◑∞⚢
Sepanjang malam Mingyu sulit tertidur. Ia menghawatirkan keadaan sang yeojachingu, Jooeun. Karena semalam adalah pertama kalinya ia melihat Jooeun seperti itu, ia menjadi terbawa pikiran tentang alasan sesungguhnya Jooeun menangis. Ia merasa begitu tidak berarti karena justru hanya kepadanya Mingyu, Jooeun menyembunyikan air matanya. Bertanya pada Jooeun pun nampak akan sia-sia “Mengapa aku tidak peka sekali. Bagaimana mungkin aku sampai tidak paham alasan Jooeun menangis. Seharusnya aku menjadi seseorang yang paling mengerti dirinya. Aaaaahhh Kim Mingyu, apa fungsi otak di kepala mu ini” Mingyu membenamkan wajah di atas meja belajarnya, merengek seperti orang bodoh.
Minkyung memasuki kamar Mingyu. Ia duduk di tempat tidur Mingyu dimana meja belajar tempat Mingyu duduk terletak di depannya. “Ya kau pasti berkelahi dengan yeojachingu mu lagi, dasar bodoh” ledek Minkyung.
Mingyu mengangkat pandangannya. 2 buah foto terpajang di atas meja belajarnya. Foto Jooeun juga foto Minkyung. Mingyu memandangi keduanya. “Jangan tertawa!! Jangan meledek ku. T.T” rengek Mingyu “Kau itu anak perempuan, seharunya kau membantu ku huee”
“Sudah ribuan kali ku katakan pada mu, kau itu bodoh. Apa kau pikir orang yang kau cintai akan merasa spesial kalau kau menunjukkan kebaikan yang sama pada semua orang dengan bentuk perhatian yang setara pula?” Protes Minkyung memarahi Mingyu.
“Huaaaaaa aku tidak mau hidup seorang diri sampai tua seperti Taejun samchunnn hueeee” Rengek Mingyu menendang-nendang meja belajarnya.
“Ya kau berisik sekalii!!!! Eissh” Pekik Minkyung habis kesabaran menghadapi tingkah kekanak-kanakan Mingyu. Mingyu berhenti merengek dan kembali memendamkan wajahnya. “Mingyu-a. Ceritakan pada ku tentang teman mu. Lee Seokmin.. seperti apa dia? Apa ia orang jahat?” Tanya Minkyung pelan. Ia bertanya tanpa mengharapkan jawaban. Hanya sekedar bertanya saja. “Ini tidak adil.. aku selalu menjawab semua pertanyaan dan keluhan mu, tapi kau.. ahh.. dasar tidak peka” rajuk Minkyung. Sesaat ia terdiam. Memerhatikan Mingyu yang bahkan sudah tidak bergeraka palagi menjawabnya. Minkyung berdiri dari tempat tidur Mingyu, melongok keadaan Mingyu. Ternyata Mingyu tertidur pulas. “Bisa-bisanya ia tertidur setelah berteriak-teriak dengan rengekan bodoh. Kim babo.. seharusnya seperti itu kau diberi nama” Minkyung menggerakkan tangannya menyentuh rambut Mingyu yang tertidur. Sesuatu menyadarkannya saat ia mencoba menyentuh Mingyu. Miris hatinya menerima kenyataan di hadapannya. Ia pun membungkuk, berbicara pelan di telinga Mingyu.
Mianhae.. aku tidak bisa banyak membantu. Tidurlah dengan nyenyak. Kau tidak boleh terlalu lelah. Saranghae baboya” sesak menekan dada Minkyung setiap kali ia menatap sosok Mingyu. Matanya berair tapi Minkyung menahan diri agar air matanya tidak terjatuh.
◑∞⚢
Yoobin menutuskan untuk membuntuti Wonwoo. Gerak gerik Wonwoo sangat aneh di matanya. Pasti ada sesuatu yang bisa ia dapatkan apabila ia mengikuti Wonwoo. Meski begitu ia tetap menjaga jarak agar Wonwoo tidak terlalu curiga ia membuntutinya, mengingat saat itu jalan Beolgyo masih begitu sepi.
Sembari berjalan, pikiran Yoobin juga tidak pernah berhenti berputar. Ia sudah bertemu dengan Hyungwon, juga Heejin semalam. Dihadapan matanya pula Heejin bertingkah aneh, hingga tak sadarkan diri setelahnya. Ia juga sedang mengingat-ingat dimana ia pernah melihat Wonwoo, sepertinya ia pernah bertemu dengan Wonwoo sebelumnya. Bukan di Beolgyo melainkan di Seoul.
Yoobin kembali bersembunyi ketika Wonwoo berhenti di ujung jalan. Di depan sana Heejin sedang berbicara dengan seorang namja (Jihan) Yoobin belum mengenal namja itu. Selain dirinya dan Wonwoo ternyata ada orang lain yang juga sedang memata-matai. Namja yang sama yang menemui Yoobin di rumah tua kemarin (Jihoon). Ia semakin tidak mengerti mengapa mereka semua saling membuntuti satu sama lain. Sungguh desa yang aneh dengan orang-orang aneh didalamnya. Pikir Yoobin.
Heejin memasuki mobil milik Jihan. Keduanya pergi dari sana menggunakan mobil tersebut. Fokus Jihoon kini tertuju pada Wonwoo, ia juga cukup jeli hingga dapat melihat keberadaan Yoobin. Yoobin melempar tatap tajam. Dan hanya sebuah smirk tipis yang menjadi balasan Jihoon. Jihoon dan Yoobin seperti saling menabuh genderang perang satu sama lain. Jihoon berlalu setelah cukup lama diam.
Yoobin yang teralu fokus dan kesal dengan Jihoon sampai tidak menyadari bahwa ia sekarang sedang diperhatikan oleh.. Wonwoo “Nuguya neon?”
“Eo!” Yoobin panik karena tertangkap basah oleh Wonwoo “Eung.. annyeonhaseyo, Bae Yoobin imnida” Judging glare Wonwoo menyerang Yoobin keras. Yoobin sendiri masih disibukkan dengan jawaban apa yang harus ia berikan dalam kondisi semacam ini.
“Bukankah kau teman sekelas ku tingkat satu dulu?”
“0_0” Pertanyaan Wonwoo kali ini diluar dugaan Yoobin. Ia memberanikan diri menatap baik-baik wajah Wonwoo “O?! Maja!” Seru Yoobin kali ini benar-benar mengingat wajah Wonwoo. “Kau anak yang dulu sering dihukum karena selalu beradu argumen dengan guru” Seru Yoobin cepat. Kemudian ia memelankan suaranya. Sedikit menipu, ia berpura tidak mengingat dengan baik nama Wonwoo “Kau.. eum.. Uyu.. ani ani.. eung”
“=_= Jeon Wonwoo”
“Ahhhhh~~ Jeon Wonwoo” Seru Yoobin pura-pura baru mengingat. Ia menghindari kecurigaan Wonwoo akan dirinya yang sejak tadi membuntuti Wonwoo, apalagi fakta bahwa Yoobin mulai banyak mengetahui tentang keadaan Beolgyo. Juga... tentang hal lain di masa lalu, yang ternyata sedikit rumit setelah Yoobin mengingat semua.
Tidak ada senyum di wajah Wonwoo. Ia selalu seperti itu kecuali pada orang-orang tertentu. “Tetaplah bungkam mengenai Heejin”
DEG! Yoobin yang sebelumnya menganggap actingnya telah sempurna dikagetkan dengan reaksi Wonwoo yang ternyata menyadari semua kebohongan dan actingnya itu. Air muka Yoobin berubah serius. Begitu juga dengan Wonwoo.
◑∞⚢
Matahari semakin meninggi, tapi kondisi mendung terus membayangi Beolgyo. Jungkook belum juga bangkit dari tempat tidurnya. Biasanya setiap pagi Heejin lah yang membangunkannya, kadang dibantu oleh Wonwoo dengan syarat Heejin juga harus berhasil membangunkan Wonwoo dulu. Tidak ada yang membangunkan Jungkook hari itu, karena itu Jungkook tidur seperti orang mati.
Tidur Jungkook tidaklah sepenuhnya tenang. Ia terus menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri. Keringat membasahi wajah Jungkook, igauan berupa rintih juga sesekali terdengar. Terdengar suara langkah seseorang memasuki apartmen. Langkah pelan dan hati-hati.
‘Ia’ menyisir sekitar apartment, tidak ada siapapun kecuali Jungkook yang sedang tertidur. Ia mendekat ke tempat Jungkook tertidur, menggunakan kasur lipat di ruang tengah. Asap hitam muncul di belakang tubuh anak tersebut. Sosok sang kakek yang selalu berada disampingnya muncul. Sang kakek merentangkan telapak tangan didepan wajah Jungkook, sinar hitam keluar dari sela-sela jarinya. “Major” Suara berat sang kakek bergema di sana.
Anak itu.. ia yang memasuki apartment tersebut adalah seorang Seler, ya.. tentu anak itu. Dikeluarkannya camera pengunci jiwa, ia mengarahkan camera tersebut tepat ke wajah Jungkook.
Satu detik berlalu...
Detik kedua..
Ketiga..
BRUKKKKKKK!!!!! Anak itu terjatuh karena tendangan kaki Jungkook yang terbangun. Tanpa membuang waktu, Jungkook bangkit, dan berlari segera ke arah pintu keluar. Pintu apartmenya tidaklah terkunci. Jungkook membuka kasar pintu.. BRAKK...
SHUUUUHHHH...
Kedua kaki Jungkook tidak bisa digerakkan tiba-tiba saja. “Sh.. shit” eluh Jungkook. Ia mencoba melihat kebelakang untuk mengetahui posisi mereka yang mengejarnya. Tapi sejauh mata Jungkook memandang, hanya gelap, ruang hitam tanpa batas yang ia temukan. Disana ia berada, seorang diri. Pintu apartment yang ia gunakan untuk keluar tadi juga menghilang dari pandangannya.
Kini kedua kakinya sudah bisa bergerak. Jungkook berlari, pikirannya kacau, ia berlari sejauh apapun yang ia bisa, namun tempat itu.. sunguh tak memiliki ujung. Kemanapun ia berlari tidak sama sekali berguna. Jungkook kelelahan. Ia terjatuh di lantai yang juga berwarna hitam pekat sama seperti semua warna yang dapat mata Jungkook tangkap. Nafasnya mulai sesak, tempat tanpa ujung itu juga hampa akan udara “SALYEOJUSEYOOO!!!!” Teriak Jungkook sekeras mungkin, teriakan Jungkook hanya menimbulkan gema akan suaranya sendiri.
“Jungkook-a”
Jungkook bangkit setelah mendengar suaranya sendiri memanggil nama nya. Dihadapan jungkook kini hujan turun begitu deras. Sebuah kanvas lukis bergambar wajah seorang anak dengan darah di seluruh wajahnya. Jungkook menyentuh lukisan tersebut. Tangannya seperti terserang sengatan listrik.
Dari dalam lukisan keluar sebuah tangan. Tangan yang kemudian mencengkeram seluruh wajah Jungkook hingga ia kesulitan bernafas “HMMPPPP!!!!! HHMMPPPPPPPPP”
SSSLLAASSHHHHHHH..... Tangan lainnya menepis tangan yang tadi mencengkram wajah Jungkook. Seorang yeoja berdiri di depan Jungkook, menghalangi bayangan hitam menerkam Jungkook. Jungkook memperjelas pandangannya. Wajah sang yeoja tak asing di mata Jungkook. “Noo..na” Sebut Jungkook kini sudah terjatuh di lantai hitam nan dingin.
Gadis itu berbalik, matanya melihat ke bawah dimana jungkook berada. Gadis itu tersenyum. Tubuh gadis itu mulai termakan oleh bayangan hitam yang tadi menyerang Jungkook “Andwee.. Noona!!!” Jungkook berusaha berdiri meski kesulitan, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit jika digerakkan “HEEJIN NOONA!!!”
TAP... Seorang lainnya muncul di belakang Jungkook, menahan tangan Jungkook agar tidak menyelamatkan Heejin “Jeon Jungkook”
“Lepaskan aku!!!” Ia berbalik mendapati Wonwoo berada di belakangnya. “BIARKAN AKU MENYELAMATKAN HEEJIN NOONA!” Bentak Jungkook.
PAKK.. tamparan keras diterima Jungkook. Hingga ia terjatuh kembali setelah sempat berdiri dengan susah payah. Sorot mata Wonwoo semakin tajam, Jungkook sendiri hanya megepalkan tangan juga menjawab dengan sebuah tatapan lirih "Hyung.. n..neon.."
“Jeon Jungkook!! ”
“Ya Jeon Jungkook!!” Tamparan-tamparan kecil di pipi Jungkook dilakukan oleh Wonwoo untuk membangunkan Jungkook dari tidurnya.
SRETT “HHHHH!!!” Jungkook terbangun sendiri, ia langsung berposisi duduk begitu sadar. Tersenggal-senggal ia menarik nafas. Keringat membasahi seluruh pakaiannya. “Hhh.. Hhhh”
“Wae gurae ni? =_=” Tanya Wonwoo menjauh karena hampir terhantam tangan Jungkook, saat anak itu bangkit tadi.
Jeongkook melihat sekelilingnya. Jooeun, Hoshi, Seokmin, dan Shiah sudah berada di sana. Reaksi mereka semua setara. Sama-sama memperhatikan Jungkook penuh tanya. Jungkook menyadari bahwa ia hanyalah bermimpi “Aisshh” Eluhnya.
BLEPAKK!!
“EI YA!” Bentak Jungkook bereaksi atas pukulan Shiah pada pundaknya.
“Kau tertidur sembarangan sampai matahari meninggi begini, membiarkan pintu terbuka lebar tanpa mengunci nya. Bagaimana kalau ada orang jahat masuk?” Omel Shiah tak sabar “Lagipula kau tidur seperti orang mati begitu, kami semua sudah berusaha membangunkan mu tapi kau tidak bagun juga .. aihh”
“Semua orang tidur itu tidak sadar apa-apa!” Lawan Jungkook tak mau kalah.
“Selalu saja membangkang =_=” Eluh Wonwoo.
“Yeokshi Jeon Jungkook ckckck” Decak Seokmin dan Jooeun.
Taejun, Mingyu juga Yoobin memasuki apartment ssamjeon setelah mengajak Yoobin melihat apartment kosong di samping apartment ssamjeon. Gedung berlantai 3 tersebut memang milik ayah Mingyu. Karna ayah Mingyu sedang tidak di Beolgyo karena kepentingan bisinis, Ia menitipkan urusan sewa menyawa pada Taejun dan Mingyu. “Pintu dibiarkan terbuka begitu ckckc” Eluh Taejun.
“Jungkook berteriak-teriak saat kami sampai, kami pikir ada orang jahat menyakitinya, jadi kami segera masuk untuk melihat. Tahu-tahu bocah ini hanya bermimpi” Jelas Shiah menunjuk-nunjuk kepala Jungkook.
Yoobin tersenyum canggung. Ia sudah bertemu dengan semua anak tadi sebelum melihat-lihat apartment. Tapi tetap saja belum terbiasa ia bergabung dengan mereka. Ia merasa malu untuk memulai pembicaraan.
“Yoobin-a eottae? Kau jadi menyewa apartment sebelah?” Tanya Hoshi. Ia yang selalu ramah terhadap siapa pun membuka pembicaraan terlabih dahulu. Takut Yoobin masih canggung untuk bicara.
“Sewa sajaa.. agar aku bisa menginap sekali-sekali menemani mu kalau kau kesepian. Kita bisa bermain dengan Heejin dan Jooeun” Ajak Shiah bersemangat. Shiah berdiri. Ia merangkul tangan Yoobin bersahabat. Ia berbisik kecil “Disini terlalu banyak anak laki-laki. Membosankan kkkk”
Senyum lebar Seokmin bersambut dengan pernyataan canda darinya “Tidak sekalian saja noona pindah ke rumah Yoobin noona, jangan lupa bantu Yoobin noona membayar uang sewa. kkk”
“Ah matta. Yoobin-a bagaimana kalau kita tinggal satu apartment seperti ssamjeon. Aku tidak masalah kalau harus sama-sama membayar uang sewa. Di rumah ku jarang ada orang hidup (?) Aww musowo” Sambar Hoshi mendadak semakin ingin pindah dari rumahnya yang terletak paling jauh dibanding anak-anak lainnya. Rumah Hoshi terletak di ujung desa, melewati perkebunan teh. Belum ada yang menanggapi ucapannya, Hoshi melanjutkan ide lainnya “Ah! Begini saja. Shiah dan Heejin pindah bersama Yoobin, kita anak-anak laki-laki tinggak disini.. huaa.. ini membuatku bersemangat”
Yoobin tidak bisa bicara apapun. Ia ingin dekat dengan anak lainnya, namun tinggal bersama nampaknya bukan ide yang bagus baginya. Ia merasa awkward untuk tinggal bersama anak lainnya. Ditambah lagi ia juga belum mengenal mereka dengan baik.
Wonwoo dan Jungkook menggeleng bersama-sama “Tidak ada pertukaran personil(?)” ucap mereka bersamaan. Muka-muka menyebalnya 2 Jeon telak-telak menolak ide Hoshi begitu saja. “Komposisi racikan adonan kami sudah sempurna” Jawab Wonwoo.
“Jika hoshi hyung menggantikan Heejin nonna, kami akan menjadi bakpau Kimchi ckckcck.. tidak terdengar keren” Sambung Jungkook menyetujui pernyataan Wonwoo. Semua tamat sudah saat kedua Jeons sudah bicara.
Mingyu mengambil kesempatan untuk mempromosikan apartmennya “Hyung ada masing-masing satu apartmen lagi masih kosong di lantai 3 dan lantai 1” ujarnya.
“ =_= Jangan berjualan kepada teman, nanti kau berdosa” Jawab Hoshi asal.
“Hoeeeee tapi aku ingin sekali merasakan tinggal bersama-sama” Rengek Shiah.
“Kau bisa menginap sesekali jika kau mau Shian-ssi” Ucap Yoobin akhirnya membuka suara setelah sejak tadi hanya bisa tersenyum canggung. Aneh rasanya, jauh di dalam hatinya, ia merasa kehangatan sebuah persahabatan disana. Ia bukanlah seseorang yang mudah berteman dekat dengan seseorang jika ia tidak nyaman. Namun kehangatan yang ia cari nyatanya ia dapatkan di antara anak-anak desa kelahirannya tersebut.
Shiah merangkul Yobin “Jangan kaku begitu. Tidak perlu formal.. kita akan lebih cepat dekat kalau memanggil dengan sebutan non formal kkk.. mulai sekarang kita semua teman”
“Ne. Akan ku coba Shiah-a” Jawab Yoobin awkward.
“Jha. Jha jhaaa” Hoshi kembali bersemangat dengan ide lainya “Kita harus membuat pesta penyambutan... Hari ini kita menginap semua disini!!” Ujar Hoshi mengumkan secara mendadak.
“Siapa yang memberi mu izin =_= ?” Ucap Wonwoo pelan.
Mingyu menyetujui ide Hoshi. Sebagai anak pemilik gedung ia memberi kemudahan untuk teman-temannya “Baiklah. Kalau kalian mau, apartment disamping akan ku pinjamkan untuk malam ini. Yoobin noona juga boleh menginap meski belum resmi menyewa” Seru Mingyu “Dengan Syarat.. Jooeun mau menginap juga” Manja Mingyu merangkul-rangkul Jooeun. Jooeun seperti biasanya hanya memberi kepalan tangan di depan wajah Mingyu.
“JINCHAA!!” Seru Hoshi bahagia “Tenang Jooeun pasti menginap, akan ku ajak Joohyuk hyung juga jika diperlukan bahahaahahahah” Tawa Hoshi. Ide selanjutnya lagi-lagi muncul dari bibir Hoshi, tapi kali ini...... “Ya ya.. Bagaimana kalau kita ajak Jisoo dan Sohye juga?”
“....................” #Seokmin
“....................” #Shiah
“....................” #Wonwoo
“....................” #Jooeun
“....................” #Yoobin
“....................” #Taejun
“....................” #Mingyu
“....................” #Jungkook
Angin seolah berhembus disekitar mereka beserta arus-arus listrik dari tatapan anak-anak lainnya dengan Hoshi sebagai target setrum listrik tersebut. Sementara si target tetap pada hobinya, yaitu tidak peka terhadap situasi “Wae? Aniya?” Tanya Hoshi.
Yoobin mengarahkan pandangannya pada Wonwoo yang juga ternyata sedang menatap ke arahnya. Ia mengingat beberapa hal yang sempat Wonwoo sampaikan sebelum Mingyu Taejun juga anak lainnya datang. Yoobin mencoba mengalihkan pembicaraan “Ah. Taejun Oppa, Mingyu-a.. kemungkinan besar aku akan setuju untuk menyawa apartement itu, Kita bisa mengobrol sabil duduk bukan”