home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Regret

Regret

Share:
Author : Anisyaga
Published : 21 Dec 2016, Updated : 28 Jan 2017
Cast : Sung Seo Rim (OC), L aka Kim Myungsoo of Infinite, Shin Sin Ah (OC), Shun Lily (OC), Nam Woohyun of
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |2120 Views |1 Loves
Regret
CHAPTER 5 : Please Stay With Me!

“M-mworago?” tanyaku tergagap.

“ Apa sih yang kau katakan. Aku tak mengerti…”

Ia berdiri menatapku. Kini ia berdiri tepat didepanku sambil terus memegang tanganku. Ia hanya berjarak 1 meter dari tempatku berdiri. “ Oh, kau tak mau jujur, ya?” tanyanya serius. “ Baiklah, bagaimana kalau sekarang, aku yang mengataknnya? Kau pasti tak akan menolak, kan?”

“ Seo Rim-ah, Bagaimana jika kita berkencan?”

 Aku segera melepaskan genggamannya dan mundur satu langkah

“ Keumanhae. Aku tidak sedang ingin bercanda dan itu sama sekali tak lucu!!” Tandasku menahan amarah. Hatiku kesal, bangaimana mungkin dia memainkan kata-kata itu padaku! Jikapun dia hanya ingin menggodaku, dia tak perlu mengatakannya seperti itu.

Aku tak ingin dipermainkan oleh siapapun! Tak terkecuali oleh dirinya!!

Perlahan, aku berjalan mundur menjauhinya.

“ Tak ku sangka kau benar-benar menyebalkan!” Tandasku terakhir kali sebelum pergi menjauh darinya. Dengan bimbang aku berbalik dan berlari keluar dari ruang itu. Perasaaku mulai tak karuan dan penuh kebimbangan. Aku tak tahu lagi apa yang ku inginkan kini!!

Suka!? Jadi apakah selama ini aku menyukainya!?

***

Satu minggu setelah hal itu terjadi. Aku sudah melupakannya atau sebenarnya mencoba melupakannya. Aku sudah tak pernah datang ke Klub itu lagi dan tak pernah bertemu dengnnya. Berbagai alasan untuk menolak Sin Ah untuk ikut dengannya ke klub sudah ku ucapkan. Mulai dari pulang sebelum jam berakhir sampai pura-pura tidak enak badan. Rasanya lucu menghindari orang dengan mengatakan alasan konyol seperti itu.

“ Seo Rim-ah, jebal! Ayo temani aku.” Rengek Sin Ah memelas. Aku tetap tak bergeming. Sambil membersihkan buku-buku ku, aku tak mengucapkan apapun.

“ Seo Rim-ah!! Sung Seo Rim!!!” Serunya memanggilku dengan gusar.

Aku menghela nafas. “ Mian, aku ada…”

Ia cemberut. “ Apa lagi ? Ada apa lagi sekarang? Perutmu sakit? Sibuk belajar? Atau, kakakmu ingin kau segera pulang, Hah!?” tanyanya tak sabar. “ Kau saja selalu melamun dikelas, aku tak yakin kau benar-benar belajar!” Gerutunya lagi.

“ Aku ada janji.” Ucapku kemudian segera berjalan cepat meninggalkan Sin Ah yang semakin kesal.

Maaf, Sin Ah. Aku benar-benar tak ingin diganggu saat ini juga. Bahkan aku pun tidak tahu sampai kapan diriku akan terus menghindarinya.

Aku berjalan di koridor sekolah dengan jalan yang memutar agak jauh. Aku tak peduli, yang penting kami tidak akan saling berpapasan lagi. Kini aku melewati kelas 3. Beruntung kelasnya tampak sepi hanya ada beberapa orang disana. Dan, tak tampak sosok Kim Myungsoo diantara mereka.

“ Seo Rim-ah!” seru seseorang dari belakang.

Aku berbalik, melihat seseorang yang berlari kearah ku.

“Sung Kyu sunbae.” .

Ia berjalan di samping ku, menjajari langkah ku sambil mencangklong tas hitamnya.

“ Kenapa kau mengambil jalan yang memutar?” tanyanya.

“ Ingin jalan-jalan saja. “ Jawabku sekenanya, meski bukan itu alasan utamanya. Pandanganku beralih kearahnya. “ Lalu, bukankah kau seharusnya di Klub?”

“ Aku sedikit bosan.” Jawabnya tertawa.

Aku hanya tersenyum melihatnya. Ia tampak menyenangkan walau wajahnya memang sedikit sombong. Teman yang baik, perasaan itu yang pertama kali melintas di benak ku saat mengenalnya.

Ia mendongak melihat ke depan. Tepat saat itu, tampak seorang pria dan wanita berjalan beriringan keluar dari klub musik.

“ Myung Soo-yah!!” Sungkyu berseru girang.

Mendengar nama itu, seketika membuatku terkejut sekaligus panik bukan kepalang.  Aku hanya bisa menggerutu dalam hati. Meski dunia ini sangat sempit, apakah itu terlalu sempit hingga tak ada tempat lagi untuk menghindarinya!? Mengapa sosoknya selalu menghantuiku dan membuatku bingung setengah mati!!?

Aigoo!!itu Myungsoo?? Bagaimana ini!!Runtukku dalam hati.

Mereka berjan menghampiri kami. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung mundur dan bersembunyi dengan berada di belakang Sungku, berusaha agar tak terlihat olehnya.

“Sung Kyu-yah, wae??” Tanya pria itu.

“ Kau sibuk?”

Myung Soo menggeleng. “ Ani. Kau kemana saja, heh?”

Sungkyu hanya terkekeh. “ Mian. Aku agak demam, jadi aku ingin pulang saja.”

Namun, ditengah percakapan mereka, Wanita disamping Myungsoo itu melirikku.  Membuatku salah tingkah dan bergerak terus menjauh dari tatapan herannya.

“Seo Rim-ah??”

Baiklah, Aku menyerah. Kini keberadaanku diketahui. Aku mengurungkan niatku untuk tetap bersembunyi. Itu akan terlihat sangat konyol. Kini Myung Soo pun telah memandangku hambar.

“ Sin Ah…” panggilku lirih.

Ia tertawa.

“ Aigoo, ternyata kau janjian dengan Sung Kyu sunbae? Kenapa kau tak bilang?”

Aku semakin salah tingkah dengan tuduhan Sin Ah. “ A-ani. Aku hanya kebetulan bertemu dengannya.” Kataku menunjuk Sungkyu. Kini, ku lihat Myungsoo sedang meliriku dan Sung kyu secara bergantian. Ia menatapku seperti tidak peduli. Aku pun membuang muka darinya.

“ Aku akan pulang dahulu…” ucapku pada akhirnya. Aku segera berbalik kemudian berjalan meninggalkan mereka bertiga. Ku balikan wajahku, melirik Myungsoo yang masih menatapku dari kejauhan.

Namun, lagi-lagi aku mencoba tak peduli.

***

Sin Ah berjalan melirik pria di sampingnya dengan tatapan tak yakin. Myungsoo yang berjalan bersamanya, menyusuri koridor- koridor panjang sekolah tampak lebih diam dari biasanya. Entah apa yang sedang dipikirkannya, yang pasti Sin Ah yakin, sesuatu telah mengganggunya.

Mereka berhenti tepat di depan sebuah ruangan yang masih terkunci. Ruangan yang dikenal sebagai gudang musik. Saat itu juga, Sin Ah menoleh, menatap Myungsoo dengan pandangan yakin. Setidaknya ia mencoba setengang mungkin.

“ Myungsoo-yah…”

 “Wae?” Tanya Myungsoo tanpa menoleh. Pria itu membuka kunci pintu didepannya.

Hening, Sin Ah yak langsung menjawabnya. Untuk sekian detik, dia hanya diam dengan keraguan menyelimuti benaknya. Dia hanya menunduk.

“ Sunbae, Aku… sangat menyukaimu.”

Spontan, Myungsoo menoleh, agak terkejut mendengarnya. Namun dirinya hanya diam, tak merespon.

Sin Ah kembali mendongak. Diberanikannya untuk menatap wajah Myungsoo lekat. Ia takut dan semakin gugup. Dalam hati, berbagai pertanyaan hinggap di pikirannya. Mengapa pria di depannya ini hanya diam tak menjawab apapun!? Mengapa ekspresi datarnya itu malah membuatnya semakin ragu!?

 “ Aku juga menyukaimu. Kau junior yang baik.”

“ Bukan itu…” Ucap Sin Ah lirih. Ia menggigit bibirnya. Sungguh, mengatakannya saja sudah membuatnya berdebar setengah mati. Ini, kali pertama ia menyukai seseorang. Ia takut akan jawaban terburuk itu.

“ Bukan suka seperti itu. Aku menyukaimu lebih dari itu. Aku Sangat.. sangat… menyukaimu, jadi—”

“ Mian.” Potong Myungsoo tegas.

Sin Ah hanya memandangnya, masih tak percaya.

“ Aku menyukai seseorang…” Lanjut pria itu dengan suara pelan.

Namun, pendengaran Sin Ah masih tajam. Ia mendengar betul apa yang menjadi jawaban Myungsoo. Menyukai seseorang katanya!?

Wanita itu hanya tersenyum miris. Dirinya memang sudah siap untuk ditolak. Ia tahu, tak ada ruang di hati Kim Myungsoo untuk seorang Shin Sin Ah. Dia hanya seorang junior. Bahkan kini, mungkin pria itu menganggap dirinya sebagai junior kurang ajar yang tak tahu malu.

Sebenarnya, ia hanya ingin jujur pada perasaannya. Namun, mengapa ini terasa menyakitkan sekali?

“ M-mian…” Ucap Sian pada akhirnya.

“ Gwenchana.”

Sin Ah menoleh.  “ Siapa? Siapa orang yang kau sukai?” Tanyannya ingin tahu.

Myungsoo  terdiam untuk beberapa saat. Namun, kemudian Ia menjawab singkat.

“ Hanya seseorang.”

***

Zrasssss…..

Suara air terdengar jelas mengucur dari ruangan yang bersebelahan langsung dengan kamar tidur. Sudah sekitar setengah jam sejak Lily masuk ke kamar mandi dan tak pernah sekalipun keluar dari sana. Ia berendam di sana, mencoba menjernihkan pikirannya, meski frustasi terus mengganggunya. Tekanan ini, sungguh tak dapat lagi ditahannya. Ia hanya ingin bebas. Terbebas dari benang-benang yang membelenggunya, menggerakkan tubuhnya meski itu sama sekali tak pernah ia kehendaki.

Ia bosan diatur. Dirinya sudah lelah mengikuti jalan yang sama sekali tak ingin dilaluinya, membuatnya semakin terasing.

Ditenggelamkannya sebagian dari wajahnya. Dengan menutup matanya, ia berpikir.

Akankah dengan ini ia akan terbebas?

Apakah berada disini akan membuatnya amat kesakitan?

Namun, setidaknya, dinginnya air tak akan lebih dingin dari dunia ini.

***

Myungsoo berlari di sepanjang koridor, melewati siapa saja yang menatapnya dengan heran. Wajahnya berubah serius, lebih tepatnya panik. Bau antiseptic dan obat-obatan tercium di hidungnya, namun ia tetap mengacuhkan semuanya. Ia hanya ingin cepat menemukan sebuah ruangan yang terletak di koridor ini.

Ia memperlambat langkahnya. Perlahan ia berjalan dan berhenti begitu sampai tepat di depan pintu salah satu ruangan. Dengan ragu, jemarinya meraih engsel pintu di depannya lalu memutarnya dengan hati-hati, seolah tak ingin membangunkan seseorang didalamnya.

Kini, tampak didepannya seorang wanita yang duduk di atas ranjang rumah sakit sambil melamun menatap jendela. Punggung tangannya masih tertempel selang yang menyambungkannya dengan infus. Dia tetap diam tak bergeming. Mungkin kah dia tidak menyadari kedatangan Myungsoo?

“ Lily-yah..”

Wanita itu menoleh. Wajah cantiknya berubah menjadi kuyu dengan lingkaran hitam di matanya. Entah berapa malam dia sama sekali tak tidur?

Dengan segera, Myungsoo kembali melangkah menghampirinya. Ditatapnya dengan lekat kedua mata Lily. Terlihat sekali bagaimanya khawatirnya dia karena ulah Lily yang membuatnya kehilangan akal dan langsung berlari kearahnya.

“ YA! Neo micheosseo!? Bagaimana bisa kau melakukannya dan membuatku khawatir, hah!!?” Seru Myungsoo meluapkan segala perasaannya.

Kini, ia sedikit merasa lega. Untunglah, kondisi Lily tidak sampai memburuk. Ia tahu, wanita ini bisa melakukan apa saja bahkan hal-hal yang buruk saat dirinya merasa sangat tertekan sehingga tak mampu membendungnya lagi. Namun, ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu yang buruk pada Lily. Bukankah dulu dia sudah berjanji untuk selalu menjaganya?

“ Bukankah sudah kubilang untuk menceritakan semuanya padaku! Kau benar-benar bisa membuatku gila!”

Lily hanya tersenyum. Suasana hatinya lebih cepat membaik begitu melihat Myungsoo di depannya.

“ Mian.” Ucapnya pendek. “ Tapi, aku sedikit terhibur melihatmu panik karena diriku.”

“ Mworago?” Tanya Myungsoo tak mengerti.

“ Itu artinya kau menepati janjimu.”

“ Janji katamu?”

“ Bukankah kau akan selalu berada disampingku?”

Myungsoo hanya tersenyum tipis. “ Ya, benar.” Dia kembali melanjutkan, “ Teman akan selalu ada untukmu, kan?”

Lily kembali terdiam.  Sesaat kemudian, ia menggeleng pelan.

“ Bukan. Aku ingin menganggapku lebih dari sekedar teman.” Ucapnya pelan namun tajam. Kini, ia mendongak, menatap Myungsoo lekat.

“ Aku menyukaimu, Myungsoo-yah…”

*** TO BE CONTINUE***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK