Haru-Haru
Part – 11
Author : khaiicheen
*****
Silau matahari pagi mulai masuk melalui celah gorden menuju kamar gadis bermarga Yoon itu. Yoon Jaekyung, gadis itu tengah merapihkan beberapa pakaian miliknya kedalam tas ransel berwarna biru gelap itu. 1 jam lagi ia dan tim Seventeen lainnya akan segera pergi menuju bandara untuk penerbangan menuju Philipina.
Tok tok tok.. Terdengar suara pintu diketuk dari arah luar.
“Noona, kau sudah selesai?” seru seorang namja.
Jaekyung melangkah menuju pintu. Membukakan pintu untuk namja yang memanggilnya itu.
“Dino-ya..” Ujar Jaekyung.
“Kami akan sarapan. Kau tidak ikut?” Tanya Dino.
“Eoh, aku masih bersiap.”
“Aku akan menunggumu kalau begitu.” Ujar Dino.
“Baiklah. Masuklah kalau begitu.” Ujar Jaekyung.
“Woaaah noona, kamar ini rapih sekali seperti kita datang.” Ujar Dino. “Berbanding terbalik dengan kamar member lainnya yang super berantakan.”
“Termasuk denganmu juga bukan?” ujar Jaekyung seraya kembali memasukan beberapa pakaiannya.
“Geundae, apa hanya satu tas itu yang kau bawa?” Tanya maknae itu lagi.
“Ah, nde. Hanya ini dan satu tas kecil untuk ponsel dan dompetku.”
“Pantas saja kalau Wonwoo hyung mengiramu tidak datang.”
“Maksudmu?”
“Noona, ketika kami berangkat kesini beberapa hari yang lalu Wonwoo hyung terlihat tidak tenang karena tidak menemukan dirimu dalam rombongan. Ia sangat uring-uringan seperti anak kecil.” Ujar Dino.
Jaekyung terkejut dengan hal maknae grup itu katakan.
“Noona, gwenchana?” Tanya Dino.
“Aah, nde.” Balas Jaekyung.
“Geundae, apa kau dan Wonwoo hyung bertengkar? Dia terlihat dingin sekali pagi ini.” Ujar Dino.
“Eoh, bertengkar? Memangnya ada hubungan apa antara diriku dan Wonwoo, Chanie-ya? Dan kenapa kami harus bertengkar?” ujar Jaekyung. “Kajja, aku sudah selesai.”
“Aaah, baiklah. Bawa saja tasmu noona. Setelah sarapan kita akan segera berangkat menuju bandara.” Ujar Dino.
*****
Ketika kami berangkat kesini beberapa hari yang lalu Wonwoo hyung terlihat tidak tenang karena tidak menemukan dirimu dalam rombongan. Ia sangat uring-uringan seperti anak kecil.
Kalimat yang Dino sampaikan padanya kini terngiang-ngiang dalam kepala gadis bermarga Yoon itu. Ada hal yang membuatnya bingung dan tak paham. Ada apa sebenarnya dengan anak asuhnya itu? Kenapa harus sampai seperti itu?
“Noonaa.” Panggil Dino.
“Eoh?” Jaekyung terkejut.
“Boarding room kita disana noona. Kau mau kemana?” Tanya sang maknae lagi.
“Eoh, mian. Sepertinya aku kurang berkonsentrasi.” Ujar Jaekyung. “Kalau begitu ayo kita kesana.”
Dino memperhatikan noona barunya itu. Yoon Jaekyung, salah satu personal manager yang sudah hampir 3 bulan begabung dengan tim Seventeen. Diperhatikannya gadis itu dalam, tinggi yang hampir sama –walaupun Jaekyung sedikit lebih tinggi dari Dino- membuat maknae itu tidak perlu mendongak atau menuntuk ketika menatap gadis itu lebih lekat.
“Eoh, waegeurae?” Tanya Jaekyung.
“Anniyo noona. Mian.” Balas Dino.
Jaekyung menatap Dino ragu, ditatapnya punggung namja berusia 17 tahun itu. Sedikit aneh dengannya. Pikir Jaekyung.
“Dino-ya, chankaman.” Seru Jaekyung akhirnya.
*****
Setibanya di bandara Ninoy Aquino, Manila. Ketigabelas member Seventeen dan juga para staff yang turut serta dengan mereka segera melanjutkan perjalanan menuju venue fanmeeting, The Theatre at Solaire. Termasuk juga Jaekyung yang mendapatkan tempat dalam satu bis bersama dengan member Seventeen, Mina dan juga Haemin.
Hachiii..
Siapalagi jika bukan Jaekyung yang bersin. Sakit flu masih dideritanya sejak 2 malam yang lalu. Walapun ia sudah minum beberapa obat yang diberikan oleh Haemin, tapi sepertinya belum bisa menghilangkannya.
“Gwenchana?” Tanya Haemin.
“Nde eonni.” Balas Jaekyung,
“Jinjja gwenchana?” Tanya Mina.
“Nde. Benar. Aku tidak apa-apa.”
Percakapan singkat yang terjadi pada ketiga personal manager itu berhasil mencuri perhatian Wonwoo yang sebenarnya sudah memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak. Dalam pandangannya sendiri Wonwoo merasa khawatir dengan keadaan noonanya itu.
“Wonwoo hyung.” Panggil Dino.
“Eoh, wae?” balas Wonwoo.
“Keadaan Jaekyung noona sepertinya tidak baik. Saat aku menjemputnya dikamar tadi ia sudah seperti itu.” Ujar Dino.
“Ia sudah menderita flu sejak kemarin Chanie-ya.”
“Lalu kau tidak berbuat apapun untuk personal managermu, hyung?”
“Eoh..” ujar Wowoo kikuk.
“Hyung, Jaekyung noona selalu memperhatikanmu apapun keadaannya. Saat kau sakit waktu itu, ketika kau dirawat di rumah sakit karena sakit maag akutmu itu. Tapi kau tidak berbuat apapun untuknya?” Tanya Dino lagi.
“Eoh…”
“Hyuuuung. Kau ini tidak peka atau bodoh sih.” Keluh sang maknae lagi.
Hampir 1 jam waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan menuju venue fanmeeting kali ini. Wonwoo sengaja memilih berada di bagian paling belakang dari rombongan. Ia memiliki sebuah tujuan. Penyataan Dino padanya tadi menyentil dirinya. Apakah benar jika ia tidak peka? Bukankah noona yang berlaku seperti itu padanya.
“Aish, kenapa aku yang terkesan salah.” Dumalnya. “Lalu haruskah ia melakukannya pada Jaekyung walaupun semalam gadis itu menolaknya?”
*****
Vennue fanmeeting kali ini cukup besar dibandingkan fanmeeting sebelumnya. Riuh rendah dukungan para Carats terdengar jelas dari dalam theater itu. Ketika rehersal tengah berlangsung, Jaekyung terlihat menghampiri panggung setelah sebelumnya ia selalu menghindari Wonwoo.
“Kalian bisa meminumnya.” Ujarnya dengan sebuah keranjang yang berisikan beberapa botol minuman.
“Gomawo noona.” Ujar Seungkwan.
“Thank you very much noona.” Lanjut Vernon yang langsung mengambil satu botol untuknya.
Kali ini pandangan keduanya kembali beradu, ketika Wonwoo beranjak menuju keranjang yang Jaekyung bawa sebelumnya. Sesuatu menarik perhatian namja itu untuk menghampiri Jaekyung yang masih berada di sisi panggung dengan kesibukannya pada beberapa lembar kertas.
“Noona..” panggil Wonwoo.
“Eoh.” Jaekyung mendongak.
“Bisa kita bicara sebentar?”
“Latihanmu bahkan belum selesai Jeon.”
“Sudah selesai ketika kau datang tadi. Jadi ayo ikut dengaku.” Ujarnya.
“Untuk apa lagi Jeon?” Tanya Jaekyung.
“Ikut aku sebentar saja.”
Karena tubuhnya yang juga merasa lelah, Jaekyung tak menolak ketika Wonwoo menggenggam erat pergelangan tangannya dan juga menariknya menuju suatu tempat. Sebuah tangga yang berada di sudut lorong menjadi tempat yang keduanya tuju.
Sudah cukup lama keduanya terdiam sejak tiba di tempat tersebut. Pandangan Wonwoo terlihat nanar memperhatikan sesuatu. Matanya sedikit berair ketika ia melihat luka di bahu Jaekyung yang sangat membekas itu. Bukan hanya pada fisik gadis itu tapi juga benaknya.
“Ada apa denganmu Jeon?” Tanya Jaekyung lebih tenang.
“Noona..” panggil Wonwoo.
Jaekyung tak terlalu sadar dengan pandangan namja itu beberapa menit yang lalu sebelum akhirnya ia mengikuti pergerakan pandangan mata Wonwoo pada bekas luka yang ada di bahu kanannya. Bekas luka yang hanya tertutupi setengah dari kemeja coklatnya.
Dengan segera Jaekyung menutupinya.
“Noona mian.” Ujar Wonwoo.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan. Ini bukan apa-apa.” Ujar Jaekyung dari balik maskernya.
“Natemune ya.”
“Ini bukan karena siapapun. Ini kesalahanku sendiri.” balas Jaekyung.
“Geundae noona..”
“Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi tentang apa yang terjadi dahulu Jeon. Aku berada disini bukan karena kau juga ada disini. Ini hanya semata-mata agar tugas akhirku bisa selesai.”
“Kenapa kau selalu sedingin ini padaku?” seru Wonwoo.
Namun tak ada jawaban dari Jaekyung untuk pertanyaan tersebut. Gadis itu hanya meninggalkan Wonwoo yang masih bergelut dengan perasaannya sendiri.
*****
“Kau yakin akan mejalankan rencana itu?” Tanya DK hati-hati.
“Nde. Memang ada apa? Kau takut?” Tanya Mingyu.
“Anniyo. Hanya saja kemarin malam kau melihat sendiri keadaan mereka bukan?”
“Noona mungkin lelah. Dia juga sedang tidak enak badan kemarin. Dan hyungmu itu tidak bisa mengerti situasi sama sekali.” Ujar Mingyu kesal seraya melirik Wonwoo yang tengah memejamkan mata di kursi sebrang.
“Tapi bagaimana jika mereka marah pada kita?”
“Ya, Lee Seokmin. Kenapa kau takut sekali? Bukankah waktu itu kau bersemangat sekali?”
“Jika situasinya seperti yang kita perkirakan tidak masalah. Tapi jika seperti ini?”
“Tenang saja. Percayalah padaku. Niat baik pasti akan selalu direstui oleh Tuhan.” Balas Mingyu enteng.
“Sejak kapan kau agamis seperti itu?”
“Sudah, tidur saja dulu. Kita eksekusi rencana itu malam nanti.”
*****
Fanmeeting kali ini kembali digelar dan berjalan dengan sangat sukses. Para Carats yang datang berhasil membuat ketigabelas member melupakan rasa lelah mereka karena penerbagan pagi hari tadi. Perjalanan yang cukup melelahkan karena ketigabelas member beserta para staff pun belum sempat beristirahat.
Namun senyuman bahagia itu tidak berlaku pada Wonwoo dan juga Jaekyung. Keduanya memilih untuk terus diam walaupun dipertemukan dalam kewajiban yang sebenarnya mengharuskan keduanya berbicara. Namun, walaupun begitu sesunggunya Wonwoo khawatir pada noonanya itu.
“Noona, kau sudah baikkan?” Tanya Mingyu menghampiri.
Dari jauh Wonwoo mulai terpancing dengan sikap Mingyu pada personal managernya itu.
“Nde, sudah jauh lebih baik.” balas Jaekyung tersenyum.
“Melegakan kalau begitu. Hope you will get well really soon.” Ujar Mingyu lagi.
“Terima kasih untuk kekhawatirannya tuan Kim. Tapi aku baik-baik saja.” Ujar Jaekyung.
“Geundae, dimana Wonwoo hyung noona?”
“Eoh, kami berpisah di ruang ganti tadi. Kurasa ia masih berada disana.”
“Aah, baiklah kalau begitu. Aku akan mencarinya saja.” ujar Mingyu. “Berhati-hatilah. Kita bertemu di hotel nanti.”
“Baiklah. Jangan membuat yang lain menungu terlalu lama Mingyu-ssi.”
Mingyu hanya berpura-pura tak melihat Wonwoo ketika bertanya pada Jaekyung tadi. Sudut matanya bahkan dapat menangkap pergerakan Wonwoo dan ekspresi namja itu yang terlihat gusar.
“Aku tidak mengerti lagi bagaimana dengan hubungan kalian sebenarnya. Tapi kuharap jika ide ini akan bisa membantu kalian.” Ujar Mingyu.
******
I'm back after 3 months hiatus :)
Maaf ya readers baru bisa update chapter terbarunya.
Semoga suka dan selamat membaca.
xoxo,
khaiicheen ^^