◑∞⚢
Waktu makan malam telah tiba, Matahari diluar sana sudah terpendam sepenuhnya dibalik awan. Tuan Choi dan istrinya sudah duduk di meja makan dengan anak mereka Jisoo “Dimana Hyungwon?” Tanya Tuan Choi. Ia sudah kehabisan akal dengan tingkah sang anak, Hyungwon. Anak itu kerap kali sengaja melakukan hal-hal yang membuat ayahnya naik pitam. Ia sangat berbeda dengan Jisoo.
Jisoo adalah anak penurut dan pendiam, ia paham betul posisinya dalam keluarga itu, sehingga ia sendiri lebih banyak diam. Ayah Hyungwon menikah dengan Ibu Jisoo setelah percerain yang terjadi antara dirinya dan Ibu Hyungwon beberapa tahun lalu “Aku akan memanggil nya, Appa”
“Gurae.. panggil ia sekarang Jisoo-a”
“Ne” Jawab Jisoo.
◑⚢
Jisoo mencari Hyungwon ke kamarnya, namun namja itu tidak berada disana. Ia bertanya pada kepala pelayan rumah mereka, pelayan tersebut memberi tahu Jisoo bahwa Hyungwon berada di halaman belakang rumah mereka. Jisoo segera menyusl kesana, karena tak ingin sang ayah menunggu lebih lama.
Hyungwon memang berada di halaman belakang rumah mereka, ia bermain bola basket sendiri disana. Telinga Hyungwon tersumpal music bervolume keras.
“Hyungwon-a!!” Panggil Jisoo “Hyungwon-a!!!” Berapa kali pun Jisoo memanggilnya, Hyungwon tidak menyahut. Jisoo berinisiatif untuk mendekat, ia sempat ragu untuk melakukannya. “Gwenchana Jisoo-a” Ucap Jisoo pada dirinya sendiri. “Hyungwon-a” Panggil Jisoo lebih pelan.
Sedikitpun ia tidak mengalihkan pandangannya pada Jisoo. Namun ia nampak sadar dengan keberadaan Jisoo. Nafas Hyungwon terengah, DUKKKK! ia melemparkan bola basketnya ke sembarang arah dengan kencang, jelas tergambar ketidaksukaannya pada keberadaan Jisoo disana. Jisoo terhenti, ia tidak berani untuk lebih mendekat lagi. “Katakan pada ayah mu aku tidak lapar, pergi dan berhenti mengganggu ku” Jawab Hyungwon dingin, ia bahkan sudah mengetahui niat Jisoo mencarinya saat itu.
“Tapi Hyungwon-a, appa bisa memarahi mu nanti” Ujar Jisoo khawatir.
Hyungwon berdesis kesal. Ia menghampiri Jisoo, kini ia menatapnya tajam, mendekat ke arah yeoja itu, mendekat hingga posisi Jisoo menjadi begitu tersudut karenanya. Mau tidak mau Jisoo mundur beberapa langkah karena perbuatan Hyungwon tersebut.
“Urus saja uruaan mu sendiri, maka aku pun akan seperti itu” Ucap Hyungwon penuh penekanan “Sekali lagi kau terus mengurusi urusan ku, jangan salah kan aku.. jika aku balik memasuki urusan mu dengan cara ku. Cam kan itu baik-baik Seo Jisoo-ssi” Ancam Hyungwon. Hyungwon hanya melewati Jisoo setelah itu, ia tidak mengatakan apapun lagi sebelum akhirnya sosoknya pergi dan tak lagi terlihat
Jisoo masih berdiri di posisinya, ia diam dengan pikirannya sendiri. Ia tidak pernah mengerti dimana letak kesalahannya, tapi saudaranya itu terus memperlakukan Jisoo sinis. Ditambah lagi, sebuah perasaan yang tersimpan didalam di dalam hatinya membuatnya sesak.
◑∞⚢
Joohyuk dan Bona duduk di dekat kolam ikan koi dipekarang rumah Bona, pemandangan padang Bunga nan luas membentang dihadapan mata keduanya. Tak habisnya Bona memerhatikan langit beolgyo. Seharian ini Bona tidak membuka toko, sehingga Joohyuk juga hanya menganggur menemani Bona.
“Kau tidak bosan seperti itu terus?” Tanya Joohyuk dibumbui tawa kecil menandakan pertanyaan barusan bagian dari sebuah candaan.
Masalah yang dipikirkan Bona saat ini membuatnya sulit untuk menanggapi ucapan orang lain. Apalagi berbentuk candaan. “Waktu yang terus berjalan membuat ku semakin takut. Aku merasa ia terus mengejar ku”
Joohyuk mengembangkan senyum pasi “Ia tidak akan berhenti sekalipun kau memohon kepadanya. Semua hal dalam hidup akan selalu datang dan pergi. Kita memang tidak pernah bisa berbuat banyak” Jawab Joohyuk bijak “Sesuatu yang telah ayah mu dan tuan Shin (Seseorang yang disebut-sebut memiliki hampir seluruh aset Beolgyo beberapa tahun lalu / Kakek Jihan) mulai bukan lah sesuatu yang harus kau tanggung seumur hidup mu Bona”
“Tapi begitu sulit pula bagi ku untuk menutup mata begitu saja” Jawab Bona.
Joohyuk menganggu “Ara” Tanggap Joohyuk “Tapi kalau kau terus begini, pada akhirnya kau juga tidak bisa banyak membantu. Kau sibuk memikirkan bagimana ini akan terjadi, bagaimana itu akan terjadi.. tanpa bertindak apapun” Joohyuk menatap Bona tenang “Sebelum kau mengalahkan dunia, tembok terbesar yang harus kau runtuhkan adalah diri mu sendiri”
Bona menarik panjang nafasnya, menahan beberapa detik sebelum akhirnya menghembuskan perlahan “Kau benar... Aku tidak seharusnya seperti ini” Ujar Bona.
“Nado..” Sahut Joohyuk kembali melanjutkan kata-katnya “Hhh.. Tak tahu sampai kapan aku bisa menolong mu. Kau tahu Sealer itu mungkin juga akan mencelakai ku. Kalau memang benar baik Selaer juga kedua Blocker sudah berada di dalam desa, sealer pasti sudah mulai bergerak saat ini, dan ia akan kesulitan untuk terus bersembunyi dalam pergerakannya. Suatu saat akan ada orang yang membaca gerak itu, dan sudah pasti.. ia akan menyingkirkan mereka yang mulai mencurigai nya. Jika sudah begitu, meski pun aku hanya seorang minor, tidak ada yang menjamin Sealer tidak akan menyingkirkan ku suatu saat nanti. Tapi kau tenang saja selama aku belum tertangkap, aku akan membantu mu sebisa ku”
“Joohyuk-a”
“Eum?”
“Ku harap kau tidak tersinggung. Aku ingin mengatakan tetang masalah ini pada Minkyung, tapi sepertinya mustahil” Bona memelankan suaranya.
“Wae?”
“Tunggu sebentar” Pinta Bona. Bona memasuki rumahnya sekitar 10-15 menit dan meminta Joohyuk menunggu. Ia nampaknya ingin menunjukkan sesuatu. Bona melangkahkan kaki menuju pekarangan rumahnya lagi seperti janjinya. Ia menunjukkan secarik kertas yang ia temukan juga sebuah buku. Ia duduk di samping Joohyuk. Bona sudah menceritakan pada Joohyuk mengenai Yoobin yang datang memasuki Beolgyo semalam, bersamaan dengan tanda-tanda kesempurnaan kekuatan Selaer semalam. “Aku menemukan kertas ini di kamar yang ku sediakan untuk tempat anak itu ku izinkan menginap semalam. Anak itu sepertinya menerima pesan-pesan yang membuat ia tertarik untuk memasuki Beolgyo. Pesan-pesan ini dikirimkan bukan tanpa tujuan. Yoobin adalah seorang anak yang juga lahir di Beolgyo pada masa dimana appa dan tuan Shin masih menjalankan ritual mereka saat itu. Itu artinya orang yang mengirimkan pesan-pesan ini kepada Yoobin mengetahui kemungkinan Yoobin juga merupakan bagian dari permainan.”
Joohyuk memperhatikan tulisan itu, juga buku yang Bona bawa. Tulisan di dalam buku identik dengan tulisan dalam surat berisi pesan misterius yang kemungkinan menjadi dasar Yoobin datang ke Beolgyo “Tulisan ini identik sekali”
“Itu yang ingin ku sampaikan pada mu” Ujar Bona “Buku ini disimpan oleh Minkyung didalam tas miliknya..”
DEG.. Joohyuk terdiam. Ia bisa membaca kemana arah pembicaraan akan tertuju. Ia sangat kaget dan mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa semua ini mungkin kebetulan. Tapi satu sisi lain dalam dirinya tidak bisa berhenti mengatakan kemungkinan seseorang yang memiliki tulisan tersebut adalah seorang.. Selaer. “Hoksi.. igo..”
Bona mengangguk, ia tahu Joohyuk menangkap maksudnya “Kalau memang benar, anak itu yang mengirimkan pesan-pesan ini kepada Yoobin. Kita harus mencari tahu alasan anak itu mengumpulkan anak-anak lain yang terlibat ke dalam Beolgyo.”
Joohyuk terlihat sulit menerima fakta bahwa seseorang yang berada di dekatnya mungkin terlibat langsung dalam misteri ini. Ia menjambak pelan rambutnya. Menunjukkan air muka frustasi di wajahnya. Berkali kali ia menarik dan membuang nafas untuk menenangkan diri, meski sejak tadi sebenarnya ia lah yang terus berusaha menenangkan Bona.
◑∞⚢
“Oppa, Oppa duluan saja, aku masih ada urusan lain, setelah urusan ku selesai baru aku akan kembali ke apartment” Ujar Heejin beralasan kepada Jihan. Keduanya baru saja pulang dari rumah sakit temlat Ibu dari Jihan dan Jihoon bekerja. Sebuah rumah sakit khusus, dimana Heejin adalah satu dari pasiennya.
Jihan mengangguk. Ia datang ke sana bukan hanya sekedar mengantar pulang Heejin karena permintaan sang Ibu yang merasa kondisi Heejin sedang buruk hari itu. Ia datang untuk menemui Jihoon. Benar, Jihoon juga tinggal di gedung apartment yang sama dengan ssamjeon.
Heejin berjalan menjauh dari gedung apartment, sedangkan Jihan berjalan memasuki gedung. Jihan sendiri sempat berpapasan dengan Wonwoo dan Seokmin yang kebetulan dalam perjalanan ke supermarket untuk membeli makanan kecil. Jihan dan Wonwoo saling melempar pandang dengan gelagat tak biasa tercipta diantara mereka.
Seokmin segera mengajak Wonwoo pergi dari sana, menjaga suasana agar tidak terlampau panas dan menegangkan. Seokmin membungkuk sopan untuk pamit kepada Jihan. Wonwoo juga melakukan hal serupa.
Wonwoo dan Seokmin keluar dari area gedung. Hanya 4-5 meter diluar gedung keduanya melihat sosok Heejin di ujung jalan, depan gedung apartment. Heejin tidak seorang diri disana. Hyungwon sudah berada disana menemaninya.
“Pantas saja aku tidak melihat Heejin noona sejak tadi pagi, ia pergi dengan Hyungwon hyung?” Tanya Seokmin pada Wonwoo.
Pandangan Wonwoo terkunci pada sosok keduanya. Informasi yang ia dengar dari Jisoo mengenai Hyungwon dan keluarganya meminta Heejin tinggal bersama mereka mungkin benar adanya. “Molla” Jawab Wonwoo terdengar acuh.
“Haruskah ku panggil?” Tanya Seokmin.
“Ani” Jawab Wonwoo cepat. “Urusan Heejin dan Hyungwon mungkin penting. Sebaiknya tidak kita ganggu” Wonwoo meraba-raba kantongnya. Ia menunjukkan mimik seperti kehilangan sesuatu “Ah, Seokmin-a”
“Waeyo Hyung?”
Tangan Wonwoo berhenti mencari-cari “Aku meninggalkan dompet di dalam kamar. Kau pergi lah lebih dulu, nanti aku akan menyusul” pinta nya “Aku tidak akan lama” Tambahnya. Setelah bicara Wonwoo langsung berlari pergi sebelum Seokmin sempat menjawab ucapannya.
“Eiii.. =_=” Seokmin mengikuti Wonwoo kembali ke dalam “Hyung.. katchi kha”
◑∞⚢
Hyungwon datang menemui Heejin untuk menyerahkan barang Heejin yang tertinggal di rumahnya. Hubungan keduanya menjadi semakin canggung akibat kejadian kemarin. Mereka seperti merasa tak nyaman satu dengan lainnya. “Bagaimana kondisi mu hari ini?” Tanya Hyungwon memecah keheningan diantara mereka.
“Jihan Oppa mengantar ku menemui Bibi Jiyool hari ini, semua akan baik-baik saja” Jawab Heejin tidak menjelaskan panjang lebar seperti ia biasanya.
Nanar tatapan Hyungwon pada kedua telapak Heejin. Kedua telapak tangan yang mengalami gemetar hebat dalam waktu berkala pada situasi-situasi tertentu, terutama saat sang pemilik dalam keadaan gelisah. Hyungwon menghela nafas, digenggamnya kedua tangan Heejin “Appeujimalgo” ujarnya.
Apa yang Heejin rasakan saat ini mungkin serupa dengan Hyungwon. Mereka sadar betul akan jarak diantara mereka saat ini, tapi meski bagaimana pun keduanya adalah sahabat yang sudah sekian lama bersama, Heejin merasa jarak diantara mereka tercipta karena dirinya. “Mianhae” permintaan maaf itu tulus dari dalam hati Heejin. “Na..”
“Aniya” Sela Hyungwon “Hidup mu sebelum ini begitu berat. Setelah ku pikirkan ulang, aku terlalu egois karena meminta mu untuk menjalani hidup yang sama dengan hidup mu sebelumnya” Senyum tipis nan parau ditunjukkan oleh Hyungwon. “Hanya karena aku terlalu naif untuk mengakui bahwa aku takut berada di tempat itu seorang diri, aku tidak rela melepaskan mu untuk menjalani hidup yang bebas. Aku lah yang seharusnya meminta maaf pada mu”
Ucapan Hyungwon menyadarkan Heejin, tentang mengapa keduanya menjadi dekat satu sama lain. Mereka menjalani hidup yang sama. Hidup di tempat yang tidak mereka ingin kan, dengan orang-orang yang juga tidak pernah satu paham dengan mereka. Hyungwon pasti merasa kesepian karena satu-satunya orang yang selama ini membagi pahit bersama dirinya kini telah menemukan jalan yang sejak dulu mereka inginkan. “Kau bisa bergabung dengan ku dan teman-teman yang lain, dengan begitu.. kau tidak akan kesepian seorang diri”
Hyungwon terdiam. Sulit baginya menanggapi tawaran Heejin. “Apa tempat mu berpijar saat ini begitu menyenangkan?” Tanya Hyungwon klise. Hyungwon adalah seorang pemikir berat. Ia sering kali mempertimbangkan segala sesuatu samapai kemungkinan terkecil sekalipun. Ia dan Heejin adalah dua orang setipe. Kedua orang yang selalu takut menghadapi dunia yang terlalu kejam dan akan semakin kejam seiring dengan putaran waktu.
“Moreugaetda.. nado moreugae” Jawab Heejin. Jawaban tak yakin itu pun akhirnya menjadi alasan keduanya kembali kehabisan alasan untuk melanjutkan pembicaraan.
Di saat bersamaan, sosok Jisoo tertangkap oleh pandangan Hyungwon. Jisoo berada disana bersama dengan Sohye. Jisoo sempat memperhatikan Heejin dan Hyungwon disana. Begitu juga dengan Sohye. Tidak ada tegur sapa atau hanya sekedar bungkuk sopan basa basi. Baik Sohye dan Jisoo pun hanya berakhir dengan melewati Heejin dan Hyungwon.
Hyungwon teringat akan suatu hal “Ah Heejin-a, tadi kau datang bersama Jihan hyung bukan?” Tanya Hyungwon. Heejin menjawab dengan anggukan kepala “Appa menitipkan sesuatu untuk Jihan hyung. Ku rasa aku harus menyusulnya”
“Gurae geurom” Jawab Heejin.
“Kau tidak mau sekalian pulang?”
“Eung”.. Belum sempat Heejin menjawab. Ponsel Heejin berdering menunjukkan sebuah pesan masuk. Heejin lebih dahulu membaca pesan pada ponselnya daripada melanjutkan jawaban untuk Hyungwon.
From : Jihan Oppa
Ije jamshi manha boja
“Nugu?” Hyungwon menaikkan sebelah alis, menaruh curiga akan perubahan raut wajah Heejin setelah membaca pesan.
“Kau bisa pergi lebih dulu, jungkook meminta ku membeli sesuatu” Kilah Heejin.
“Baiklah kalau begitu” Jawab Hyungwon. “Annyeong” Pamitnya dengan senyum ramah. Ia sempat menepuk pucuk kepala Heejin sebelum pergi memasuki bangunan apartment. Hyungwon sempat berpapasan dengan Jisoo dan Sohye untuk kedua kalinya. Tapi sekali lagi mereka hanya saing melewati tanpa bertegur sapa.
◑∞⚢
“ANDWEE ANDWEEE ANDWEEEEEE!!” Teriakan histeris Shiah menyebar ke seluruh sudut apartment. Jambakan di rambut Taejun juga sudah hampir 20 kali terjadi sepanjang proses... duel game antara Shiah dan Jungkook.
“Kau tidak akan menang melawan ku noona” Jungkook membuang stick game santai setelah memenangkan duel berulang kali. “Ganti pemain, aku bosan” perintah Jungkook seenaknya. Ia malas melawan Shiah yang begitu buruk dalam bermain.
“Ya kau meremehkan ku!” Seru Shiah tidak terima.
“Noona memang payah, itu kenyataan” Sahut Jungkook “Jari-jari noona lambat, sama seperti pria tua disamping noona, mungkin penyakit tua itu bisa menular” Ujar Jungkook tanpa beban melontarkan kata-kata menyakitkan tadi.
“ANIII !!” Pekik Shiah “Ajussi menjauh dari ku, aku tidak mau tertular penyakit menua hueeeeeee” Rengek Shiah mempercayai ucapan asal Jungkook.
Taejun tak berdaya, sepertinya sebuah kesalahan ia bergabung dengan mereka malam ini. “Aku tidak menderita penyakit menua =_= aku hanya...”
“Sudah tua” Sambung Jungkook.
Yoobin tersenyum kecil juga khawatir disaat bersamaan ketika melihat perkelahian Jungkook dan Shiah. “Apa mereka bertengkar sungguhan?” Tanya Yoobin tak yakin, kepada Hoshi yang berada di sampingnya.
Hoshi, si bocah tak peka itu menganggap biasa perselisihan antara Jungkook dan Shiah “Mereka begitu setiap hari, tak perlu khawatir” jawabnya santai.
Ting Tong~ Bel apartment berbunyi. Yoobin melihat ke arah pintu “Sepertinya ada yang datang” Ujar Yoobin.
“A~Mungkin itu Jisoo dan Sohye” Jawab Hoshi.
Yoobin tercengang “Kau benar-benar mengundang mereka?” Tanya Yoobin tak percaya. Jelas terlihat dari pandangan semua orang bahwa mereka tidak setuju saat Hoshi mengatakan ide akan mengundang Jisoo dan Sohye. Tapi signal sejelas itu ternyata tidak ditangkap sedikitpun oleh Hoshi. Ia tetap mengundang Jisoo dan Sohye bergabung.
“Ne hehe” Jawab Hoshi terkekeh hingga matanya yang sipit itu menghilang, berubah menjadi dua buah garis.
“Daebak.. =_=” Ujar Yoobin.
Hoshi berlari-lari kecil membuatnya terlihat imut-imut menuju pintu apartment untuk menyambut tamu yang datang. Hoshi sempat membereskan rambut sebelum membuka pintu. Clekk.. Hoshi membuka pintu, berhiaskan senyum manis di wajahnya “Osowase...” kata-kata Hoshi langsung terputus begitu saja, berubah menjadi kebingungan “Mwoji?” Tanya Hoshi. Drukk.. pintu apartment kembali di tutup olehnya.
Yoobin berdiri dari sofa untuk menyapa tamu yang datang. Nyatanya ia hanya melihat Hoshi seorang diri disana “Eung?”
Hoshi menggaruk-garuk kepala dengan ekspresi khas kebingungan. “Sepertinya ada orang usil tadi” ujarnya. Baru saja Hoshi sampai di depan Yoobin, bel kembali berbunyi.. ting tong~~ ”Ddo? Eiii”
“Biar aku saja” Ujar Yoobin menawarkan diri. Ia bergantian tugas dengan Hoshi untuk membuka pintu. Tidak seperti Hoshi, Yoobin lebih dulu melihat melalui layar intercall siapa yang datang memencet bel di luar pintu. Awalnya ia hanya mengangguk “Ah. Shiah’s dongsaengie” ucapnya. Detik berikutnya.. ia terus menonton layar intercall, bukan tanpa alasan, Yoobin memperhatikan Seokmin di luar sana terlihat sedang berbicara dengan seseorang, tapi tidak tampak ada siapapun selain seokmin di layar intercall.
“Kau lagi? Psh.. ahh jangan bilang kau ini stalker?”
“Ahh. Jincha.. psh.. aniyaaaa.. aniya.. aku bicara pada angin”
“Aku bisa gila kalau terus mengajak mu bicara. Terserah kau saja”
CLEK...
Seokmin membulatkan matanya karena kaget melihat Yoobin di sisi pintu berlawanan dengannya “Eo~ noona”
Seokmin memang tidak seorang diri. Ia disana bersama dengan Minkyung. Minkyung berdiri sedikit jauh dari Seokmin. Begitu pintu terbuka Minkyung berjalan memasuki apartmen tanpa menyapa Seokmin, ia melewati Seokmin dan Yoobin tanpa permisi.
“Seokmin-a, kau bicara pada siapa?” Tanya Yoobin langsung bertanya. Ia beralasan agar tidak terlalu terdengar sudah mengamati sejak tadi “Ah tadi aku mendengar suara orang lain?”
“Eung? Tidak ada.. memangnya terlihat ada orang lain disini? Eii noona mungkin kau salah dengar” Jawab Seokmin.
“Ah gurae” Jawab Yoobin. “Aku pasti salah mendengar”
Minkyung mendengarkan jawaban Seokmin kepada Yoobin meski ia pura-pura tidak memperhatikan juga sengaja tidak mau berbicara pada Seokmin. Jawaban Seokmin membuat dirinya lega. “Ah syukurlah, anak itu pasti hanya berlatih acting atau semacam nya tadi” Ujar Minkyung dalam hatinya.
“Ah noona! Apa Wonwoo hyung ada di dalam?” Tanya Seokmin yang memang kembali untuk menyusul Wonwoo.
“Wonwoo? Bukankah tadi ia pergi dengan mu?” Tanya Yoobin balik.
“Aishh. Sudah ku duga. Ia pasti kabur karena tidak mau menolong ku berbelanja camilan. Dasar Wonwoo hyung” eluh Seokmin. “Aku ajak Mingyu atau Taejun samchun saja” Seokmin lantas masuk ke dalam apartment untuk beristirahat sejenak, juga merayu agar ada yang mau menemaninya berbelanja camilan.
Yoobin masih berdiri di depan pintu. Lorong apartment tersebut begitu sepi. Lampu di sekitar lorong juga redup. Mereka yang takut akan hantu mungkin enggan tinggal disana. Mau bagaimana lagi, Mingyu dan Taejun memberi harga murah untuk sewa, mau tidak mau satu bulan ke depan, di tempat itulah ia akan menghabiskan waktu.
Druk druk drukk.... suara langkah seseorang seperti berlari terdengar jelas dari arah tangga. Saking kerasnya suara tersebut, Yoobin sampai tidak jadi menutup pintu. Suara tersebut berasal dari arah tangga naik menju lantai 2. Yoobin menunggu penuh penasaran. Hanya 2-3 detik kemudian seseorang muncul dari arah yang sudah Yoobin perkirakan.
Seperti sebuah takdir bagi Yoobin untuk selalu bertemu dengan Jihoon, ia yang hingga saat ini membuat Yoobin terus berfikir, ia yang selalu membuat Yoobin berliput berbagai tanya dalam hatinya. “Anak itu lagi” Sebut Yoobin dalam hatinya.
Jihoon selalu terlihat aneh, setiap waktu, setiap gerak geriknya. Malam itu ia membawa serta sebuah jaket berukuran cukup besar. Yoobin bisa memperkirakan kemungkinan besar jaket tersebut bukanlah mulik Jihoon karena tidak fit dengan ukuran tubuh kecil Jihoon. Jihoon juga terlihat gelisah. Ia berulang kali hendak kembali turun kemudian membatalkan niat, berputar ke arah tangga naik ke lantai 3 apartment yang terletak disebrang tangga arah turun menuju lantai 1. Lalu kembali hedak turun. Jihoon terburu-buru seperti sedang dikejar-kejar seseorang. Sesekali kepala Jihoon tertunduk dan ia memijat kecil keningnya.
Jarak tangga dengan pintu apartment Wonwoo, tempat Yoobin berdiri tidak lah dekat dengan dimana Jihoon berdiri, tapi tidak juga terlalu jauh. Terdapat jarak sekitar 4-5 meter. Moment dimana pandangan Jihoon dan Yoobin kembali bertemu tercipta. Mata Jihoon berbeda kala itu, meski cukup jauh berjarak, Yoobin dapat melihat sorot mata Jihoon sangat berbeda dengan Jihoon yang ia temui kemarin juga pagi tadi.
Setelah melihat sosok Yoobin disana. Jihoon langsung berlari ke arah tangga naik. Ia membatalkan niat yang ia tarik ulur untuk turun. Langkahnya cepat, sosoknya menghilang begitu saja dari hadapan Yoobin setelahnya. Yoobin belum bisa pergi dari sana. Ada yang masih mengganjal di hatinya. Semua kejadian demi kejadian ini.. ia begitu ingin mengetahui sesuatu yang melatar belakanginya.
Seseorang lainnya muncul dari arah tangga, dengan ekapresi dan kondisi hampir serupa dengan Jihoon. Nafas terengah, juga air wajah gelisah tersirat disana.
“Wonwoo?” Ujar Yoobin dalam hati. Ia merapatkan pintu agar Wonwoo tidak melihat dirinya berada disana seperti Jihoon. Yoobin melihat Wonwoo berlari mengejar Jihoon ke arah tangga naik. Entah apa yang terjadi diantara mereka, gelagat mereka terlalu mencurigakan.
Berbeda dengan Jihoon yang sudah tidak terlihat lagi sosoknya setelah itu. Wonwoo kembali terlihat turun dari lantai tiga. Ia juga berlari meneruskan turun menggunakan tangga turun menuju lantai 1 gedung apartment.
"Mwoya.. hemm" Seru Yoobin pelan.
◑∞⚢
Didalam apartment, Jooeun berjalan memasuki area dapur. Suasana hatinya yang mulai membaik sejak pagi tadi, rasanya rusak begitu mendengar pembicaraan Hoshi dan Yoobin membahasa mengenai Jisoo dan Sohye kemungkinan akan bergabung dengan mereka malam ini. Pipi gadis cantik itu menggembung sebal.
Di dalam dapur tidak ada siapapun kecuali Mingyu, Mingyu tertidur dengan posisi duduk pada kursi dan kepala bersandar pada meja makan dengan bantuan topangan tangan. Ia nampak kelelahan karena setengah hari bermain game juga baru saja selesai memasak beberapa makanan untuk persediaan nanti malam. Mereka berencana menonton film bersama, berlomba untuk tidak tidur sampai pagi. Karena itu sebelum permaian mereka dimulai nanti, Mingyu memilih untuk tidur.
Jooeun menarik kursi di samping Mingyu. Ia duduk disana. Ia memposisikan kepala di atas meja, hampir serupa dengan Mingyu. Ditatapnya sang namjachingu yang tengah tertidur lelap. Masalah mereka berdua sepintas sudah selesai. Tapi kenyataan menggambarkan Mingyu sedikit lebih diam sepanjang hari. Ia tidak banyak bicara juga bercanda. Sorot matanya juga mengambarkan ada yang sedang ia pikirkan, mungkin apa yang telah terjadi masih cukup mempengaruhi Mingyu.
“Uri namchin.. neomu.. Jallllsingaessda” Ucap Jooeun seorang diri, volume suara Jooeun begitu rendah, tak ingin ia mengganggu tidur Mingyu. “Ireona~..” pinta Jooeun lagi-lagi dengan suara teramat pelan. “Bogoshipeo kinggu~~”
Jari-jari Jooeun bermain-main manis di kening Mingyu, menyingkap sebagian rambut agar tidak mengenai mata namja itu. Namun..
Tappp..
Dug.. dug.. dug.. Jantung Jooeun berdegup kencang. Mingyu menggenggam jemari Jooeun pada keningnya. Memeluk erat seluruh bagian telapak tangan itu setelahnya. “Nan nappeungeon aro, geunyang.. hwanejima.. hwa haedallago. Nan.. Neol saranghae.. jinshimiya. Uri saranghaeun, jeil ippeun Jooeunie...” Mingyu belum terbangun. Ia masih lelap tertidur. Mingyu hanya mengigau.
Belakangan Jooeun menjadi mudah menteskan air mata, begitu juga saat ini. Pelan ia bergerak mendekat. Ia memberikan kecupan tipis pada pipi Mingyu, lalu kembali ke posisi awalnya “Mianhae, Kinggu. Nado.. neol Saranghae.. neomu..”
Kelopak mata Mingyu bergerak, tanda-tanda ia akan membuka mata terlihat. Jooeun panik, segera ia tutup kedua matanya untuk menghindari pertanyaan ataupun tatapan hangat Mingyu yang mungkin akan membuatnya salah tingkah. Degup jantungnya semakin cepat. 1 tahun mereka bersama tidak pernah mengurangi perasaan berdebar Jooeun setiap kali berada di samping namjachingunya itu.
Prediksi Jooeun benar. Mingyu terbangun. Setelah pandangannya benar-benar jelas, senyum di wajah Mingyu tak bisa ia sembunyikan. Jooeun berada di dekatnya begitu ia terbangun. Tangan mereka saling terkait satu sama lain. Tidak setitik pun hal yang dapat mengurangi kebahagiannya. Struktur gigi tidak rata yang justru menambah manis senyum Mingyu menyeringai semakin lebar hanya karena memperhatikan Jooeun tertidur, meski ia tidak tahu bahwa Jooeun hanya berpura-pura. Sebuah kalimat yang mungkin sudah 1000 kali diucapkan oleh Mingyu sekali lagi terlontar “Wae ireokhe ippeunya?” Mingyu meletakkan tangan Jooeun yang terus digenggamnya ke bagian pipi. Mendekatkan dengan bibirnya. Juga mengecup halus punggung tangan Jooeun.
Semakin tak karuan debar jantung Jooeun. Ia semakin tak tahan berpura-pura tertidur “Jugoseo.. jugoseo neon, Nam Jooeun” ronta hati Jooeun. Pelan-pelan ia mengangkat kelopak matanya, berusaha se natural mungkin berakting, agar Mingyu tidak curiga. “Eung~” Jooeun benar-benar membuka mata. Tatap manis Mingyu menyambut indah mata Jooen. Wajah Jooeun memerah. SRUKKK.. Jooeun menarik tangan dari genggaman Mingyu “Mwohaneun geoya!” Bentak Jooeun. Jooeun membuang muka.
Mingyu tertunduk. Ia memang sedang sensitif. Melihat perlakuan Jooeun. Mingyu segera berdiri dari kursinya. Bunga-bunga yang beberapa menit lalu memenuhi relung hatinya, bagai hilang ditelan bumi. Tanpa kata-kata ia beranjak meninggalkan Jooeun.
Jooeun memperhatikan Mingyu berlalu. Ia menyalahkan dirinya sendiri, karena terlalu salah tingkah ia sampai seperti itu. Ucapan Sohye tentang sikap kasarnya pada Mingyu kemarin lagi-lagi terlintas dalam pikiran Jooeun. Jooeun tertunduk, matanya terpejam “Kau menyibukkan diri bermain, berberes juga memasak sejak tadi..!” Pekik Jooeun “Aku.. “ Jooeun menelan ludah menahan seusatu di dalam hatinya yang terakiti “Kesepian”
Mingyu membatalkan niat untuk pergi. Ia duduk di kursi yang sama dengan sebelumnya, tapi kali ini ia menarik kursi itu mendekat dengan posisi kursi Jooeun. “Kau jarang mengajakku bicara seharian ini. Aku takut kau marah sungguhan dan akan membuat mu semakin marah jika aku bertindak sembarangan. Lalu aku harus bagaimana?” Nada bicara Mingyu lebih mirip seperti anak kecil yang sedang mengadu dari pada pria dewasa yg sedang marah atau kesal.
Jooeun mendongak, memberanikan diri menatap Mingyu dihadapannya. Ia menunjuk wajah Mingyu dengan jari telunjuk “Neo..! Kau harus membuang jauh-jauh wajah imut-imut itu, aku tidak bisa marah jika kau terus menunjukkan nya dihadapan ku!” Balas Jooeun.
Dibalik tembok pembatas dapur dengan ruang tengah, Minkyung berdiri. Ia mengintip apa yang sedang dikerjakan oleh Mingyu. Ia mencoba mengingat-ingat semua yang dikatakan oleh Bona saat ia terbangun tadi.
Meski sudah sering dibuat kesal, entah mengapa setiap gerak Minkyung selalu menarik perhatian Seokmin. “Neon jincha stalker ichi?”
Suara Seokmin sangat menggangu Minkyung. Ia berbalik. Seokmin tepat berdiri di belakangnya. Baik-baik ia memperhatikan sosok Seokmin. Keanehan dirasakan kuat oleh Minkyung “Lee.. Seokmin” Sebutnya.
“Nae ireum, arayo?” Sahut Seokmin kaget. “Siapa sebenarnya kau ini..?”
Minkyung terdiam seribu bahasa. Ia menebak nama namja dihadapannya dengan benar. Ya, Minkyung memang selalu melupakan banyak hal setelah ia terbangun di pagi hari. Sejauh ini hanya Mingyu yang selalu ia ingat dalam kondisi apapun. Karena itu ia kerap kali mencari keberadaan Mingyu. Pertanyaan yang baru saja di lontarkan oleh Seokmin juga terlontar di dalam hati Minkyung.
Minkyung mengenakan sebuah gelang di tangannya. Gelang di tangan Minkyung sama persis dengan gelang yang dikenakan Mingyu. Seokmin ingat betul bentuk gelang tersebut. Terukir nama Kim Mikyung. DEG... Seokmin tidak percaya dengan kenyataan tersebut. Ia... mengenal siapa Kim Minkyung.. Mingyu sering bercerita tentang yeoja itu kepadanya. “Tidak mungkin.. neon..Jincha Kim.. M.. Minkyung?”
“Seokmin-a!” Seru Mingyu
Panggilan Mingyu membuat Seokmin menoleh. Mingyu dan Jooeun yang semula sedang beradu argumen itu, terganggu dengan kehadiran Seokmin. Mereka memperhatikan tingkah aneh Seokmin. “Sedang apa kau disana?” Tanya Jooeun “Kau sehat?”
Seokmin hanya menunjukkan seringai kuda khas nya. Ia tersentak ketika mengembalikan pandangan ke arah Minkyung, Yeoja itu sudah tidak ada di sana. Ia bahkan belum sempat menjawab pertanyaan Jooeun. Seokmin melihat kebelakang, Sosok Minkyung sudah berada di ruang tengah menuju pintu keluar. Seokmin berjalan cepat mengejar Minkyung.
Mingyu dan Jooeun tercengang “Ada apa dengannya?” Tanya Mingyu. “Aku coba kejar dia dulu, chagiya. Kau tunggu disini” Ujar Mingyu.
Jooeun mengangguk. Ditengah ketegangan .. Dreettt.. dreettt.. “Hoaa..” Pekik Jooeun “Aish Kamjhagiya” ponsel Jooeun berbunyi. “Eung? Joohyuk oppa..” Jooeun menekan tombol phone di ponselnya “Yoboseyo.”
◑∞⚢
“Tidak bisa, Oppa tidak mengizinkan mu menginap. Oppa sudah berada di dalam gedung apartment Heejin, Oppa akan menjemput mu sekarang” Ancam Joohyuk berbicara melalui sambungan telpon dengan sang adik, Jooeun. Ia tidak mengizinkan sang adik untuk menginap malam ini, padahal ia selalu mudah memberi izin kepada Jooeun sebelumnya.
“Iyuga mwondae oppa? Oppa wae gurae?” Protes Jooeun.
Joohyuk memijat kening saking pusingnya ia. Terdapat 2 sisi bersebrangan di dalam hati Joohyuk. Di satu sisi ia kasihan pada Jooeun jika ia harus diam di rumah sementara ia tahu betapa sakit Jooeun berada di sana dengan kondisi orang tua mereka selalu berkelahi. Tapi di sisi lain ia menghawatirkan sesuatu yang baru saja disampaikan oleh Bona. “Baiklah.. Oppa akan mengizinkan mu menginap, dengan syarat.. Oppa akan menemani mu disana”
“Terserah Oppa saja .. ish” Umpat Jooeun.
Joohyuk terawa kecil. Ia memang selalu dikalahkan oleh sang adik. “Eii.. jangan merajuk begitu, atau izin akan ku cabut lagi”
“Musun soriyaaa oppa.. engggung~~” Gerutu Jooeun.
“Ya, memangnya kenapa kalau aku ikut bermain. Kau dan Mingyu pasti tidak bebas manja-manja bukan? Sudah sejauh apa ‘manja-manja’ kalian itu? Eiii.. jangan macam-macam. Kemarin saja jika aku tidak datang kau pasti sudah berciuman dengan Mingyu” Tuduh Joohyuk bercanda. Ia tahu betul seperti apa Mingyu, mustahil juga mereka berbuat jauh. Ia hanya suka membuat sang adik kesal
Perangkap Joohyuk berhasil, Jooeun benar kesal dan langsung menyelak “AKU TIDAK PERNAH SEPERTI ITU DENGAN MINGYU!!” pekik Jooeun “Hanya poppo, NO kisseu” Bantah Jooeun.
“Hahahaah” Tawa Joohyuk “Eiii.. kau sudah mengerti kisseu eiii. Kau pasti sering membayangkan melakukannya dengan Mingyu”
“Oppa!! Geuman..”
“AHAHAA” Tawa Joohyuk puas “Oppa sudah hampir sampai, nanti kita bicara lagi” Usai puas menggoda sang adik, Joohyuk menyudahi sambungan telpon. Ia juga sudah berada di tangga menuju lantai 2 dimana apartment ssamjeon berada.
Tiba-tiba saja Joohyuk mendengar suara orang berkelahi. Dan suara itu begitu tak asing untuknya. Suara tersebut berasal dari lantai dasar. Ia melirik ke bawah dari sisi tangga. 2 orang namja dilihatnya berdiri di depan salah satu lorong apartment yang kebetulan kosong.
“YA!! KAU PIKIR AKU AKAN MEMPERCAYAI MU!!” Terlihat seorang diantaranya menarik kerah baju namja lainnya. Memojokkan tubuh namja tersebut ke arah tembok. “APA YANG KAU CARI DI DESA INI! SIAPA KAU SEBENARNYA!!”
Joohyuk menyipitkan matanya, untuk melihat lebih jelas siapa kedua namja yang sedang berkelahi itu. “Mwoya? Hyungwonnie?” tebaknya tak yakin. Ia memperjelas kembali pandangannya dan yakin seorang namja yang sedang berteriak itu adalah Hyungwon. Dan seorang lagi terlihat seperti... “Wonwoo?”
Druk druk druk.. suara seseorang berlari dari arah atas terdengar keras. Joohyuk dikagetkan oleh Seokmin yang muncul sambil berlari seperti mengejar sesuatu. Seokmin terlalu terburu-buru, sehingga ia hanya melintas begitus aja. Joohyuk semakin tak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi disana. Mengapa semua orang tampak sedang memiliki masalah pelik. “Mwoya. Seokmin tidak menyapa ku?”
Satu lagi namja lainnya muncul dari arah lantai 2. Kali ini .. Mingyu. Ia langsung berhenti berlari. Rem Mingyu masih cukup baik jika berurusan dengan Joohyuk. “O.. annyeonghaseyo hyung” ia membungkuk walau masih berada beberapa anak tangga di atas Joohyuk.
DUUUKKK !!!! Suara keras terdengar kembali dari tempat Hyungwon dan Wonwoo berada. Joohyuk tersentai, ia melirik dan melihat seseorang diantara mereka sudah terkapar di lantai. Pertengkaran mereka nampak serius. “Ya!!” Pekik Joohyuk. Joohyuk langsung mengambil langkah cepat menuruni anak tangga menuju lantai dasar.
Mingyu ikut panik “Mwoya mwoya?” iya terburu-buru menyusul Joohyuk. Tapi bukan Mingyu jika tidak ceroboh. Ia tertabrak salah satu pintu di sisi tangga. Pintu tersebut memang semacam gundang pendam. Seperti tempat penyimpanan yang terpendam di dinding.
Pintu gudang penyimpanan terbuka. Dari dalam pintu sesosok namja terjatuh membuat Mingyu tak stabil dan ikut terjatuh, tertiban oleh sosok namja itu. Mingyu kaget setengah mati “AAAAAAA!!!” Ia refleks berteriak saking takutnya ia. “Joohyuk hyungg!!!”
“Eishhh” Joohyuk yang semula sudah berjalan turun harus rela menaiki anak tangga lagi untuk melihat keadaan Mingyu yang terus berteriak seperti anak kecil melihat hantu. “Ya jangan teriak-teriak. Dibawah ada yang berkelah....” Kata-kata Joohyuk terputus
Matanya membulat, ia mengenal sosok namja yang menimpa Mingyu tersebut. Ia menarik tubuh namja tersebut yang nampak tak sadarkan diri “Kau baik-baik saja?” Tanya Joohyuk pada Mingyu. Setelah mendapat anggukan, ia dan Mingyu mencoba mengangkat sosok namja tadi.
“Apa ia mati..? Apa ia mati? Omo ottokhe?” Tanya Mingyu panik. Rasa takut juga menyeruak dalam dirinya, ia takut namja itu sudah tidak bernyawa. Setelah membalik tubuhnya. Joohyuk dan Mingyu bersamaan menyebut nama namja tersebut dengan ekspresi tersentak “JIHAN HYUNG!” Ujar keduanya.
Joohyuk meletakkan jari telunjunknya didepan hidung Jihan itu. Memastikan kondisi terakhir dari Jihan “Aniyo.. ia masih bernafas” Joohyuk berusaha tenang. “Mingyu-a, apa ada orang lain di atas? Panggil mereka turun untuk membantu. Dibawah sana ku lihat Hyungwon sepertinya juga berkelahi dengan Wonwoo” Perintah Joohyuk cepat.
“Ne. Hyung, aku akan memanggil Taejun hyung dan Jungkook, mereka ada di atas dengan beberapa anak wanita” Jelas Mingyu. Ia segera berdiri dari sana. Kaki Mingyu sedikit gemetar tapi ia tetap memaksa diri.
Namun hal tak terduga terjadi..
Ssh.. tssk.... BAMMMMMM!!!...
“HOAAAA”
◑∞⚢
“Minkyung-ssi!!! Chamkan!!” Seokmin terus mengejar Minkyung.
Minkyung berhenti berlari tepat saat mereka berdua telah berada di luar gedung apartment. Seokmin terengah-engah. Kedua tangannya menyentuh lutut, membungkuk menopang tubuhnya yang kelelahan. “Kenapa.. hh kau berlari hh.. hhh”
“Kenapa kau mengejar ku?” Telisik Minkyung “Apa kau berniat menangkap ku lagi....” Minkyung mengepalkan tangannya “Sealer..”
Seokmin melempar tatap tajam kearah yeoja itu.
Tiba-Tiba saja...
BUSSHHH!! Suara seperti ledakan tiba-tiba terdengar dari dalam gedung apartment. Bersamaan dengan itu seluruh lampu pada apartment padam. Detik berikutnya satu persatu penerangan disekitar sana padam. Kegelapan seolah merambat dan melebar.