◑∞⚢
PRAAANNNGGGGG.... Suara pecahan kaca terdengar begitu kencang memecah keheningan malam di salah satu rumah sederhana yang terletak dipinggiran kota Seoul. Sekumpulan lelaki berbadan besar menerobos pintu rumah tersebut, menghancurkan kaca juga beberapa barang yang mereka lihat.
“Ampuni kami tuaaann.. ku mohon ampuni kami” Pinta Seorang yeoja tua renta memohon pada kaki salah satu namja berbadan tegap itu.
Disampingnya berdiri seorang anak berwajah manis, usianya kurang lebih 10 tahun, dengan rambut sebahu memegangi tubuh sang ibu dengan tangan gemetar. Ia ingin melakukan sesuatu tapi ia terlalu takut untuk itu. Apalah dayanya. Tangan seorang dari namja bertubuh besar itu menariknya tubuh sang anak, memisahkan anak itu dari Ibunya. “Eomaaaaa... lepaskan aku.. eomaaaaaaa...”
“Jangan.. jangan sakiti anakku.. KU MOHONNNN!!!” Pinta sang ibu histeris. Namun DUAAAKKKK.. sebuah tendangan diterimanya. Sungguh sadis pria-pria berbadan besar itu. Mereka tidak mengasihani sekalipun ia adalah seorang Ibu yang sudah tak muda lagi.
“Kau ingin anak ini kembali? Bawa uang yang kami minta dalam waktu seminggu! Jika lewat dari itu, maka anak ini akan kami jual ke luar negeri” Pekik satu diantara namja bertubuh besar.
“Lepassssss.. lepaasssss” Berontak sang anak “Eommaaaaaa!!”
“Anak ku... hhhhks..”
“Diam kau bocah” Duuuuaakkkk Dipukulnya tengkuk anak tersebut hingga ia lemas karenanya. Mereka menyeret anak tersebut masuk kedalam mobil. Membawa nya entah kemana.
¥◑
Entah sudah berapa hari dilalui sang anak didalam ruang gelap yang terkunci rapat. Ia terikat tanpa perlawanan, tubuhnya yang kurus tak berdaya itu semakin tak bertenaga. Ia juga hanya diberi makan roti dan air putih saja. Kelopak matanya semakin sayu seolah enggan terangkat. “Eomma” Rintih anak itu.
Dug.. Dug.. Dug..
Anak tersebut melihat sekelilingnya, terdengar suara seperti dinding yang terpukul pukul. Tangan anak itu terikat, tapi kakinya tidak. Karena ia merasakan sepertinya ada seseorang lain selain dirinya disana, ia pun mencoba berdiri untuk mencari sumber suara.
Disana terlalu gelap.. ia tidak melihat apapun. Ia hanya bisa berpegangan pada dinding yang dingin, terus berjalan mengikuti dinding tersebut.. sampai dilihatnya sebuah celah jendela tua. Dari celah jendela tadi cahaya dari luar memancar ke dalam, tepat pada pancaran cahaya tersebut, seorang kakek tua duduk dengan kaki dan tangan terantai.
“Kemarilah nak” Pinta kakek itu.
Sang anak kecil ketakutan, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan lagi. Tapi dengan sedikit keberanian, ia mendekat “Apa mereka menangkap kakek juga?”
Sang kakek tidak menjawab “Aku.. tau cara untuk membantu mu keluar dari tempat ini?”
“Euh?”
Kakek itu memegang sebuah camera kecil ditangannya, camera tersebut hanya sebesar setangah telapak tangan sang kakek, cahaya hitam terpancar dari camera tersebut.
“Apa itu kakek?” Tanya anak itu.
“Tukarlah jiwa mu ke dalamnya, maka sesuatu dari dalam benda ini akan menguasai mu. Dengan begitu kau akan menjadi tuan dari benda ini. Saat kau dewasa nanti.. kau akan dapat memaksimalkan kemampuan camera ini. Tapi bukan berarti kau tidak bisa menggunakannya sekarang, tentu kau bisa.. hanya saja effect nya belum sempurna” Jelas sang kakek.
Anak itu terlihat berfikir keras, ia sudah cukup dewasa untuk mengerti apa yang sang kakek ucapkan, tapi tetap saja penjelasan sang kakek tidak masuk diakal baginya “Apa yang bisa ku lakukan dengan camera ini? Bagaimana camera ini bisa membebaskan ku dari tempat ini?”
Sosok sang kakek terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya “Camera ini.. dapat mengunci jiwa manusia. Kau.. bisa menarik jiwa seseorang masuk ke dalam camera ini, sehingga raga orang itu akan tertidur dalam waktu yang panjang. Tak ada seorangpun yang bisa membangunkan mereka yang telah tertidur.. simpanlah baik-baik hasil foto dari camera itu tetap bersama mu, untuk memastikan jiwa orang tersebut telah terkunci disana” Sang kakek menyodorkan camera tersebut pada sang anak. “Ambil lah.. jadilah tuan baru untuknya”
Ragu-ragu tangan anak itu bergerak, ia menarik tangannya kembali, namun pada akhirnya mengambil camera kecil tersebut. Sesuatu yang aneh serasa memasuki tubuhnya, tubuhnya gemetar juga mengeluarkan banyak keringat.
SSRRRUHHHHHHHSSSSHHHHH...
DRUKKKK DRUKKK... Pintu ruangan gelap terbuka, seorang namja bertubuh kekar menendang pintu ruangan tersebut “Ya! BOCAH.. DIMANA KAU!!” Teriak namja bertubuh kekar tersebut, ia menjatukan ban ban bekas yang tedapat dalam ruangan tesebut.
Anak itu meringkuk ketakutan, tubuhnya semakin gemetar “K..kakek apa yang harus ku..” Bibirnya terkunci begitu ia menyadari sang kakek tua sudah tak lagi berada disana. Ia semakin panik saat suara namja tadi semakin dekat...
Sang namja bertubuh besar dan kekar menunjukkan dirinya. “Kau pikir kau bisa pegi ke mana bocah sial” Ujarnya seraya mendekat.. “KEMARI K...!”
CLIKK!!!
Seketika hanya suara hembuaan angin yang terdengar. Tubuh Sang namja bertubuh kekar terkapar dihadapan anak itu. Tepat disampingnya sebuah foto terjatuh. Foto dirinya. Tempat dimana jiwa Namja bertubuh kekar tersebut kini... terkurung.
Anak kecil itu mengambil foto berisi jiwa Sang namja. Dingin langkahnya melewati jasad namja itu. Ia mengambil kunci dari saku sang namja, dilepaskannya ikatan pada tangannya kemudian ia pergi dari tempat gelap tersebut.
¥◑
Sang anak berlari begitu semangat menuju rumahnya. Setelah terkurung begitu lama, ia sangat merindukan Sang Ibu. Namun kenyataan berkata lain. Saat dimana ia menginjakkan kaki ke dalam rumah, tubuhnya nyaris tak bisa lagi bertahan. Rumahnya sudah hancur hingga ke atap. Api berkobar disana “Eomma.. kh..ugh..” sebutnya terbata.
Ia berlari ke dalam tanpa memikirkan bahaya “EOMAAAAAAA!!!!!” Teriaknya kencang. BRUKK BRUKK BRUKK.. kayu-kayu penyangga rumah berjatuhan keras satu persatu. “Eo..eomma!!”
Sosok wanita itu terlihat. Tertiban sebongkah kayu berukuran cukup besar. Sang anak mendekat dengan tangis membasahi pipinya “Pergilah.. cepatlah pe..pergi” Pinta sang Ibu lemah. Kesadaran sang Ibu perlahan menghilang.
“Shireo.. eomma, bertahanlah, aku..” Ssshuuuuushhhhhh~~~~~ Ucapan anak itu terhenti seketika angin bertiup kencang. Mata anak itu memicing dikala sosok kakek tua kembali muncul. Ia tidak mendengar suara lain selalin sunyi, padahal suasana disekitarnya sedang kacau balau “Kakek.. Nngh.. bantu aku”
Kakek tua itu tertawa tenang “Aku tidak bisa menolong mu begitu saja ..”
“Akan ku lakukan apapun untuk Ibu ku.. Apapun” Jawab Anak itu. “Apa yang harus ku lakukan sekarang, kakek, katakan padaku”
“Seorang wanita tua yang ku kenal telah memilih 2 orang anak lainnya untuk mematahkan sihir pada camera mu. Kelak sebelum mereka bersatu. Kau harus menyegel jiwa keduanya ke dalam camera milik mu. Apabila kau berhasil mendapatkan jiwa mereka. Satukan kedua benda yang ada di tangan mereka, kemudian berikan kepada ku. Setelelah itu.. Aku.. bisa menukar jiwa Ibu mu dengan Jiwa mereka. Kau.. juga Ibu mu, bisa hidup sampai kapan pun yang kau inginkan.” Anak itu menyanggupi ucapan sang kakek “Akan ku lakukan”
Kakek tua menunjuk raga Ibu anak tersebut “Sekarang, Bawa jiwa Ibu mu, ke dalam sana” ia lalu mengarahkan tangannya pada camer. Kakek tua itu mendekap sang anak kecil dari belakang, ia menguasai diri anak itu seperti bayangannya sendiri “Lakukan”
Ibu dari anak itu terus menggeleng di sisa kesadarannya. “A..an. dwe”
“Lakukan” Bisik sang Kakek tua di telinga anak tersebut lagi “Rasa takut hanya menghancurkan diri mu sendiri, dan rasa cinta akan membunuh mu.. semua itu tak ada.. buang semua itu jauh-jauh dari pikiran mu” Tangan anak itu terangkat.. Ia mengarahkan camera ke tubuh Ibunya sendiri... CLIKK!!
“Andwee.. Apa anak itu menuruti perintah sang kakek?” Seru Seokmin yang sejak tadi serius mendengarkan cerita Taejun.
Taejun mengangguk. Cerita yang ia ceritakan pada Mingyu dan kawan-kawannya bukanlah tanpa alasan. Ia dengan sengaja menceritakan semua itu pada mereka “Begitulan kenyataannya. Dan jika perhitungan tersebut tidak salah. Kemungkinan tahun lalu atau tahun ini akan menjadi tahun dimana usia anak itu beranjak dewasa.
“Sebentar lagi kamu akan menjadi korban kakek setan itu, Taejun Ajussi kkk.. ia pasti mengincar bujang bujang tua seperti diri mu, kau itu kan lemah dan tinggal seorang diri” Seru Jungkook santai, belum juga selesai bermain game.
JLEB.. itu lah yang dirasa oleh Taejun. Ia harus banyak bersabar menghadapi Jungkook, masih untung Wonwoo belum ada disana. “Hhh~” Taejun mengelus dada seperti kakek tua yang sudah kesulitan bernafas “Aku hanya ingin kalian lebih berhati-hati kedepannya. Dan kalian juga harus tau, alasan anak-anak seusia kalian di Beolgyo jarang sekali berkeliaran saat malam menjelang adalah karena orang tua mereka tidak ingin anak mereka menjadi korban dari seorang Sealer. Sealer adalah sebutan untuk anak itu oleh orang-orang tua di tempat ini”
“Ahh.. kau bagian dari mereka Hahaha” Tawa Jungkook “Orang-orang tua yang masih percaya dongeng, Ajussi pasti berfikir dengan ditakut-takuti seperti itu, kami akan berhenti mendatangi rumah Ajussi, dan berhenti bermain sampai larut disini, Hyeeahh.. kau tak akan berhasil” Balas Jungkook lagi.
Taejun mendekati Jungkook. SRUKKK Namja paruh baya (?) itu memiting leher Jungkook sembari menjitaki kepala bocah 18 tahun tersebut. “Yaaa!!a.. ajussi .. le..lepaskan, Ya. Aku bisa kalah game” Rintih Jungkokk. 3 detik saja ia merintih, detik berikutnya Jungkook balik menyerang. Hanya satu gerakan saja..
TRAK..”A! A!.. Punggung ku” Rintih Taejun kesakitan. Ia kemudian terkapar di karpet berbulu tebal di ruangan keluarganya “Aisshh.. Aku sungguh tak bisa melawan anak jaman sekarang”
“Pfffff” Tawa Jooeun. “Samchun geumanhae, samchun tak akan bisa melawan Jungkook. Kkkk”
“Araseo!! Araseo!!” Pekik Taejun emosi.
Jooeun dan Seokmin tertawa puas melihat pertengkarang Jungkook dan Taejun “Mereka lucu sekali” Seru Jooeun pada Mingyu disampingnya. Tidak seperti biasanya, Mingyu tidak menanggapi Jooeun. Begitu Jooeun menoleh, ternyata Mingyu sedang melamun. Jooeun melingkarkan tangan memeluk lengan Mingyu.
Mingyu mendadak tersadar dari lamunannya. “Eoh?” wajah bodoh Mingyu menggambarkan kebingungan “Chagiya Wae?”
“Seharunya aku yang bertanya. Kau baik-baik saja? Kau mengantuk?” Jooeun menepuk pundaknya memberikan isyarat pada Mingyu untuk bersandar disana.
Mingyu tentu menyambut manja tindakan Jooeun. Ia ‘cengar cengir’ tak jelas membuat Jooeun menyesal melakukan apa yang baru saja ia tawarkan “Neon wae ireokhe ippeunnya? (Kau, mengapa kau secantik ini?)” rayu Mingyu. Dijawab dengan kepalan tinju dari Jooeun yang ia arahkan ke wajah Mingyu.
DUKKK DUKK DUKKKKKK...
Semua mahluk disana serta merta menoleh begitu mendengar suara pintu tergedor berulang kali. Bahkan Jungkook mendadak menjadi paranoid “Ajussi. I..itu bukan..S..Sealer yang kau ceritakan barusan kan? Aku tidak mau mati” Seru Jungkook “Ya ya.. berbaris, kurang tampan berdiri paling depan” Jungkook bersembunyi dibelakang Seokmin yang kebetulan duduk dibagian agak jauh dari pintu.