home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Haru-Haru

Haru-Haru

Share:
Author : khaiicheen
Published : 27 Oct 2016, Updated : 22 Aug 2017
Cast : Seventeen Wonwoo - Yoon Jaekyung (OC)
Tags :
Status : Ongoing
3 Subscribes |4885 Views |3 Loves
Haru-Haru
CHAPTER 8 : I Know You

Haru-Haru

Part – 8

Author : khaiicheen

***** 

Melihat penampilan namja itu kembali bersama groupnya, membuat hati Jaekyung tergelitik. Asing memang melihatnya, karena dalam kurun waktu sebulan belakangan hanya 12 member yang selalu dilihatnya diatas panggung. Tapi melihat ada 13 member yang ada disana bernyanyi dan menari dengan lagu yang menemaninya sebulan kemarin, gadis itu menyukainya.

Satu demi satu penampilan disuguhkan, baik group, unit ataupun solo. Suara-suara indah namja berusia rata-rata berusia 19 tahun itu mengalun lembut dan penuh semangat, memenuhi seantero venue konser hari ini. Teriakan pun tak henti terdengar ketika Wonwoo kembali keatas panggung itu, diiringin senyum Jaekyung yang menatap namja itu dari belakang panggung.

“Apa yang kau lihat noona?” Tanya DK menghampiri gadis itu.

“Eoh, kamjagya.” Seru Jaekyung.

“Mian.” Balasnya.

“Kau sudah selesai?” Kaus bermotif garis-garis dengan logo SHINING DIAMON di bagian depan sudah melekat pada tubuhnya.

“Seperti yang kau lihat.” Balas DK.

“Kalau begitu aku kembali ke booth dulu.”

“Aku selalu saja kau tinggalkan.”

“Bukan seperti itu, tapi aku memang harus kembali mempersiapkan baju hyungmu itu.”

Wonwoo kembali ke backstage setelah penampilannya bersama HipHop tim telah usai. Ia harus berganti baju. Keringat pun sudah membasahi rambut namja itu.

“Ini.” Jaekyung menyerahkan sebuah handuk kecil dan sebotol air minum.

“Gomawo noona.” Balas Wonwoo.

“Aku sudah meletakkannya di hanger. Cepatlah berganti.”

“Nde personal managernim.”

Ia segera melangkah menuju boothnya untuk berganti pakaian dengan kaus yang sama dengan yang DK kenakan sebelumnya. Bentuk tubuh namja itu terlihat mulai atletis, bayangan tubuh itu yang Jaekyung tangkap dari jauh.

“Jeon..” ujar Jaekyung gemas.

Adanya personal manager pada masing-masing member membuat Jinyong tidak terlalu disibukan dengan pekerjaan di belakang panggung. Ia hanya perlu mendampingi tim monitoring dari tengah posisi penonton. Hanya tanggung jawab pada masing-masing member saja yang perlu para personal manager lakukan.

Konser kembali dilanjutkan. Beberapa lagu dibawakan di sesi akhir konser. Semangat yang membara diatas panggung sana setidaknya membuat para personal manager yang ada di belakang panggung juga bersemangat dan merasa lelahnya hilang seketika.

*****

Ini pengalaman pertama Jaekyung menangani sebuah konser yang cukup besar. Bulu kuduknya merinding tiap kali para fans berteriak dengan mengayunkan lightsik mereka. Meneriakkan satu persatu nama member dengan penuh cinta.  Hingga konser telah usai pun suara teriakkan itu masih menggema.

Satu persatu member pun turun dari panggung setelah konser usai. Menghampiri para staff yang telah bekerja keras untuk konser ini, Jinyong dan para personal manager. Haemin memberitahukan Jaekyung tentang kebiasaan ini. Member akan menghampiri personal manager masing-masing setelah semua usai.

“Noonaaaa.” Seru Dino menghampiri Yoonhe, personal managernya.

“Cho Haemin. Gomawo.” Scoup menghampiri Haemin dan memeluk gadis itu.

Satu persatu member pun menghampiri personal manager mereka masing masing, termasuk Wonwoo yang ada di barisan belakang melangkah santai dan menghampiri Jaekyung yang berada tidak jauh dari boothnya.

“Jae noona..”

“Chukkae Jeon.” Balas Jaekyung memeluk namja itu.

“Terima kasih banyak.”

“You’re welcome.”

*****

Konser selesai, itu artinya waktu untuk kembali ke dorm dan rumah. Istirahat ekstra dibutuhkan semuanya, baik member juga tim. Namun tidak berlaku pada Jaekyung, Wonwoo sudah menggamit tangannya sejak Jaekyung baru saja keluar dari ruang tunggu.

“Kau ingin kemana memangnya?” Tanya Jaekyung. Lampu merah tengah menyala.

“Myeongdong.” Balas Wonwoo seraya memejamkan matanya.

“Baiklah.”

Jaekyung melanjutkan perjalanannya menuju pasar malam yang diminta oleh Wonwoo. 20 menit waktu yang harus mereka tempuh. Hari memang hampir malam, maka jalanan sudah lebih sepi. Tapi tidak berlaku pada keadaan Myeongdong malam ini. Masih banyak pengunjung disana, terlebih pasangan kekasih.

“Ini masker dan topi untukmu.” Ujar Jaekyung memberikannya pada Wonwoo.

“Dari mana kau mendapatkannya?” Tanyanya.

“Ini milikmu yang tertinggal ketika kau dirumah sakit kemarin.”

“Terima kasih banyak.”

Memasuki musim gugur, udara malam menjadi cukup dingin. Terlebih ketika berjalan kaki. Menyenangkan memang, tapi tetap saja.

“Aku lapar. Bagaimana kalau kita makan samgyupsal?” tawar Wonwoo.

“Ini sudah malam dan sudah lewat dari waktu makan malamu.” Ujar Jaekyung.

“Geundae noona..”

“Kita makan di apartmenku saja nanti.”

“Baiklah.”

*****

Apartment Jaekyung menjadi tujuan keduanya saat ini. Tidak asing memang bagi seorang Jeon Wonwoo. Beberapa waktu yang lalu ia juga pernah ke tempat ini dan beberapa tahun yang lalu, tempat inilah yang menjadi tempat istirahatnya saat mendapatkan jatah libur dari jadwal trainee bersama Haerin, Daehee dan tentunya Jaekyung.

“Noona, aku lapar.” Rengek Wonwoo manja ketika Jaekyung baru saja keluar dari kamarnya.

“Nde. Aku akan memasak dulu sebentar.” Balas Jaekyung.

Jaekyung meninggalkan Wonwoo yang memilih duduk di sofa ruang TV sambil sibuk dengan ponselnya. Membalas beberapa pesan masuk dari kerabatnya. 10 menit kemudian, Jaekyung memanggilnya untuk segera makan. Sepiring nasi dengan tumis brokoli untuk Wonwoo dan salad buah untuk Jaekyung.

“Kau tidak makan?” Tanya Wonwoo.

“Kau tidak lihat ini?” balas Jaekyung menunjukkan isi piringnya.

“Jinjja. Kau hanya akan makan ini saja?”

“Nde. Aku sudah biasa. Sudah cepatlah makan kemudian membersihkan diri.”

“Baiklah noona.”

Wonwoo mulai menyantap makanan buatan Jaekyung.

“Jeon.” Panggil Jaekyung.

“Eoh..”

“Sudah selesai?” Tanya Jaekyung.

“Ada apa? Kau terlihat cemas.” Balas Wonwoo.

“Aku ingin bertanya padamu.” Ujar Jaekyung.

Namja dihadapannya itu menggenggam tangan Jaekyung yang tengah bebas diatas meja. “Wae?”

“Aku tidak tahu ini tepat atau tidak..”

Diusapnya lembut tangan gadis yang menjadi dunianya beberapa waktu belakangan ini. “Katakan saja.”

“Jeon. Kenapa dulu kau begitu menyukaiku?” Tanya Jaekyung.

“Kau menarik dan berbeda dari yang lainnya.” Jawab Wonwoo pasti.

“Seperti itukah?”

“Nde. Kau bahkan sangat menarik perhatianku. Kau cantik, pintar dan baik.”

“Tapi usia kita berbeda.”

“Gwenchana. Memang salah jika aku menyukai gadis yang lebih tua?”

“Anniyo. Aku hanya tidak habis pikir dengan itu.”

“Kau tidak mempercayainya?”

“Molla..”

“Kalau begitu ingin kubuktikan?” goda Wonwoo.

“Eiys. Sudahlah, cepat habiskan makananmu.”

Jaekyung kembali menyantap salad buahnya untuk menenangkan diri. Ini mungkin salah karena sudah diluar batasnya, tapi..

“Jeon, bukan aku mengusirmu. Tapi apa kau yakin akan menginap?” Tanya Jaekyung ketika selesai dengan piring yang sudah bersih.

“Ini sudah cukup malam untuk pulang sendiri dengan transportasi umum noona.” Balas Wonwoo.

“Aku bisa memanggilkan taksi untukmu.”

“Kau tega sekali.”

“Bukan seperti itu.”

“Lalu?”

“Hanya ada 1 kamar yang bisa digunakan. Kau akan tidur dimana kalau begitu?”

“Tenanglah. Sofa ruang tamu pun tidak masalah. Yang terpenting aku bersamamu malam ini.” Ujar Wonwoo dengan nada menggoda.

“You so nerd Jeon Wonwoo.” Seru Jaekyung.

“Aku bahkan tidak terfikir hingga seperti itu noona.”

“Sudahlah, aku akan mengambil selimut dan bantal lebih dulu untukmu.”

“Nde. Gomawo.”

Jaekyung segera melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya. Semburat kemerahan sudah nampak di wajahnya. Malu? Mungkin, tapi yang nyatanya adalah ini kali pertamanya membiarkan seorang namja menginap di apartmentnya.

Udara di ruang tamu memang lebih dingin dibandingkan kamarnya. Jaekyung menjadi tak tega membiarkan Wonwoo tidur di ruang tamu. Hingga akhinya ia ingat bahwa ia memiliki karsur lipat di dalam lemari. Ia biasa menggunakannya jika Daehee dan Haerin datang untuk menginap. Apakah lebih baik mengajak namja itu tidur di kamarnya?

“Jeon, masuklah..” panggil Jaekyung.

“Eoh. Ada apa noona?”

“Tidurlah didalam.”

“Gwenchana. Disini sudah cukup nyaman.”

“Udaranya sangat dingin. Masuklah. Ada kasur lipat kau bisa tidur disana.”

Wonwoo beranjak dari sofa ruang tamu dan berjalan menuju kamar Jaekyung. Kamar dengan warna putih dan coklat yang memberi kesan hangat dan nyaman dalam pandangannya.

“Gwenchana?” Tanya Wonwoo.

“Nde. Tidurlah. Kau butuh istirahat yang lebih.” Balas Jaekyung dari arah meja rias.

“Gomawo.”

“Nde Jeon. Aku akan mematikan lampunya.” Ujar Jaekyung.

Keduanya sudah berbaring di tempat tidur yang berbeda. Jaekyung pada tempat tidur kayunya dan Wonwoo pada kasur lipat yang diletakkan di lantai.

“Noona. Kau sudah tidur?” panggil namja itu.

“Eoh. Wae?” balas Jaekyung yang sudah bersiap menarik selimut tidurnya.

“Aku ingin menanyakan sesuatu.”

“Mwoga?”

“Pendapatmu.”

“Untuk?”

Perasaan Jaekyung menjadi tak menentu. Apa yang ingin ditanyakan Wonwoo padanya. Hatinya gelisah. Ia tak menyukai situasi ini.

“Aku fikir, pertemuan kita kembali bukan sebuah kebetulan. It’s a fate.”

“Kau ingin aku menjawab apa?”

“Fate.”

“Tidak. Bagiku ini hanya kebetulan. Ini bukan sebuah takdir, aku tidak mengetahui siapa itu Seventeen, kau dan member lainnya.  Bahkan jika kau mengatakannya seperti itu, bagiku pertemuan kita kembali terlalu sepele untuk dikatakan sebagai sebuah takdir.” Jawab Jaekyung berbohong.

Sejujurnya itu bukan kali pertamanya melihat Wonwoo kembali dan tidak mengenal Seventeen. Setahun lalu, Jaekyung pernah tak sengaja melihat namja itu lagi di B-Boy teater, Hongdae. Haerin, Daehee dan Michael Kim –kekasih Daehee- mengajaknya untuk menyaksikan sebuah pertunjukkan disana.  Dan itulah waktu dimana Jaekyung melihat juniornya itu kembali. Sebuah penampilan yang menjadi misi dari sebuah reality show yang dijalaninya, Seventeen Project.

“Benarkah?”

“Nde. Itu jawabanku.”

“Noona. Kau menganggapku seakan kita tidak saling mengenal ketika kau datang bergabung denan tim kami. Ada apa?”

“Jeon. Sudahlah. Tidur. Aku sudah mengantuk. Kita bahas lain waktu.” Elak Jaekyung.

“Jawab saja noona.”

“Jeon.” Ujar Jaekyung kesal.

“Saat aku sudah mendapatkan jawabannya aku akan berhenti. Kau tahu itu bukan?”

Ini yang Jaekyung tak suka, situasi ini membuatnya benci. Wonwoo memang sedikit keras kepala, Jaekyung sangat mengetahuinya.

“Tapi ini sudah malam untuk sekedar membahas hal-hal seperti itu.” Balas jaekyung tak suka.

“Noona, kenapa? Kau juga menghindariku.”

Jaekyung menghela nafas panjang. Aku benci. Batin Jaekyung.

“Jeon.” Seru Jaekyung.

“Noona, aku kecewa ketika kau tidak menganggapku saat kita pertama bertemu kembali.”

“Jeon. Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas hal ini.” Ujar Jaekyung.

“Aku hanya butuh jawabanmu.”

“Geurae. Aku tidak ingin menyebabkan kesalah pahaman atau masalah karena hal itu. Dan perlu kau ingat ini tidak ada hubungannya dengan apa yang pernah terjadi dulu.” Jelas Jaekyung.

“Apa ini alasannya?”

“Ini bukan alasan.”

Wonwoo tahu Jaekyung terpancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkannya. Nadanya memberat dan resah. Namun Wonwoo perlu memanfaatkan hubungannya dengan Jaekyung yang mulai membaik saat ini, Wonwoo memberanikan diri untuk terus bertanya pada gadis itu. Ia hanya ingin tahu tentang apa yang gadis itu rasakan saat ini. Apakah sama dengannya karena bersama Jaekyung dahulu membuatnya sedikit banyak mengenal sifat noonanya itu.

“Noona, naega jhoahe.” Ujar Wonwoo kemudian.

“Jeon. Lupakan.” Hentak Jaekyung.

*****

“Time pass people change.”

Istilah itu tentunya berlaku bagi setiap orang di dunia ini. Hal tersebutlah yang mendasari pemikiran seorang Yoon Jaekyung tentang adik kelasnya dulu, Jeon Wonwoo.

"Noona, ada apa? Kau terlihat sering melamun." Mingyu menghampiri Jaekyung yang ada di depan booth.

"Nde. Ada apa noona?" DK bertanya kembali.

"Eoh, anniyo. Bisa kita pergi nanti setelah konser usai." ujar Jaekyung mengalihkan pembicaraan.

"Pergi?" tanya DK.

"Ini hari terakhir bukan?" balas Jaekyung.

"Eodi?" Tanya Mingyu.

"Sebuah tempat."

"Baiklah." ujar Mingyu.

"Kita bertemu di basement. Aku membawa mobil."

"Baiklah noona. Lalu apa Wonwoo hyung ikut?" tanya DK lagi.

"Opsso. Jangan mengatakan hal ini padanya. Hanya kita bertiga."

"Baiklah. Kami ke booth lebih dulu. Hyung akan turun sebentar lagi." Pamit Mingyu meninggalkan.

Jaekyung.

Sepeninggal kedua member yang sudah masuk kedalam booth masing-masing, Jaekyung pun kembali ke boothnya dan menunggu Wonwoo disana. Gadis itu kembali mengenakan headsetnya dan mendengarkan beberapa lagu kesukaannya. Dengan menyenderkan punggunnya pada kursi, Jaekyung memejamkan matanya sejenak. Menyesapi lirik lagu yang mengalun indah bersama dengan suara sang penyanyi.

"Jae noona.." panggil Wonwoo lembut.

"Eoh, sudah selesai?" Jaekyung melepas headsetnya lalu bangkit dari tempat duduknya.

"Nde. Boleh aku meminta sabun wajah dan handuk?"

"Igo. Aku menggantukannya di hanger. Ambilah."

"Gomawo."

"Nde."

Ada yang berubah pada sikap Wonwoo hari ini. Berbeda dari biasanya. Cenderung lebih diam dan tak terlalu banyak bicara seperti biasanya.

Ada apa dengannya? ujar Jaekyung dalam hati.

*****

Gelaran konser hari ketiga selesai diselenggarakan. Membuat setiap orang di dalam tim konser ini bernafas lega, terlebih para personal manager yang bisa melihat para anak asuhnya istirahat selama beberapa hari kedepan. Konser yang diselenggarakan 3 hari berturut-turut dengan jam tidur yang berantakan -hanya 4 jam- sudah menguras tenaga dan energi ketigabelasnya. Sama halnya juga dengan para personal manager yang bahkan hanya bisa tidur 3 jam sejak persiapan hinggal hari ini. Betapa melelahkannya.

"Kalian bisa kembali ke dorm sekarang dan beristirahat selama 3 hari sebelum kembali mempersiapkan gelaran konser dan fanmeeting Di Jepang meinggu depan dan Singapura selanjutnya." Ujar Jinyong.

"Gomawo hyung." Jawab ketigabelasnya kompak.

"Benar-benar manfaatkan waktu 3 hari itu untuk beristirahat. Arrachi." Haemin memperingatkan kembali.

"Nde noona." balas para member.

"Baiklah, kalian bisa kembali sekarang." ujar Jinyong.

"Kalau begitu, aku juga akan kembali sekarang oppa. Eonni-deul terima kasih untuk kerjasamanya. Kalian benar-benar luar biasa." ujar Jaekyung pamit.

"Nde. Terima kasih juga untuk kerja kerasmu." Balas Mina.

"Aku kembali." pamit Jaekyung.

"Noona, kau akan kembali bersama dengan kami?" tanya Dino.

"Eoh, anniyo. Kalian kembali ke dorm dan aku kembali ke rumahku." balas Jaekyung.

Sejujurnya, Jaekyung sudah meminta ijin pada Jinyong, Sohyun dan Minjung untuk pergi bersama dengan Mingyu dan DK saat penampilan encore tadi. Dan ketiganya memberikan ijinnya pada Jaekyung dengan catatan gadis itu harus mengantarkan kedua member kembali sebelum jam 1 pagi.

Setelah berpamitan tanpa memunculkan raut kecuriagaan diwajah Wonwoo, Jaekyung segera berjalan menuju basement untuk mengendarai mobilnya dan menjemput Mingyu serta DK yang akan menunggu disana.

"Eodiya?" tahan Wonwoo menepi.

"Eoh, kembali dan beristirahat. Waeyeo?" ujar Jaekyung.

"Aku ikut kalau begitu."

"Jeon.."

"Noona, apartmentmu lebih nyaman dibandingkan dorm."

"Geundae, aku tidak akan pulang ke rumah. Aku akan menginap di rumah Daehee bersama Haerin. Mian."

Raut kecewa jelas nampak di wajah namja itu. Jeon mian. batin Jaekyung.

"Aku pamit. Beristirahatlah." pesan Jaekyung.

*****

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK