My Family - 4
*Minhwa POV
Sinar matahari masuk ke kamarku melalui cela-cela gorden yang tidak tertutup rapat, dan entah kenapa itu membangunkanku dari tidur nyenyakku.
Aku meregangkan otot-otot tubuhku sebelum aku membuka mataku seutuhnya.
Aku duduk dan melihat Munbin sudah tidak ada di tempat tidurnya, aku menoleh ke kanan dan ke kiri, memperhatikan seisi kamarku lalu mengambil hpku di meja belajarku.
“Si Bin-ie kemana?” gumamku sambil mengecek hpku, tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan menampakkan seorang namja tampan yang selalu kulihat berkeliaran di rumah ini.
Dia adalah Mark oppa.
“Mau sampai kapan tuan putri akan tidur? Sampai pangerannya datang dan menciumnya?” tanya Mark oppa masuk dan menghampiriku.
“Apaan sih? Pangeranku gak ada” kataku sedikit ketus.
“Siapa bilang? Kau punya 4 pangeran super ganteng. Apa kau tidak pernah menyadarinya?” tanya Mark oppa sok keren, aku hanya terkekeh
“ayo makan” kata Mark oppa berdiri aku hanya menatapnya lalu ikut berdiri dan menyusulnya.
Aku keluar kamar dan melihat rumah kami sangat sepi
“lho, kemana semua??” tanyaku sambil menoleh ke kanan dan kiri
“eomma dan Eunwoo pergi, Bambam dan Munbin ke warnet” kata Mark oppa sambil duduk di meja makan.
Rumah kami tidak terlalu besar meskipun eomma salah satu model terkenal di Korea.
“lalu oppa gak hang out?” tanyaku menyusul Mark oppa dan duduk di sampingnya.
“malas” jawab Mark oppa singkat, lalu aku menoleh ke meja makan dan piring kosong hanya ada 1 tepat di depanku dan banyak lauk di depanku
“oppa gak makan?” tanyaku pada Mark oppa
“udah tadi. Ayo cepat makan” kata Mark oppa mengambil sebaskom nasi yang sudah berada di atas meja makan.
Aku hanya menurut.
***
“Minhwa-ya, ada yang mencarimu di luar” kata Munbin yang tiba-tiba masuk ke kamar saat aku sedang bermain laptop di kamar, aku menoleh dan menatap Munbin dengan bingung.
“nugu?” tanyaku.
“Liat aja sendiri” kata Munbin berjalan ke tempat tidurnya, sedangkan aku sibuk berpikir siapa yang datang.
Lalu aku pergi untuk mencari tau siapa yang mencariku.
“Eoh? Chika-ya! Deureowa” kataku saat melihat Chika duduk di ruang tamu, aku langsung menariknya ke ruang tengah.
“Eung.. Minhwa-ya..” kata Chika sedikit ragu, aku menatapnya dan menunggu kalimat apa yang akan dia lontarkan.
“Aku boleh sering-sering kemari gak?” tanya Chika.
“Dang-yeonhaji!!” kataku sambil merangkul Chika dan tersenyum.
“Kau bukan cuma boleh, tapi kau memang harus kemari. Kalau perlu setiap hari, supaya aku ada teman” tambahku, Chika menatapku sejenak lalu tersenyum sangat manis.
Aku mengajak Chika menonton tv.
“Minhwa-ya! Pinjam hp-mu do- ah! Kkamjjakiya!” teriak seseorang yang membuatku dan Chika kaget, aku dan Chika langsung menoleh ke belakang dan melihat Bambam oppa menatap Chika dengan shock.
“kenapa kau datang dan mengagetkan, sih?!” protesku, Bambam oppa menatapku lalu kembali menatap Chika lagi.
“ini bocah kenapa di sini?” tanya Bambam oppa menunjuk Chika.
“ya!! Dia calon maknae kita tau!” kata Munbin yang tiba-tiba muncul entah dari mana, aku menatap Munbin dengan heran.
“sejak kapan dia peduli dengan Chika? Waktu di taman bermain aja ‘sok’ gak peduli” batinku.
“kenapa kau menatapku begitu?” kata Munbin yang tiba-tiba memukul kepalaku.
“yaa!!!” teriakku protes dan langsung berdiri mengejar Munbin sampai ke dapur, dan dia bersembunyi di belakang Eunwoo oppa.
“Chika di sini kah?” tanya Eunwoo oppa yang baru saja menutup pintu kulkas dan memegang orange juice.
“iya” kataku menjawab pertanyaan Eunwoo oppa.
“ya! Iriwa! Domang-gahajima (jangan kabur kau)!!” teriakku pada Munbin yang berhasil kabur melewatiku.
“caught me if you can, tokkii-ya” kata Munbin meledekku sambil berlari menuju kamar.
“ya! Tokki-ya! Kau gak inget sama nih bocah ilang?” tanya Bambam oppa, aku langsung berhenti dan menoleh ke arah Chika yang masih duduk di ruang tengah dan menatapku dengan tatapan polos seperti anak kucing.
Aku berjalan menghampiri Chika, tiba-tiba kepalaku di tahan oleh sebuah tangan, dan membuatku tidak bisa berbalik.
“jangan tinggalkan temanmu sendirian” kata Eunwoo oppa, aku sangat mengenal suara bass nya.
“aku gak bisa bergerak. Lepaskan aku” kataku melepas tangannya dari puncak kepalaku lalu aku menghampiri Chika.
“mau main ke kamarku?” tanyaku pada Chika saat semua acara di stasiun tv sudah tidak ada yang mrnarik.
“boleh kah??” tanya Chika.
“siapa yang akan melarang? Oh ada sih, paling si Bin-ie. Sudah abaikan saja dia” kataku sambil berdiri, Chika menatapku.
“kajja” ajakku. Lalu kami ke kamarku, saat aku membuka pintu kamar, pemandangan pertama yang kulihat adalah Bin-ie shirtless.
“jogeum-man kidaryeo” kataku pada Chika sebelum aku benar-benar membuka pintu kamarku, Chika menatapku bingung, lalu aku menutup pintu kamar.
“yaa!! Kenapa kau shirtless?!!” teriakku protes pada Munbin, Munbin menatapku bingung.
Dia shirtless karena dia baru selesai mandi.
Shirtless, rambut basah, hanya memakai celana pendek dan menatapku dengan tatapan anak anjing yang polos.
“kenapa memang? Kan udah biasa” kata Munbin.
“untung Chika belum masuk” kataku.
“ngapain dia mau masuk?” tanya Munbin mengerutkan dahinya.
“bosen nonton tv, gak ada acara yang bagus” kataku.
“jangan ke kamar! Aku mau tidur” kata Munbin mengambil baju lalu memakainya.
“tidur lah di kamar Bambam oppa, aku mau main di sini” kataku.
“main di kamar Eunwoo hyung sana. Kau kan maknae tercinta-nya” kata Munbin melempar tubuhnya ke tempat tidurnya.
“ya~~ ayolah~~ aku baru punya saudara cewe.. ayolah~” kataku meminta pada Munbin, tapi Munbin tetap memejamkan mata mengabaikanku.
“oppa~~ jebal~~” pintaku, Munbin mengintip dengan sebelah matanya.
“apa katamu tadi?” tanya Munbin.
“jebal~~” pintaku
“yang kata sebelumnya kau bilang apa?” tanya Munbin.
“lama kau! Kkeojyeo!” kataku menarik tangannya agar dia bangun.
“sireo! Main di luar aja sana!” kataku.
“oppa~~” kataku sambil memanyunkan mulut.
“iya-iya.. jangan nangis dong” kata Munbin.
“AKU GAK NANGISS!!!” teriakku, Munbin berdiri dan memegang puncak kepalaku lalu dia keluar kamar.
Saat dia membuka pintu, aku melihat Chika sedang ngobrol dengan Mark oppa, lalu mereka menoleh ke arah Munbin.
“masuk sana” kata Munbin pada Chika, lalu Munbin keluar dan menutup pintu kamar.
“malah di tutup” gerutuku. Lalu aku berjalan menuju pintu kamar untuk memanggil Chika.
“Chika-ya, iriwa” kataku setelah membuka pintu, lalu Chika menatapku dan berjalan ke arahku, aku melihat keluar tapi Munbin dan Mark oppa menghilang entah kemana.
***
Aku main ke kamarnya Mark oppa.
Tiduran di atas tempat tidurnya sambil bermain laptop.
Terkadang aku bingung ke semua oppa-ku.
Terutama Bambam oppa dan Mark oppa, mereka adalah oppa paling cuek di rumah, dan kamarnya itu seperti punya segel tak terlihat yang tidak sembarang orang bisa masuk, terutama Mark oppa.
Kalau Bambam oppa, kamarnya sering dimasuki Munbin dan Eunwoo oppa.
Aku pernah berpikir apa karena aku maknae dan yeodongsaeng, jadi aku bisa masuk ke kamar mereka sesuka hati dan tanpa dosa.
Aku memang paling dekat dengan Eunwoo oppa, tapi aku selalu menyukai kamar Mark oppa, sangat terasa nyaman.
Dan di kamar itulah aura dingin Mark oppa menghilang, saat dia berada di kamar itu, auranya sangat cerah.
“Memangnya harus ya, untuk mereka menikah?” tanya Mark oppa tiba-tiba saat dia sedang belajar di meja belajar, aku menoleh ke Mark oppa dan menatapnya heran lalu Mark oppa menoleh dan menatapku
“Jongsuk ajussi-rang eomma-rang (Jongsuk ajussi dan eomma)?” tanyaku.
“Aku tidak membutuhkan appa sama sekali” kata Mark oppa, aku beranjak dari posisiku yang tadinya sedang tengkurap di atas tempat tidur dan sekarang duduk di ujung tempat tidur dekat dengan kursi yang sedang di duduki Mark oppa.
“Apa kau menyukai Jongsuk ajussi?” tanya Mark oppa, aku mengangguk.
“Kau juga menyukai Chika?” tanya Mark oppa lagi, dan aku kembali mengangguk.
“Eomma juga menyukai mereka berdua” kataku.
“Aku merindukan appa” kata Mark oppa menatap foto kami sekeluarga yang terpajang di meja belajar Mark oppa, aku berdiri dan memeluk Mark oppa.
“Nado” kataku. Appa meninggal saat aku berusia 13 tahun karena kecelakaan mobil, dan sejak saat itu Mark oppa dan Eunwoo oppa menjadi sosok appa untukku, tapi aku tetap merindukan appa.
“Jangan benci Jongsuk ajussi dan Chika. Mereka tidak tau apa-apa” bisikku.
***