasmu.” kata Binnie.
“Hah? Ada apa dengannya??” gumamku bingung dalam hati.
“Biar ku beritahu 1 hal padamu. Aku ini multi fandom dan biasku banyak. Mark oppa dan Eunwoo hyung adalah top 3 dari antara semua biasku.” kataku kesal.
“Lalu apa aku juga termasuk top 3 biasmu?” tanya Binnie menatapku sambil menahan pundakku dengan kedua tangannya.
“Apa aku harus bilang padamu lagi?? Tentu saja kau temasuk bodoh! Malah kau bias no.1 ku!!” gumamku dalam hati dengan wajahku yang terasa panas.
“Molla!” kataku lalu melepaskan diriku dari Binnie.
“Ayo kita pergi.” kata Mark oppa diikuti dengan anggukan dari kami semua.
Baru saja kami membuka pintu belakang, kami langsung berhadapan dengan 5 zombie.
Aku memegang handgun dengan beberapa amunisi, Mark oppa dan Binnie memegang rifle.
Dawon memegang handgun milik Sanha, Inseong oppa memegang handgun milik Mark oppa dan Eunwoo hyung membawa rifle.
Mark oppa menembak 2 zombie sekaligus lalu Eunwoo hyung menembak zombie yang muncul dari kiri Mark oppa, aku dan Binnie menembak 2 zombie yang berada tak jauh di depan Mark oppa berdiri.
“Minhyuk-ah, kau jangan dulu menembak menggunakan pistol itu. Karena bisa membuat keributan. Pakailah disaat genting.” kata Eunwoo hyung mengingatkan diikuti dengan anggukan dari Rocky.
“Ce, aku takut.” kata Cella menggunakan bahasa indonesia sambil merangkul lenganku.
“Tenanglah, kita akan baik-baik saja.” kataku tersenyum sambil mengusap kepala Cella.
“Apa yang noona bicarakan? Aku seperti pernah mendengar bahasa yang noona gunakan.” tanya Sanha bingung.
“Ah~ kami menggunakan bahasa indonesia tadi.” kataku.
“Jadi.. kalian berasal dari Indonesia??” tanya Sanha sedikit terkejut.
“Ne. Kami bertiga.” kata Minhwa tersenyum ke arah Sanha.
BRAK!!!
Tiba-tiba terdengar suara seperti benda besar terjatuh dari arah depan.
“Sebaiknya kita pergi sekarang!” kata Eunwoo hyung.
Kami pun segera berlari ke arah jalan besar melewati gang yang sedikit sempit ini, saat sudah sampai di ujung gang kami bertemu dengan beberapa zombie yang dengan cepat di tembak oleh Mark oppa dan Eunwoo hyung.
“Ayo kita ke mobil itu.” kata Binnie menunjuk mobil berwarna biru dengan pintunya yang terbuka.
“Kami akan kesana, kalian kemana?” tanya Mark oppa pada Eunwoo hyung.
“Kami juga sudah menemukan mobil.” kata Eunwoo hyung sambil menunjuk sebuah mobil putih yang tak jauh di bekakang mobil biru yang ditunjuk Binnie.
“Ayo sekarang! Mereka sudah disana.” kata Inseong sambil menoleh ke arah belakang, disana seorang yeoja dan beberapa namja serta ajussi muncul dan langsung berlari ke arah kami dengan beberapa tembakan ke arah kami.
Kami pun langsung berlari keluar dari gang kemudian membunuh beberapa zombie yang mencoba menyerang kami.
Mark oppa duduk dibagian pengemudi dengan Binnie di sampingnya, aku, Cella dan Sanha duduk di bagian tengah.
“Kuncinya??” tanya Binnie sedikit panik.
“Tunggu sebentar biar ku cari.” kata Mark oppa.
Aku menoleh ke belakang untuk melihat situasi Minhwa.
Dawon langsung menggendong Minhwa saat ia tiba-tiba terjatuh lalu Eunwoo oppa duduk di bagian pengemudi dengan Rocky di sampingnya.
Inseong membuka pintu mobil lalu Dawon yang membawa Minhwa, memasukkan Minhwa ke dalam mobil kemudian Inseong berlari memutari mobil lalu masuk lewat pintu sebelah, saat Dawon sudah naik ke dalam mobil segerombolan zombie yang entah kenapa bisa lari muncul dari arah belakang mobil kami.
“Ketemu!” kata Mark oppa yang langsung menyalakan mesin mobil lalu melaju pergi.
“Ya! Mobil Minhwa masih belum jalan!” kataku panik lalu mengambil hpku.
Saat baru mau menelpon Minhwa tiba-tiba saja mobil mereka langsung melaju ke arah kami.
“Haaahh… bikin orang panik aja.” kataku sambil bernapas lega.
“Cece?” panggil Cella.
“Kenapa?” tanyaku.
“Kenapa segorombolan zombie itu bisa lari??” tanya Cella bingung.
Heol! Iya ya kenapa mereka bisa lari. Jangan-jangan zombienya berevolusi?? Ahh!! Hyung kenapa saat dibutuhkan kau menghilang sih!
“Ishhi! Dasar hyung bodoh!” gerutuku.
“Bisakah kalian menggunakan bahasa korea?? Aku tidak mengerti apa yang kalian biacarakan.” kata Binnie menoleh ke arahku.
Aku hanya membalas pertanyaan Binnie dengan tatapan kesalku.
“Noona! Kenapa zombie-zombie itu bisa berlari??” tanya Sanha bingung.
“Haahh… kau menanyai pertanyaan yang sama dengan Cella padaku.” kataku sambil menghela napas.
“Dan jawabanmu apa??” tanya Binnie yang tiba-tiba terlihat penasaran.
“Eonnie belum menjawabnya, dan malah mengatai Dojoon oppa bodoh.” kata Cella.
“Habisnya saat dibutuh kan dia menghilang, udah kayak avatar tau!” kataku kesal.
“Ho! Oppa? Apa kau tadi mengkhawatirkan member Got7 yang lain?” tanyaku yang tiba-tiba teringat akan Mark oppa saat di mini market tadi.
“Hm.. iya, tadi aku ingin menghubungi mereka..” kata Mark oppa.
“Lalu kenapa tidak kau hubungi saja?” kata Binnie terdengar kesal.
“Itu..” belum sempat Mark oppa menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba saja berbunyi ringtone hp.
“Hp siapa yang bunyi? Hpku silent yang pastinya tidak akan berbunyi.” kataku.
“Maaf bisakah kau mengambilkan hpku di bawah sana, tadi hpku terjatuh saat mencari kunci.” kata Mark oppa pada Binnie.
Dengan wajah kesal yang entah alasannya apa Binnie pun mengambilkan hp Mark oppa.
“Ho!! Jinyeong oppa!” kata Cella terdengar bahagia sambil menatap layar hp Mark oppa yang dipegang Binnie.
“Jinjja??” tanya Mark oppa melirik Binnie.
“Eoh.” kata Binnie lalu menjawab telpon itu dan mengubahnya ke speaker mode.
“Hyung! Kau dimana?? Kami baik-baik saja disini, karena kami telah dibawa ke tempat yang aman, hanya saja kami masih belum tau tempat ini lokasinya berada dimana.” terdengar suara Jinyeong oppa yang membuat Cella tersenyum-senyum menatap layar hp Mark oppa.
“Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit Yonsei Sarang.” kata Mark oppa.
“Eoh? Bukankah rumah sakit itu tidak aman??” kata Jinyeong oppa yang membuatku bingung.
“Maaf, tapi apa maksud oppa dengan rumah sakit itu tidak aman??” tanya Cella yang ternyata juga bingung.
“Rumah sakit itu telah di serang oleh makhluk-makhluk itu dan mereka sangat banyak disana. Tapi.. kau siapa?”
“Annyeonghasaeyo oppa, aku salah satu fansmu namaku Cella. Oh! Dan terimakasih karena oppa baik-baik saja.” kata Cella tersenyum sambil sedikit membungkuk.
Aku menatap Cella sambil menepuk jidatku. Dia tidak akan bisa melihatmu Cella-ya.
“Ah! Terimakasih juga karena kau telah menjaga salah satu anggota kami. Dan lebih baik kalian jangan ke rumah sakit itu… Oh! Aku harus pergi, dan jika aku sudah mengetahui lokasi disini aku akan segera mengabarimu hyung.” kata Jinyeong oppa lalu memutuskan sambungan telpon.
“Kalau begitu kita ke tempat lain saja jangan ke rumah sakit itu.” kata Binnie.