*Park Dojoon
Setelah berkendara cukup lama kami sampai di depan rumah sakit. Seperti di tempat-tempat sebelumnya tempat ini juga dipenuhi oleh mayat dan ceceran-ceceran darah dimana-mana.
“sepertinya mereka belum disini... tapi, kekacauan ini membuatku sulit bergerak..” kata mina melihat ke arah aspal yang dipenuhi dengan darah.
“jika kalian tidak menahanku seperti ini mungkin aku tidak akan sulit bergerak..” kata nayeon melihat mina dan momo yang memeluk kedua lengannya.
“tempat ini terlihat mengerikan.. aku jadi takut..” momo memeluk lengan nayeon lebih erat.
“kalau takut kenapa tidak tinggal di mobil saja??” kata nayeon.
“sirheeoo!! Aku baru saja selamat dari penculik eonniee... apa kau mau membiarkanku sendirian di mobil??” gerutu momo.
“aeeyy,, apa maksudmu sendirian?? Yuju sinbi dan eunha juga di mobil kan??” kata nayeon.
“itu karna mereka barusaja mengalami kecelakaan dan mereka butuh istirahat.. tapi,, oppa?? Bagaimana denganmu?? Apa kau yakin tidak mau istirahat dulu?” mina menatapku khawatir.
Aku menghentikan langkahku lalu membalikan badanku menatap mina dalam. Beberapa saat kemudian aku mengusap kepala mina sambil tersenyum.
“ada apa denganmu oppa?? Kau membuatku takut...” kata mina menatapku.
“waaahh,, entah mengapa aku jadi iri padamu mina..” momo menatap mina kesal.
“grrrrrttttt~~~” momo memegang perutnya.
Aku memalingkan pandanganku ke arah momo lalu tersenyum. “bagaimana kalau kita selesaikan ini dengan cepat dan mencari makanan...” kataku mengusap kepala momo.
“dojoon aah..” nayeon tersenyum lalu menundukan kepalanya ke arahku.
“eiguuuu.. sini berikan spraynya...” aku mengacak rambut nayeon lalu mengambil kantung plastik di tangannya.
“YAAIIIZZZ!!! Dasar tukang pilih kasih..” nayeon menatapku tajam.
Aku melangkah ke arah dinding rumah sakit yang terlihat dari tempat parkir dan menuliskan kata “-> KAMPUS HYUNG -> Ruang Perpustakaan”. Saat itu aku memalingkan wajahku ke samping dan mendapati 2 zombie yang berdiri sambil menatap tanah.
“hiihihi.. aku kerjain aah..” gumamku dalam hati lalu melangkah ke arah mereka bertiga.
Aku lalu mendekat kearah mina dan momo lalu membisikan sesuatu pada mereka bergantian. Mina menatapku dengan tatapan khawatir, aku tersenyum ke arahnya dan mengangkat baju sampingku menunjukan handgun yang menggantung di pinggang kiriku.
“ok baiklah...” mina tersenyum lalu melepaskan tangannya dari nayeon.
“hihihi.. sepertinya menarik..” momo ikut melepaskan tangannya dari nayeon.
“eeh?? wae geurae?? Apa yang kau bisikan pada mereka dojoon aah??” nayeon menatapku penasaran.
“SEKARANG!!!” teriakku.
Mendengar tanda dariku momo dan mina langsung berbalik dan lari ke arah mobil.
“eh?? Eehh?? ada apa??” nayeon terlihat bingung.
Aku tersenyum ke arahnya lalu melempar kaleng bekas colour spray di tanganku kebelakang dan langsung berlari mengikuti mina dan momo. Suara yang ditimbulkan dari kaleng itu cukup keras membuat kedua zombie tadi mulai bereaksi. Melihat itu naeyon langsung berlari mengikuti kami. Aku memalingkan pandanganku ke arah mina dan momo yang sudah hampir sampai di mobil.
Saat aku berbalik kebelakang, nayeon telah jatuh ke tanah.
“DOJOON AAHH KAKIKU TERKILIR!!!” teriak nayeon.
“EONNIEE AWAAASSS!!!” teriak mina melihat salah satu dari kedua zombie itu mulai berlari ke arah nayeon.
“dia berlari.. SIALL!!!” gumamku dalam hati lalu berlari ke arah nayeon.
Saat melewati beberapa mayat tiba-tiba kakiku seperti tertahan dan aku jatuh ke tanah. Saat melihat kebawah aku mendapati zombie dengan seragam tentara menahan kakiku. Merasa tidak akan sempat aku langsung menarik pelatuk handgun di pinggangku membuat peluru melesat dan menembus kepala zombie itu.
Setelah mengambil pisau dari paha zombie itu, Aku langsung berdiri dan dengan cepat berlari ke arah nayeon. aku mencoba menarik pistol dari pinggangku, tapi aku tersadar jika menggunakan pistolku sekali lagi akan beresiko membuat suara yang mengundang zombie lain.
“Tch~” aku melompati nayeon dan langsung menabrakan lututku ke arah kepala zombie yang berlari ke arah nayeon membuatku dan zombie itu jatuh ke tanah.
Melihat zombie itu mencoba berdiri, aku langsung menikam belakang kepalanya dengan pisau yang kubawa. Aku membalikan pandanganku ke arah zombie kedua dan menusuk kepala zombie itu membuatnya jatuh ketanah.
“kau tidak apa-apa kan??” kataku menatap nayeon.
“aku takut sekali.. hiksss” nayeon menangis dan langsung memelukku.
“maafkan aku.. maaf..” kataku mengusap kepala sampai ke punggung nayeon perlahan.
“ishii.. kenapa kau jahat sekali?? Waee?! Waeee?!!” kata nayeon. “apa kau puas sekarang?? Aku hampir mati tauu..” nayeon memukul-mukul punggungku.
“maafkan aku nayeon aah...”
“dwasseo!!?? Cepat gendong aku ke mobil..” kata nayeon.
Aku lalu mengangkat nayeon di pelukanku dan membawanya kembali ke mobil. Mina, momo beserta 3 member gfriend sudah menunggu di depan mobil.
“eonniee.. kau tidak apa-apa??” momo dan mina mendekat ke arahku.
Aku menurunkan nayeon dari pelukanku. Momo dan mina langsung menopang nayeon di bahu mereka.
“aku tidak apa-apa.. terimakasih untuk kalian bertiga aku hampir mati...dan kalian terlihat baik-baik saja..” kata nayeon menatapku, mina dan momo bergantian.
“maaf eonnie.. tapi kau hebat sekali tadi oppa, kau seperti terbang dan menendang zombie itu dengan lut— eeehhhh!!?? Oppa kakimu??” momo menatap kaki kiriku.
Aku menunduk menatap kakiku dan mendapati noda darah dan bekas sobekan di celana bagian pahaku.
“aahh,, mungkin terkikis peluru saat aku menembak zombie yang menahan kakiku tadi... tidak apa-apa...” kataku.
“dojoon ssi?? bagaimana dengan punggungmu??” tanya yuju.
Nayeon mengangkat kepalanya terkejut. “punggung?? Memangnya kenapa dengan punggungnya??”
“tadi saat menyelamatkan sinbi dari mobil yang akan meledak.. bumper mobil itu terbang dan membentur punggungnya..” jelas eunha.
Tiba-tiba nayeon melepaskan tangannya dari mina dan momo lalu mendekat kearahku sedikit terpincang.
“berbalik sekarang..” kata nayeon.
“sudah kubilang tidak ap—“ “Sekarang Dojoon aah..” nayeon memotong perkataanku lalu menatapku tajam.
Aku menarik nafas dalam lalu membalikan badanku. Nayeon mengangkat bajuku dari belakang.
“OMOOO!!? Oppaaa... jadi sejak tadi siang kau memaksakan dirimu?? Aku tidak yakin pernah melihat orang yang masih bisa mengangkat apapun dengan punggung seperti itu..” kata mina.
“dojoon ssi... kau berlari dan menggunakan kakimu yang terluka untuk menyerang zombie tadi.. lalu mengangkat nayeon eonnie dengan punggung seperti itu??? sebenarnya apa yang kau pikirkan??” kata sinbi.
Aku menarik bajuku ke bawah dan berbalik menatap mereka. “aku hanya berpikir untuk menyelamatkan nayeon tadi.. dan aku tidak merasakan apa-apa sampai sekarang.. untuk punggungku, tidak usah khawatir.. nanti juga sembuh sendiri..” kataku.
“tapi—“ “sudah tidak usah dipikirkan.. hari sudah mulai malam dan sebentar lagi gelap.. ayo kita cari tempat untuk menginap dan makanan untuk dimakan..” aku memotong perkataan momo lalu mengajak mereka kembali kedalam mobil.
Kami memulai perjalanan untuk pergi ke kampusku dengan aku dan yuju yang duduk di depan. nayeon mina dan momo di baris kedua, sedangkan eunha dan sinbi di belakang.
“owh iya dojoon oppa.. sebenarnya apa yang kau tulis di dinding rumah sakit tadi? apa itu semacam isyarat??” tanya momo memecah keheningan.
“owh iya dojoon ssi.. kau bukan orang korea kan? apa itu bahasa dari negaramuu??” yuju ikut menatapku.
“umm,, aku berasal dari indonesia.. dan yang kugunakan tadi adalah bahasa indonesia.. jadi orang lain tidak akan tau tujuan kita selanjutnya selain kedua dongsaengku dan temannya..” jelasku.
“aahh,, soudesuka.. dakara kankokujin nite nai nee..” (aahh, jadi begitu.. karna itu tidak mirip orang korea..) momo menggunakan bahasa jepang tiba-tiba. “aa mian..” sambung momo menggigit bibit bawahnya.
“daijyoubu yo.. nihon go wakaru..”(tidak apa-apa.. aku mengerti bahasa jepang kok..) kataku tersenyum.
“ee?? Dojoon oppa?? Kau bisa bahasa jepang??” tanya mina terkejut.
“bukannya aku sudah pernah cerita ke nayeon kalau aku pernah kuliah jurusan bahasa jepang selama 4 tahun?? Karna itu dulu aku ingin sekali bertemu dengan kalian member twice dari jepang..” kataku.
“aaa,, sepertinya aku lupa mengatakan itu pada mereka.. hehe” nayeon tersenyum.
“ngomong-ngomong kau tidak apa-apa dojoon ssi?? sebaiknya kita mencari tempat istirahat terdekat.. agar bisa mengobati lukamu juga..” kata yuju.
“benar dojoon ssi.. aku juga sudah sangat lapar.. jadi tolong buatkan makanan lagi yaahh..” sambung sinbi.
“yaaa,, kau tidak lihat dojoon ssi sedang terluka..” eunha menatap sinbi.
“kenapa kalian tidak bicara seperti biasa saja.. jangan terlalu kaku.. dojoon oppa baik kok.. kami saja baru bertemu dengannya beberapa kali dan langsung bicara menggunakan bahasa biasa.. benarkan oppa??” kata momo.
“neee~ silahkan.. lagipula kalian sudah tau kan aku bukan orang korea.. jadi jangan terlalu kaku..” kataku tersenyum dari arah kaca depan. “owh iya, aku tau restoran ayam yang sangat enak di dekat sini.. wabah ini terjadi belum terlalu lama.. menurutku bahan-bahan disana pasti masih bisa digunakan.. aku akan memasakannya untuk kalian kalau kalian mau..” sambungku.
“eohh?? Benarkah?? Tentu saja kami mau.. o..oppa..” kata sinbi malu-malu.
“go go goooo~~” teriak momo senang.
“yaaa, jangan teriak di samping telingaku..” kata nayeon.
“hmm,, nayeon eonnie.. kenapa kau jadi sensitif sekali hari ini??” mina menatap nayeon.
“aahh,, sial.. aku bersama grup idol yang sangat kusukai sejak dulu.. dan 5 dari mereka berada di 6 besar bias favoriteku.. jika ini mimpi jangan bangunkan aku..” gumamku dalam hati.
Beberapa menit kemudian kami sampai. Seperti biasa aku memarkirkan mobil agak jauh dari toko untuk mempermudah pelarian kami jika terjadi sesuatu.
“hari sudah gelap,, jalan saling berpegangan tangan dan jangan membuat suara... kita tidak tau apa yang menunggu kita di restoran itu..” kataku.
Mereka ber enam mengangguk lalu turun dari mobil. Aku memegang pisau tentara di tangan kiriku dan handgun di tangan kananku. Kami lalu berjalan perlahan ke arah toko yang kami tuju.
Saat mendekati toko itu tiba-tiba zombie muncul dari gang kecil di sampingku. Aku memalingkan pandanganku ke arah mereka ber enam.
Setelah memastikan beberapa dari mereka menutup mata. Aku langsung menusuk kepala zombie itu membuatnya jatuh ke tanah. Setelah itu aku berbalik dan memberi isyarat pada nayeon yang masih membuka matanya untuk kembali mengikutiku.
Aku melihat ke arah dalam toko untuk memastikan semuanya aman. “haahh,, sepertinya ajuma juga sudah meninggalkan toko ini yah..” gumamku dalam hati melihat bagian dalam toko.
“ayo masuk..” kataku menatap mereka ber enam.
Kami lalu masuk kedalam toko. Mereka berenam langsung duduk di satu meja persegi panjang bersama.
“aahh,, bau ayam goreng..” kata sinbi menarik nafas dalam.
“ngomong-ngomong.. mungkin sudah menjadi kebiasaan yah.. saat kita datang bersama, pasti akan duduk di satu meja..” kata yuju.
“hihihi, dengan semua kekacauan ini kita bersikap seperti tamu yang datang untuk makan..” sambung eunha.
“hahaha,, benar juga... ajeossi., kami pesan 3 paket ayam goreng dan 2 ayam bumbu yah..” nayeon menatapku sambil mengangkat tangan.
“Yaaaiizzz!!” aku menatap nayeon kesal.
“oppaa.. apa masih ada bahan makanan yang bisa dipakai??” tanya momo.
“tunggu sebentar aku akan memeriksanya di dapur..” kataku.
Saat aku akan melangkah ke dapur, tiba-tiba aku melihat tirai di pintu bagian samping bergerak.
“ini musim panas, tidak mungkin ada angin yang membuat tirai bergerak seperti itu.. ada yang tidak beres..” gumamku dalam hati langsung mengangkat handgun milikku dengan tangan kanan. aku memberi tanda pada mereka untuk tidak mengeluarkan suara.
Saat aku membuka tirai itu dengan tangan kiriku ,sebuah pintu di yang tidak jauh dari tirai mulai bergerak perlahan. Aku menarik nafas dalam lalu membuka pintu itu.
“aaaaaa,, tolong jangan sakiti aku.. aku akan memberikan apapun yang kalian minta..” kata orang yang meringkuk di balik pintu.
“eohh?? Ajumma?? Ini aku.. apa kau sudah lupa??” kataku menatap pemilik toko.
“D..dojoon aah?? aigu.. aku pikir siapaaa...” ajuma pemilik toko berdiri dan memukul-mukul bahuku.
“aahh,, ajumaa.. kenapa kau bisa seperti itu.. apa aku terlihat seperti orang jahat??” kataku tersenyum.
“bukan begitu dojoon aah... setelah wabah itu menyebar, aku melihat beberapa orang datang dan merampas barang-barang berharga dari setiap toko.. jadi aku pikir mereka kembali..” jelas ajuma. “disini toko ayam.. jadi merekaa hanya datang dan mengambil uang di kasir lalu pergi..” sambungnya.
“aaahh,, maaf mendengarnya ajuma..” kataku.
“sudah-sudah.. tidak apa-apa.. owh iya., apa yang membawamu kesini??” tanya ajuma pemilik toko.
“ajuma.. apa kau masih punya beberapa potong ayam?? aku dan beberapa temanku mengalami hal yang berat sejak tadi pagi.. dan kami kelaparan..” kataku.
“aigu yaa.. kau sampai terluka seperti ini.. nanti setelah makan obati lukamu yaah.. eung??... aku masih punya banyak daging ayam.. aku akan memasakannya untuk kalian.. kau membawa berapa orang??”
“eumm,, kalau denganku.. kami bertujuh.. tapi ajuma, aku tidak membawa uang sepeserpun.. aku kehilangan seluruh barang-barangku di bandara saat wabah itu menyerang..” kataku.
“aiguu aigu aiguuu... tidak usah dipikirkan.. dulu kau sering membantuku disini,, meskipun kau hanya datang sebagai pelanggan.. jadi anggap saja ini rasa terimakasihku padamu..”
“gomawo ajuma..” kataku tersenyum manis.
“eung geurae-geurae.. sekarang ayo kedepan.. teman-temanmu pasti sudah menunggu..”
Kami berdua lalu melangkah keluar dan mendapati mereka ber enam masih terdiam di tempat yang sama.
“teman-teman.. perkenalkan ajuma pemilik toko ini..” kataku memperkenalkan.
“annyeonghasaeyoo..” mereka berenam berdiri lalu membungkuk bersamaan.
“eohh?? Sepertinya aku pernah melihat wajah kalian.. dimana yahh.. aahh,, apa kalian yeojachingu dan tewaise??” ajuma menatap mereka bergantian.
“yang benar twice ajuma..” momo tersenyum.
“wahh,,, bagaimana kau bisa tau tentang kami ajuma?? Tidak banyak orang tua yang tau tentang kami..” yuju sedikit terkejut.
“bagaimana aku tidak tau.. wajah kalian selalu muncul di TV besar disana setiap kali dojoon datang kesini.. dia pasti menyruhku untuk memutar video kalian, dia bilang kalau dia sangat menyu—“ “Aaaaa ajumaaa...” aku memotong perkataan ajuma lalu menggelengkan kepalaku.
“sangat menyuu?? Apa ajuma??” tanya sinbi penasaran.
“aah,, tidak-tidak apa-apa.. ngomong-ngomong, kalian terlihat kotor sekali.. apa kalian mau mandi dulu?? Rumahku ada di lantai dua, dan untuk pakaian kalian bisa pakai baju anakku kalau mau... dia kuliah diluar negeri, jadi kalian bisa memakainya.. sementara itu Aku akan memasakan beberapa ekor ayam untuk kalian..” kata ajuma.
“waahh benarkah? aku mau... semenjak serangan wabah itu dimulai aku belum mandi..” kata eunha.
“haduuhh,, kalian itu idol wanita.. bagaimana bisa kalian tidak mandi..” kata momo.
“memangnya kau sudah mandi??” nayeon menatap momo meledek. momo hanya tersenyum dan menggeleng perlahan.
“bagaimana denganmu dojoon aah??” tanya ajuma.
“aah,, mungkin setelah mereka.. sekarang aku harus pergi kesuatu tempat dulu..” kataku.
“eehh?? kau mau kemana dojoon oppa??” tanya yuju.
“aaahh,, dia memanggilku oppa..” gumamku dalam hati.
“ada yang ingin ku urus..” kataku.
“andwaee.. apa kau mau meninggalkan kami?? lagipula, apa yang akan kau lakukan dengan semua luka ditubuhmu itu?? apa kau sudah berkaca?? Wajahmu pucat sekali tau..” nayeon menatapku tajam.
“aku tidak akan meninggalkan kalian.. dan tenang saja.. aku tidak akan melakukan hal yang membahayakan tubuhku kok... aku kan masih harus melindungi kalian..” kataku.
“oppa yaa.. seharian ini saja kau sudah melakukan hal yang membahayakan dirimu..” kata mina.
“aeeyy,, sudah tenang saja... ajuma, tolong jaga mereka sebentar yah... kalau kau kesulitan, panggil saja mereka untuk membantu.. terutama wanita disana..” kataku menatap nayeon lalu pergi meninggalkan mereka.
Aku mengambil rifle m4a1 dari mobil dan langsung menuju minimarket yang berada sekitar 2 blok dari toko itu. setelah sekitar 10 menit berjalan akhirnya aku sampai di minimarket.
Setelah membunuh beberapa zombie yang muncul di dalam minimarket.
Aku mengambil beberapa porsi kaki babi panggang dan buah-buahan lalu memasukannya ke keranjang belanja yang kubawa.
Setelah itu aku melangkah ke arah tempat obat-obatan dan mengambil obat pereda rasa sakit, perban, dan peralatan P3K lainnya.
“dia pasti malu untuk bilang secara langsung... aku pikir dia akan sangat mebutuhkan ini..” gumamku pelan mengambil sanitary pad dari rak.
Setelah selesai mengambil bahan-bahan yang kubutuhkan aku langsung keluar dari minimarket dan kembali ke arah toko.
“ajuma.. apa mereka belum selesai mandi??” tanyaku sambil menaruh kantung plastik yang kubawa diatas meja dapur.
“iya sepertinya mereka belum selesai.. ngomong-ngomong kau darimana saja??”
“aku membeli buah-buahan untuk mereka..”
“membeli??” ajuma menatapku meledek.
“hehehehe.. aku melewati kasir kok.. owh iya, ada yang bisa kubantu ajuma??” kataku sedikit malu-malu.
“tidak usah.. kau juga sudah capek.. jadi istirahat saja diatas.. sebentar lagi juga selesai..”
“baiklah aku keatas yah ajuma...” kataku.
Aku melangkah ke arah kamar mandi dan berdiri di depan pintu sambil menyenderkan punggungku ke tembok.
“urghh,, sial.. sekarang semuanya terasa sakit sekali..” gumamku dalam hati mulai merasakan sakit dari seluruh luka di tubuhku.
Beberapa saat kemudian nayeon keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya dan rambutnya yang basah.
“aahh,, kamjjakyaa.. kenapa kau disitu?? Jangan bilang kau mau mengintip kami yah?? Haizz, mana ku tidak memakai makeUP lagi..” tanya nayeon menatapku tajam sambil mecoba menyembunyikan wajahnya.
“ini untukmu..” kataku memberikan kantung plastik yang kupegang ke arah nayeon.
“apa ini??” nayeon memeriksa isi kantung itu.
“umm,, itu obat pereda rasa sakit dan.. umm,, sanitary pad..” kataku menundukan kepalaku mencoba menyembunyikan wajahku yang memerah.