Haru-Haru
Part – 12
Author : khaiicheen
*****
Throwback
Nafasnya berderu lebih cepat dari normal, degup jantung yang juga berderu dengan cepat membuat gadis bermarga Yoon itu khawatir dengan hasil pemeriksaan yang dilakukannya bulan lalu. Saat ini, ia sudah berada di ruang pemeriksaan Gong Saem, seorang dokter tulang kepercayaan Jaekyung untuk merawatnya.
“Nona Yoon, dari hasil pemeriksaan X-Ray yang sudah kau lakukan sebulan yang lalu, hasilnya dapat kukatakan baik walaupun keretakannya mulai berambah 0,1 milimeter.” Ujar Gong saem.
“Ah, berarti pergerakannya mulai melambat?” Tanya Jaekyung.
“Walaupun begitu, kau harus segera melakukan operasi penyambungan pen sebelum semuanya menjadi semakin parah.”
“Jika masih bisa dikatakan dala kondisi baik, kupikir operasi itu masih bisa diundur untuk beberapa waktu.”
“Jangan menunggunya hingga semakin parah jika bisa dilakukan secepatnya.”
“Gwenchana saem. Jika masih bisa ditunda, aku memintamu untuk melakukannya nanti saja. Pekerjaan magangku masih cukup padat hingga 1 bulan kedepan.”
“Jaekyung-sii..”
“Geundae, kapan aku harus melakukan pemeriksaan lagi?”
“2 minggu dari sekarang.”
“Apakah tidak bisa menunggu hingga 1 bulan lagi.”
“Geurae, jika itu keinginanmu. Kembali kesini 1 bulan dari sekarang. Setelah itu, apapun hasilnya kau harus menuruti anjuranku.”
“Terima kasih banyak saem. Terima kasih untuk konsultasi hari ini. Sampai jumpa.” Pamit Jaekyung penuh senyum.
Dilangkahkan kaki jenjang dengan balutan flat shoes berwarna abu-abu itu menuju keluar ruangan. Setibanya diluar, gadis itu menghela nafasnya panjang dan memilih kursi tunggu yang berada di dekatnya untuk sekedar beristirahat sebentar.
Sebulan yang lalu, ketika jadwal anak asuhnya itu mulai memadat, Jaekyung kembali merasakan sakit dibagian bahunya. Lukanya dibagian tulang bahunya mengalam nyeri yang tidak tertahan jika ia tengah menggantungkan tas dibahu kanannya itu. Tulang bahunya memang mengalami kertakan akibat hal yang pernah dilaluinya dimasa sekolah dahulu. Namun dikiranya, keadaan itu sudah membaik dikarekan semasa awal kuliah ia tidak lagi pernah merasakan rasa sakit itu.
“Eomma, appayo..” ujar Jaekyung dalam hati.
*****
Keadaan dorm ketigabelas member Seventeen terasa lebih dingin dibandingkan biasanya. Semua ini dikarenakan sedikit perang dingin antara Wonwoo dan juga Mingyu sepulangnya mereka dari Manila. Membuat Scoups, Jeonghan dan Joshua kesal sampai-sampai sang maknae, Dino nyaris saja menjadi korban dari perang dingin ini. Beruntungnya ada Hoshi yang melindunginya.
“Jadi mau sampai kapan kalian terus seperti ini?” ujar Scoup.
Ketigabelas member tengah berada di ruang TV kali ini. Melihat keduanya yang biasa saling menjahili satu sama lain dan menjadi trouble maker di group itu karena kegilaannya, namun saat ini menjadi saling diam satu sama lain membuat sang leader frustasi.
“Cepat jawab. Sampai kapan kalian seperti ini?” ulang sang leader.
“Kim Mingyu, Jeon Wonwoo. Ada apa sebenarnya dengan kalian?” Tanya Joshua.
Mingyu tak menjawab sama sekali, namua itu hanya tersenyum dan mengangkat bahunya enteng. Seakan tidak terjadi masalah. Sedangkan Wonwoo, namja itu terlihat tengah menahan emosinya melihat eksprsi Mingyu yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan Scoups. Ia tidak mungkin mengatakan masalah sebenarnya, karena jika ia memberitahuknnya keadaan akan semakin kacau.
“Apa kalian berdua tidak bisa menjawab pertanyaan kami?” ujar Jeonghan.
“Memang apa yang terjadi dengan kalian member-deul?” Woozi bersuara kali ini.
“Hyung, jawablah.” Ujar Dino pelan.
“Aish, kenapa kalian berfikir kami bertengkar sih? Kami baik-baik saja.” Jawab Mingyu enteng.
“Jika tidak bertengkar apa namanya? Kau memilih tidur diruang tamu? Sengaja kabur dari kamar kalian.” Seru Jun.
“Aish, kalian ini tidak bisa percaya sama sekali. Terselahlah, aku sudah menjawab. Kalian tanyakan saja padanya kalau tidak percaya.” Ujar Mingyu lagi.
“Jeon Wonwoo, jawablah.” Ujar Hoshi.
“Fanmeeting masih akan berjalan hingga bulan depan. Dan kalian membuat kekacauan seperti ini. Ingin menghancurkan rangkaian konser dan fanmeeting ini? Jangan bertengkar didalam kalau begitu, bertengkarlah saja diatas panggung sana.” Seru Vernon kesal.
“Baiklah-baiklah.” Ujar Wonwoo.
“Kenapa kau kesal seperti itu hyung?” Tanya DK.
“Hanya terjadi kesalah pahaman antara kami. Hanya itu. Kami tidak bertengkar, tapi lebih kepada menginterospeksi diri masing-masing.” Ujar Wonwoo.
“Kau yakin?” Tanya Jeonghan.
“Wonwoo-ya, ikut aku.” Ujar Scoup seakan akhirnya bisa membaca masalah secara jelas.
*****
Jeon Wonwoo dan Choi Seungchol. Keduanya memilih kamar sang leader untuk berbicara empat mata. Mengunci pintu kamar dengan pasti agar tidak ada member diluar sana yang mencuri dengar pembicaraan tersebut.
“Anjja.” Ujar Scoups.
Wonwoo menurutinya.
“Kau yakin dengan jawabanmu tadi?” Tanya sang leader.
“Nde. Hanya kesalah pahaman.” Balas Wonwoo seperlunya.
“Tapi yang kulihat ini bukanlah kesalah pahaman. Tapi kecemburuan.”
“Eoh..”
“Apa ini karena Jaekyung?” Tanya Scoups lagi.
“Kenapa menyebut namanya?” balas Wonwoo seolah tak mengerti.
“Aku sudah mengenalinya. Ya, walaupun terlambat tapi aku tahu siapa dia Jeon Wonwoo.”
“Maksudmu hyung?”
“Yoon Jaekyung. Gadis seangkatanku namun berbeda kelas dan penjurusan denganku. Gadis dengan suara merdu yang bisa membuat para siswa laki-laki jatuh cinta pada suaranya. Siswi kesayangan Hwan saem, sepertimu. Gadis peraih peringkat 3 dalam juara umum angkatan dan satu-satunya siswi dengan talenta serta kemampuan akademis yang mumpuni namun menolak kesempatan untuk menjadi bintang.” Jelas Scoup singkat. “Kurasa ia tidak banyak berubah.”
“Hyung..”
“Ini karenanya Jeon Wonwoo?”
Wonwoo memilih tak menjawab, hanya menghela nafasnya panjang.
“Aku melihatmu memandang Mingyu kesal ketika ia menghampiri Jaekyung dan menanyakan keadaan gadis itu. Sorot matamu tidak bersahabat, seakan terbakar dengan pemandangan yang kau lihat kemarin.”
“Bukan hyung.”
“Geotjimal. Kau bahkan tidak pernah bertengkar dengan Mingyu sejak trainee hingga sebelum gadis itu datang. Apapun dan bagaimanapun ia menyebalkan, kau selalu bisa memahaminya.” Ujar Scoup. “Dan jika bukan karena seorang gadis, kalian tidak akan seperti ini.”
“Hyung..”
“Temui Jaekyung kalau begitu.” Ujarnya.
*****
Mendapatkan libur selama 2 hari dari padatnya jadwal Seventeen dan rangkaian fanmeeting di negara-negara Asia seperti rasa sejuk ditengah cuaca panas. Setidaknya sebelum jadwal akan memanggilnya kembali masuk dalam kesibukan, Jaekyung bisa merapihkan apartmenya dan juga beristirahat.
“Bagaimana kabarmu eomma?” Tanya Jaekyung pada sang ibu melalui panggilan telfonnya.
“Eoh, gwenchana. Aku dan adikmu baik-baik saja disini. Bagaimana denganmu?” balas sang ibu.
“Gwenchana. Hanya sedikit lelah karena aku baru kembali dari Philiphina kemarin pagi tadi.”
“Beristirahatlah kalau begitu. Jangan lupa juga untuk minum vitaminmu.”
“Nde, tenang saja. Aku akan baik- baik saja disini.” Ujar Jaekyung menahan emosinya.
Pertemuan dengan Gong saem kemarin sudah hampir menghabiskan tenaganya karena setibanya ia di Korea kemarin pagi, ia langsung menemui dokter kepercayaannya di rumah sakit. Serta menerima hasil dan penjelasan dokter tulangnya itu berhasil membuatnya tak hanya lelah secara fisik tapi juga mental.
“Lalu kau sedang apa Jae-ya?” Tanya sang ibu lagi.
“Baru saja selesai sarapan dan akan membersihkan apartment.” Balas Jaekyung.
“Baiklah. Geundae, jika kau memiliki jadwal di Thailand. Hubungi aku. Mari kita bertemu.”
“Geurae eomma. Akhir minggu ini aku akan kesana. Ayo kita bertemu.”
“Baiklah. See you there Yoon Jaekyung. Ibu dan adikmu bahagia disini. Kau jangan terlalu memikirkan kami lagi.”
“Nde eomma. Sampai bertemu nanti.”
“Kututup telfonnya. Saranghae.”
“Nado.”
Kembali dilepaskannya nafas panjang itu. Jaekyung tak ingin mengkhawatirkan ibunya. Biarlah ia yang melalui semua ini sendiri. Perceraian kedua orang tuanya 6 bulan yang lalu sudah hampir membuat sang ibu frustasi, jadi jika saat ini kondisi itu mulai membaik, biarlah Jaekyung tak mengganggu ibunya itu dengan berita seperti ini.
“Baiklah Yoon Jaekyung. Ayo kita bekerja.” serunya pada diri sendiri disusul dengan langkah kaki menuju gudang kecil di apartmentnya. Mengambil vacuum cleaner dan juga pengepel lantai.
Ting.. Tong.. Ting… Tong…
Bel dari pintu masuk terdengar, dengan segera gadis itu keluar dari gudang kecilnya dan membuka pintu apartment tanpa melihat dahulu siapa tamunya dari layar intercom.
“Annyeong noona..” sapa seorang namja yang berhasil membuat Jaekyung membeku di tempatnya. “Noona..” panggil namja itu lagi.
*****
Jenon Wonwoo, namja itu tengah duduk di ruang tamu apartment sederhana sahabatnya di sekolah dahulu. Memilih memperhatikan sahabatnya yang tengah membersihkan tempat tinggalnya itu. Kedatangannya memang tanpa membuat janji terlebih dahulu sehingga sang sahabat sedikit kesal dengan kelancangannya datang ke apartment itu tanpa diundang.
“Apa sudah selesai?” tanyanya pada sang sahabat.
“Kau tidak melihat aku masih mengerjakannya?” balas sahabatnya itu dingin.
“Ingin kubantu?”
“Tidak perlu. Aku bisa mengerjakannya sendiri.”
“Kau yakin?”
“Diam disana dan jangan bergerak kemanapun.” Ujar sahabat namja itu.
Namun bukan Jeon Wonwoo namanya jika bisa menurut dengan larangan sahabatnya itu. Namja itu memilih bangkit dari sofa dan akan beranjak menuju tempat sahabatnya itu. Namun langkah itu terhenti, ketika sebuah amplop putih berlogokan logo rumah sakit swasta di Seoul jatuh dari meja kecil yang terletak di samping sofa yang didudukinya tadi.
“Apa ini?” ujarnya sendiri.
Wonwoo membatalkan keinginannya untuk membantu sahabatnya itu. Ia kembali duduk di sofa tempatnya tadi dan membuka amplop dimana nama sahabatnya itu tertera disana. Dibacanya isi dari 1 lembar surat yang ada di dalam amplop tersebut.
Name : Yoon Jae Kyung
Gender : Woman
Date of Birth : Seoul, January 29st 1995
Age : 21 years 6 months 17 Days
Bersamaan dengan surat ini, kami akan melampirkan hasil pemeriksaan secara tertulis untuk pasien dengan nama yang tertera diatas.
Pemanjangan retakan tulang bahu sebelah kanan dengan ukuran + 0,1 milimeter.
Penanganan :
Demikian hasil pemeriksan yang dapat kami sampaikan untuk Anda. Silahkan berikan surat ini kepada dokter spesialis tulang Anda untuk mendapatkan penjelasan yang lebih jelas.
Seoul, August 1st 2016
Head Laboratory of Hwang Guk Medical Center
Cho Byun Han
“Bahu kanan?” ujar Wonwoo. “Keretakan?”
“Apa yang sedang kau lakukan?” Tanya sahabatnya itu.
“Noona..” ujar Wonwoo.
*****
“Apa yang sedang kau lakukan?” seru Jaekyung.
Jaekyung mengambil surat yang masih berada dalam genggaman Wonwoo dengan kasar. Ia tidak tahu bagaimana Wonwoo bisa membaca surat tersebut. Seingatnya ia menyimpannya dalam buku yang ada di meja sofa dan buku itu pun tertumpuk 3 buku lainnya.
“Noona..” ujar Wonwoo.
“Jeon Wonwoo, silahkan kau pergi dari sini sekarang.” Usir Jaekyung halus.
“Anniyo. Aku akan berada disini.” Tolak Wonwoo.
“Pergi dari sini sekarang atau aku akan memanggil petugas keamanan?” ujar Jaekyung.
Perasaannya bergemuruh. Bukan lagi tentang kebingungannya atas hubungannya dengan Wonwoo yang ada didalam sana, tapi kepada ketidak sukaannya terhadap Wonwoo yang mengetahui hal yang sengaja dirahasiakannya sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan juga dirahasiakannya dari sang ibu.
“Kenapa kau tidak menceritakannya kepadaku?” ujar Wonwoo khawatir.
“Tidak ada yang perlu diceritakan. Ini tidak ada hubungannya denganmu.” Tepis Jaekyung.
“Kau mengalaminya karenaku.” Wonwoo berujar lebih lembut.
“Anniyo. Ini karena kesalahanku sendiri. Tidak ada hubungannya denganmu.”
“Noona, ikuti anjuran dokter. Aku tidak ingin keadaanmu lebih parah lagi.”
“Diam kau. Tidak usah mempedulikanku. Ini urusanku dan aku akan mengatasinya sendiri.”
“Noona..”
“Masalah ini bahkan tidak semudah jalan pikiranmu itu Jeon Wonwoo. Ini masalahku. Kau masih anak kecil dan tidak perlu berfikir untuk menceramahiku ini dan itu. Ini kehidupanku. Ini diriku.” Seru Jaekyung setengah berteriak.
Wonwoo terpaku pada posisinya. Apa yang Jaekyung katakana tentangnya? Anak kecil?
“Aku khawatir padamu noona. Aku khawatir dengan keadaanmu terlebih itu terjadi pada luka yang kau derita karena diriku. Tapi kau bilang aku akan kecil? Aku sudah 21 tahun dan aku bukan lagi seorang anak kecil.” Balas Wonwoo. “Aku hanya khawatir padamu. Apa itu salah?”
Wonwoo tak lagi bisa menahan emosinya. Antara sedih, kesal dan khawatir. Ia mengkhawatirkan noonanya itu. Ia mengkhawatirkan keadaan gadis yang disukainya itu.
“Pulanglah. Aku ingin beristirahat dan aku ingin sendiri.” ujar Jaekyung setelah bisa mengontrol emosinya.
Tanpa berniat untuk menolak lagi. Wonwoo menuruti permintaan Jaekyung untuk meninggalkan apartment gadis itu.
“Maaf jika aku bersikap seperti anak kecil. Aku memang akan selalu menjadi anak kecil dimatamu noona.” Ujar Wonwoo sebelum namja itu menutup pintu apartment Jaekyung.
*****
Haii semua, akhirnya aothor bisa comeback lagi ngepost disini.
walaupun udah mulai berkurang readersnya, tapi nggak apa-apa.
yang penting aouthor tetep lanjutin postingannya dan nggak bikin kalian penasaran.
Happy reading :)
xoxo,
khaiicheen