home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Haru-Haru

Haru-Haru

Share:
Author : khaiicheen
Published : 27 Oct 2016, Updated : 22 Aug 2017
Cast : Seventeen Wonwoo - Yoon Jaekyung (OC)
Tags :
Status : Ongoing
3 Subscribes |4885 Views |3 Loves
Haru-Haru
CHAPTER 5 : Different

Haru-Haru

Part – 5

Author : khaiicheen

***** 

Matanya sudah membengkak, berhari-hari sudah berlalu dari kejadian itu. Yang ia tangisi bukanlah rasa cemburunya, melainkan kebodohannya mengapa sampai harus cemburu melihat kedekatan namja itu dengan gadis lain. 2 minggu sudah ia menghindari Wonwoo, pertemuan terakhir keduanya adalah kompetisi kemarin. Bahkan ia memilih absen dari semua kegiatannya disekolah, tujuannya selalu apartmentnya.

2 minggu ini sudah dipenuhinya dengan refleksi diri. Mencari jawabannya sendiri. Memikirkan semua hal yang harus dipertimbangkannya. Ya, Jaekyung harus memutuskannya sebelum hari-hari terakhirnya sebagai seorang siswi SOPA akan datang. Langit mulai mendung, membuatnya harus cepat-cepat tiba di apartmentnya.

Beruntungnya ia segera mendapatkan bus yang melalui kawasan tempat tinggalnya, jadi ia tidak perlu menunggu lama. Waktu 2 minggu berhasil membuat tubuh Jaekyung menjadi sedikit lebih kurus, wajahnya pun sedikit pucat. Namun gadis itu mengabaikannya. Walaupun waktu makannya normal, namun pikirannya yang terlalu lelah secara tidak sadar membuatnya sedikit kehilangan berat badan.

20 menit perjalanan dari sekolahnya menuju apartmentnya, hujan sudah mulai turun sedikit demi sedikit. Jaekyung menyukainya, ia sangat menyukai rintik air yang membasahi bumi itu.

"Kau datang lagi." ujarnya seraya mendongakkan kepalanya.

Namun nyatanya, tubuh itu ambruk seiring dengan rintik air yang mulai menderas.

"Noonaaaaa...."

*****

Wonwoo Side

Entah sudah berapa hari aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Setiap kali aku menghampirnya, ia selalu menghindar. Apa alasannya, aku tidak mengerti. Yang kuingat, di kompetisi kami beberapa waktu yang lalu ia sudah mulai berubah. Apa yang salah?

Dan hari inilah puncaknya, ia bahkan menganggapku tak ada dan meninggalkanku ketika aku menghampirinya di jam makan siang. Aku duduk dihadapannya, namun tanpa menoleh sedikitpun padaku ia beranjak dari kursinya. Makanannya belum habis tapi ia sudah memeberikannya pada pertugas kebersihan.

Seharusnya kami memiliki waktu latihan hari ini, namun Hwang saem membatalkannya dan menggantinya pada hari lain. Jaekyung noona yang memintanya dengan alasan kesehatan. Maka dari itu aku berada disini sekarang, halte bus dekat apartment nya ditemani dengan rintik hujan yang mulai membasahi kepalaku. Walaupun hujan mulai sedikit menderas, aku masih bisa melihatnya. Ia tengah mendongakkan kepalanya dan memejamkan mata seakan menikmati rintik air yang pecah di wajahnya. Tapi setelah itu...

"Noonaaaaa...." Teriakku. Namun sayang ia sudah jatuh.

Aku berlari kearahnya dengan segera. Mengabaikan air hujan yang sudah membasahi pakaianku tanpa butuh waktu lama.

"Jaekyung noonaa." panggilku. Ia tak sadarkan diri. Wajahnya sangat pucat.

Dengan segera aku menggendongnya masuk kedalam gedung apartment. Tidak peduli dengan air yang jatuh dari pakaian kami, aku segera melangkah menuju lift untuk mengantarkan kami menuju apartmentnya. Beruntungnya dulu aku pernah melihat passcodenya secara tidak sengaja, semoga ingatanku belum hilang.

Satu tanganku menggendongnya dan tangan lain menekankan kode puntu apartmentnya dan berhasil. Pintu terbuka. Aku meletakkan tubuhnya di sofa ruang tamunya. Dan melangkah menuju kamar Jekyung dibalik tembok meja TV.

"Aku tidak peduli jika kau menganggapku lancang, tapi kesadaran dan dirimu lebih penting dariku." ujarku.

*****

Dirinya menjadi lebih pendiam. Itu perubahan yang langsung nampak di gerak tubuh serta ekspresi gadis itu. Kejadiaan pada fansign yang lalu membuatnya memilih untuk diam, terlebih jika berada di dekat namja itu. Bahkan Dino yang seringkali mengobrol dan bermanja dengannya tak ditanggapinya seperti biasa. Satu persatu perlakuan Wonwoo seperti Jeon Wonwoo nya yang dulu berhasil membuat pendiriannya goyah. Karena Yoon Jaekyung menyukainya juga.

"Noona, kau baik-baik saja?" tanya Dino menghampirinya.

Wonwoo belum tiba, ia masih dalam perjalanan.

"Kau sakit?" tanya maknae itu lagi.

"Eoh, aku tidak apa. Dimana yang lain?" balas Jaekyung.

"Masih dalam perjalanan."

"Ah begitu rupanya?"

"Nde. Noona kenapa kau menjadi lebih diam beberapa hari ini?"

"Dino-ya, bagaimana kalau kita makan siang?"

Menjadi seroang personal manager bukan berarti hanya dekat dengan anak asuhanmu. Jaekyung bahkan lebih dekat dengan maknae group dibandingkan dengan anak asuhannya sendiri. Dino yang ceria sangat menyenangkan bagi gadis itu. Karena ia mengingatkan Jaekyung pada mantan partnernya dulu. Dan menurutnya, bertanya pada Dino tidak ada salahnya. Walaupun memang beberapa hari yang lalu ia tak membalasnya juga.

"Kau bilang ingin makan. Kenapa malah membeli es krim?" tanya Dino.

"Mendadak rasa laparku hilang dan lebih ingin makan semangkuk es seperti ini." balas Jaekyung.

"Ah, baiklah kalau begitu. Noona jangan lupa menghabiskannya ya."

"Eoh? Harusnya aku yang mengatakannya padamu."

"Geundae noona, kau pintar memasak bukan? Sesekali bisa membawakan makanan untukku?" Dino mengeluarkan aegyeonya.

"Kau tahu darimana?"

"Wonwoo hyung." jawabnya kemudian menyuap kembali bibimbabnya.

"Bawakan untuk kami sesekali."

"Aku tidak sepintar itu. Lebih pintar Minggyu daripadaku."

"Ayolah noona. Aku bosan memakan masakan Minggyu hyung. Ya walaupun memang enak."

"Baiklah, akan kubawakan nanti. Tapi hanya untukmu."

"Nde. Gomawo."

"Geundae Dino-ya. Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tanyakan saja noona. Aku akan menjawab semuanya."

"Sudah berapa lama kau mengenal Wonwoo?"

"Mungkin hampir 5 tahun. Ada apa?"

"Apakah ia pernah berpacaran?" tanya Jaekyung tanpa membuat kecurigaan.

"Sepertinya tidak. Itu yang kutahu."

"Ah, begitu rupanya."

"Tapi ia pernah menyukai seseorang sewaktu sekolahnya dulu. Sayangnya, orang tersebut meninggalkan hyung."

"Apakah seperti itu?"

"Nde, hyung bilang ia pernah sangat dekat dengan gadis yang disukainya. Tapi gadis itu tak membalas perasaannya dan meninggalkannya. Seorang noona, 1 tahun lebih tua dari hyung. Mungkin sama usianya dengamu" lanjut Dino. "Setahuku, Wonwoo hyung sangat menyukainya. Dia adalah pribadi yang kusukai dari yang lainnya. Hyung dewasa, tapi hangat. Pemikirannya luas, tapi tidak seperti orang tua. Dan jika ia sudah menyukai seseuatu, ia akan terus berusaha untuk mendaatkannya. Seperti yang terjadi kemarin, saat ia tidak ikut dalam comeback stage bersama kami."

Jaekyung tertegun mendengarnya. Jeon Wonwoo yang dikenalnya tidak berubah. Sama dan terus menjadi pribadi yang sama.

Ponsel namja yang lebih muda 4 tahun darinya itu berbunyi.

"Noona tunggu sebentar. Aku akan mengangkat panggilan ini dulu." pintanya.

"Nde. Angkatlah. Aku juga akan membayar makan siang kita."

"Gomawo noona."

"Sama-sama Dino-ya."

*****

Jaekyung bangun dari ketidak sadarannya. Langit-langit kamarnya menjadi pemandangan pertamanya ketika membuka mata. Dirinya bangkit dari posisi tidur, menyandarkan punggungnya pada headboard.

"Kenapa aku sudah sampai disini?" ujarnya Sebuah surat ditemukannya di nakas kamar.

Noona, kau sudah bangun?

Jika kau tidak sehat jangan memaksakan diri untuk beraktifitas apalagi bermain di bawah hujan.

Kau bisa pingsan nanti.

Oh iya,

Seragam sekolahmu sudah kucuci, tapi belum kujemur.

Kau bisa menjemurnya sendiri bukan?

Tunggu, jangan kaget.

Aku meminta bantuan tetanggamu untuk menggantikan bajumu.

Dan,

Jangan lupa memakan obat serta makan malam.

Kau bisa menghangatkannya, aku sudah menyimpannya di kulkas.

Noona, cepat sembuh.

Sampai bertemu lagi.

 

Jeon

Ada senyum mengembang di balik wajah pucat itu. Tapi bersamaan juga dengan itu, rasanya sesak membaca satu persatu kalimat yang tertulis disana. Ia suka dengan perhatian namja itu. Ia suka dengan senyum seorang Jeon Wonwoo. Ia suka dengan tatapan tajam yang hangat darinya. Ia menyukainya.

Namun mengingat adanya perbedaan diantara keduanya, Jaekyung meneteskan air matanya. Mereka berbeda. Jelas banyak hal yang berbeda darinya dan juga namja itu. Namun, hal utama yang sangat berbeda anatra keduanya adalah usia. Negara tempatnya tinggal saat ini memang tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan usia dalam menjalin sebuah hubungan. Tapi sejak ia kecil, sosok ayah yang selalu memperhatikan dan memperlakukannya seperti seorang putri adalah panutannya. Maka sesungguhnya ingin menjalin hubungan dengan seseorang yang lebih dewasa darinya, baik sikap dan juga usia.

*****

Mingyu menghampiri namja itu di ruang ganti. Ada sesuatu yang ingin ditanyakannya. Beberapa hari yang lalu Dokyeom menceritakan sesuatu tentang Meanie couplenya itu.

"Sudah selesai?" tanya sang visual.

"Ada apa? Tumben sekali?"

"Apa Jaekyung noona gadis itu?" tembak Minggyu langsung.

Wonwoo mengerti apa maksud pertanyaan Mingyu itu.

"Nde. Itu dia. Ada apa?"

"Kau bisa memulainya lagi sekarang." ujarnya.

"Kurasa tidak akan ada hasilnya. Semuanya sama."

"Aku sudah memperhatikan kalian. Kurasa kesempatan itu masih ada."

"Semoga saja. Tapi aku tidak ingin berharap banyak."

Keduanya kemudian meninggalkan ruang ganti dan beranjak menuju ruang latihan. Jaekyung sudah ada

disana.

"Diluar sedang hujan. Tidak melihatnya?" ujar Wonwoo lembut.

Hujan. Ya hujan.

"Pekerjaanku belum selesai. Aku masih bisa melihatnya lain waktu."

"Mau kutemani?"

"Kau harus latihan."

"Latihan akan dimulai setengah jam lagi."

"Tidak perlu."

"Kenapa kau menjadi diam seperti ini?"

"Anniyo."

"Kau begitu.."

Wonwoo langsung menggenggam tangan gadis itu, menariknya keluar ruangan dan mengajaknya menuju jendela besar yang ada di ujung lorong lantai 2 gedung Pledis Entertaiment.

Jaekyung terlihat tidak menatap rintik hujan yang mulai menimbulkan titik-titik kecil di jendela kaca yang ada di hadapannya. Melainkan menatap Wonwoo yang ada di sampingnya dalam.

"Kau tumbuh dengan baik Jeon." ujar Jaekyung pelan nyaris berbisik.

Kedua manik mata kecokelatan itu beradu.

"Noona..."

*****

Beberapa hari yang lalu Jaekyung sudah memikirkannya. Memkirkan sesuatu yang sesungguhnya mudah tapi berhasil membuatnya kacau. Namun memberikan jawaban untuk hal ini memang harus dipikirkannya matang-matang. Dan mungkin ia bisa mengawalinya dengan hal-hal sederhana. 4 tahun bisa membuat seseorang berubah.

Pasti. Pasti ada yang berubah. Tapi yang pasti, ia sudah memutuskannya.

Dahulu ia memiliki banyak foto dengan namja itu setiap kali medali dan trophy didapatkan keduanya dan menyimpannya dalam sebuah album berwarna cokelat. Dan diambilnya album yang sudah disimpannya di ruang barang tak terpakai apartmentnya.

“Sudah banyak yang terlewati.” Ujarnya membuka halaman demi halaman albumnya.

Hampir seluruh foto itu dihiasi dengan senyum bahagia. Medali dan trophy, benda yang seringkali menghiasi foto demi foto yang ada. Selalu ada caption juga disetiap gambar yang ditempelkannya.

25 Januari 2012 – Walaupun (mungkin) ini kompetisi terakhirku bersamamu, Jeon Wonwoo gomawo J

Dibalikkannya kembali beberapa lembar halaman albumnya, hingga tiba di foto yang menjadi kompetisi terakhir keduanya.

15 Mei 2012 – And finally, today is my last day competition. My last teamwork with him too. Terima kasih banyak Jeon sudah menjadi partner duetku hampir 2 tahun ini. Great team work. Glad to have a team with you. Annyeong Jeon, sampai bertemu dilain waktu.

25 Mei 2012 - Ini sudah tahun terakhirku. Terima kasih sudah memberikan pengalaman hampir 2 tahun ini. Saling menyemangati dan menjaga satu sama lain di setiap kompetisi yang kita lalui. Terima kasih juga untuk genggaman hangat untuk membagi semangat itu. Terima kasih juniorku, Jeon Wonwoo :)

Dan sampailah hingga 2 halaman terakhir yang diisi dengan 2 benda berbeda, foto last stage keduanya di malam perpisahan Jaekyung dan surat itu.

23 Juni 2016 – Ini benar-benar berakhir. Selamat tinggal.

Setetes air mata pecah pada halaman terakhir album itu. Menetes tepat pada surat perpisahan yang sekaligus menjawab pertanyaan namja itu sehari sebelum perpisahan.

“Haruskan aku memulainya dari awal?”

******

Intensitas pertemuan yang menjadi lebih baik dan sering membuat keduanya seringkali menghabiskan waktu bersama. Entah sekedar makan siang, pergi ke coffee shop atau pergi ke suatu tempat. Membuat beberapa member mulai mengerti dengan cerita keduanya. Scoups, Jeonghan, DK dan Mingyu.

“Noona..” panggil Wonwoo.

“Wae?”

“Temani aku ke toko bunga seteah latihan nanti.”

“Untuk?”

“Eomma berulangtahun hari ini.”

“Aah, begitu rupanya.”

“Nde. Bantu aku memilih bunga untuk eomma.”

“Baiklah.”

Sebuah toko bunga dikawasan pasar tradisional Hongdae menjadi pilihan keduanya. Setelah berjalan kaki beberapa meter dari tempat parkir, keduanya tiba di toko bunga yang cukup besar itu. Beberapa bunga segar pun baru diturunkan dari mobil pengangkut.

“Permisi..” sapa Jaekyung.

“Nde. Ada yang bisa kami bantu?” balas sang pelayan.

“Dimana bunga carnation bisa kami dapatkan?”

“Eoh, di ujung sebelah kanan sana.”

“Baiklah. Terima kasih.”

“Silahkan memilihnya sesuai dengan kesukaan Anda.”

Jaekyung meninggalkan meja pelayan dan beranjak menuju sudut kanan toko bunga ini. Merah, putih dan fushia, ketiga warna itulah yang tersedia dan terlihat masih sangat segar.

“Bagaimana dengan ini?” Tanya Jaekyung pada namja yang sejak tadi hanya mengikutinya saja.

“Tambahkan bunga mawar merah dan lili putih noona. Eomma menyukainya.” Ujar Wonwoo.

“Baiklah. Aku akan minta beberapa batang.”

“Gomawo.”

“Permisi, bisa rangkaikan 7 batang bunga mawar merah, 5 batang bunga lili putih dan carnession fushia ini?” pinta Jaekyung pada salah seorang pelayan.

Wonwoo dengan sembunyi-sembunyi mengambil gambar Jaekyung dengan beragam bunga yang ada di toko tersebut menggunakan ponselnya. Cantik walaupun tanpa make up. Jaekyung noonanya semakin mempesona. Leher jenjang yang terlihat dan rambut kuncir kuda yang menyisakan beberapa helai di bagian samping.

“Neommu yeppo.” Ujar Wonwoo.

Selesai dengan rangkaian bunga yang sudah berada di tangan Jaekyung, Wonwoo mengajak gadis itu untuk pergi ke sebuah coffee shop. Segelas ice milk chocolate dan frapucinno vanilla menjadi pilihan menu untuk keduanya.

“Noona, kenapa selalu susu coklat. Kau seperti anak kecil.” Ujar Wonwoo.

“Ini enak Jeon. Kau mau juga?” tawar Jaekyung.

“Aniyo. Ini juga sudah cukup.”

Jaekyung kembali menyesap minuman miliknya sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalah di luar jendela.

“Noona. Boleh aku berfoto denganmu?” Tanya Wonwoo hati-hati yang juga mengembalikan Jaekyung dari lamunannya.

“Aku tidak salah dengar?” balas Jaekyung.

“Anniyo. Aku ingin berfoto denganmu.”

Beberapa foto sudah diambil Wonwoo menggunakan ponselnya. Hingga pada foto terakhir, sebuah ciuman mendarat di pipi putih Jaekyung.

Chuu~~~

*****  

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK