*Chika POV
Saat melihat reaksi oppa-oppa Minhwa aku terkejut, ternyata mereka tidaklah se-ramah Minhwa.
Mereka seperti membangun dinding besar di antara aku dan mereka.
“uhh.. kalau bisa memilih juga aku aku ga mau mereka jadi oppa-ku, karena.. ah sudahlah.” gumamku kesal dalam hati.
Dari semua oppa-nya yang baru ku hafal namanya hanya Munbin saja, yang lainnya aku tak tau.
Aku melirik seorang namja yang sangat tinggi dengan wajah yang tampan yang sedang merangkul Minhwa.
Dia? Namanya siapa? Dari semuanya yang paling kelihatan baik hanya dia saja.
Begitulah menurutku.
“Appa, jika aku sudah jadi saudara tiri mereka, apa yang harus ku lakukan?? Rasanya tidak beda dengan aku yang selalu sendirian dan kesepian dirumah..” gumamku sedih dalam hati.
“Chika? Kamu mau ice crea- Chika! Kenapa kau menangis?” tanya Minhwa kaget.
Aku menatapnya bingung.
Lalu aku merasakan pipi ku basah.
“Ah? Mata ku kelilipan..” kataku berbohong sambil mengusap air mataku.
“Ku pikir kau kenapa, membuatku khawatir saja.. ayo kita makan ice cream!!” kata Minhwa tersenyum.
“Aku kenapa? Kenapa aku mendadak menangis tadi..” gumamku dalam hati.
Kami bertiga, aku, Minhwa dan aku tak tau nama namja yang sedari tadi berjalan di sebelah Minhwa itu.
Kami yang memimpin jalan dan di belakang kami Munbin, dan 2 orang lagi yang aku tak tau siapa namanya.
Aku berjalan sambil melamun dan tiba-tiba saja ada yang menahan kepalaku.
Aku menoleh “ada apa?” kataku bingung menatap Minhwa yang memegang kepalaku.
“Kau bisa menabrak tiang di depanmu tau..” kata Minhwa menunjuk tiang yang hampir ku tabrak dengan dagunya.
“Oh.. terimakasih Minhwa..” kataku sambil tersenyum.
“Hmm Chika, kau terlihat kurang bersemangat.. nih ice cream rasa cappucino.” kata Minhwa sambil memberikan ice cream tersebut.
Secara otomatis mataku langsung berbinar-binar menatap ice cream rasa cappucino itu.
“Gumawooo Minhwa!!” kataku sambil tersenyum.
Aku mengambil ice cream itu dan langsung memakannya.
Aku tidak memperhatikan apa yang di lakukan oppa-oppa Minhwa, melainkan melihat sekitar dan aku menemukan sesuatu yang menarik.
Secara spontan aku langsung berjalan ke tempat tersebut.
Beberapa saat setelah melihat barang-barang yang menarik perhatianku, aku tersadar kalau aku sekarang sendirian.
“Ohh tidak.. ini gawat, mereka dimana??” gumamku panik.
Aku sendirian, aku tidak bisa sendirian di dalam keramaian ini.
“Appa.. kepala ku sakit, disini terlalu ramai, appa dimana??” gumamku panik sekaligus ketakutan.
“Aku harus menelpon appa.” gumamku pelan sambil mengambil hp ku dari dalam saku hoodie ku.
“Nomor yang anda tuj-”
Appa tidak mengangkat telponnya.
“Bagaimana ini??” kataku panik di tengah keramaian.
Mendadak saja pandangan ku menjadi buram dan perlahan tubuh ku jatuh.
Bruk!
“Hey! Sadarlah, jangan pingsan disini.” terdengar suara berat seorang namja.
Aku membuka mataku perlahan.
Semuanya masih buram, lalu perlahan-lahan menjadi jelas.
Mataku terbuka sedikit lebih lebar karena terkejut.
“Maafkan aku!” kataku yang langsung berdiri.
Akh! Aku masih pusing.
“Hey! Apa kau baik-baik saja?” kata namja itu lagi.
Yang ku tau dia salah satu dari oppa Minhwa, hanya saja aku tak tau namanya siapa.
“Ayo ikut aku.” katanya sambil menarik tanganku.
Aku hanya berjalan mengikutinya sambil memegang kepala ku yang sakit.
Lalu ia melepaskan tanganku.
“Chika! Kau dari dari mana saja?? Saat kamu hilang tadi, aku langsung panik.” kata Minhwa khawatir.
“Maafkan aku, tadi tanpa sadar aku langsung pergi begitu saja..” kataku menunduk.
“Sudahlah, yang penting dia baik-baik saja.” kata namja yang paling tinggi dari mereka semua.
“Ya sudah, ayo chika kita bermain ke salah satu wahana disana.” kata Minhwa sambil menunjuk roller coaster.
Aku mengangguk lalu mengikuti langkah Minhwa.
“Minhwa.. namja yang itu siapa namanya?” bisikku ke Minhwa sambil melirik namja yang menolongku tadi.
“Oh.. itu Mark oppa, kenapa?” kata Minhwa bingung.
“Emm.. aku hanya penasaran saja, oya aku belum tau betul semua nama oppa-mu..” kataku.
“Iya juga, kalian tadi tidak sempat kenalan.. tunggu sebentar ya.” kata Minhwa.
Beberapa saat kemudian kami tiba di antrian wahana roller coaster.
“Chika, biar ku perkenalkan padamu, ini Munbin, ia saudara kembarku, walau hanya berbeda 5 menit tapi kami bukanlah kembar identik.” kata Minhwa sambil menunjuk Munbin yang sedang ngobrol dengan namja yang sedikit lebih pendek darinya.
“Yang sedang ngobrol dengan Munbin itu BamBam oppa, ia lebih tua dari kita bertiga.” kata Minhwa.
“Lalu yang tinggi ini Eunwoo oppa, ia kedua paling tua.” kata Minhwa sambil menatap Eunwoo oppa.
“Nah yang terakhir oppa-ku yang paling tua, Mark oppa..” kata Minhwa sambil menatap Mark oppa yang sedang mendengarkan lagunya menggunakan earphone.
“Ahh.. jadi orang yang tadi menemukan ku itu, Mark oppa.. tapi ia terlihat bukan orang yang akan menolongku..” gumamku bingung dalam hati.
“Apa kau sudah menghafal semua nama oppa-ku??” kata Minhwa.
“Hmm sepertinya sudah hehe..” kataku sambil tersenyum.
“Minhwa, ayo masuk, sudah giliran kita.” kata Eunwoo oppa.
TBC