*Jo Chika
“Cella…hp mu bunyi di kamar.” Kataku menatap cella.
“Oh iya, aku ke kamar dulu..” kata cella lalu segera pergi ke kamarnya.
“Chika apa kau ingin tambah lagi?” kata eunwoo hyung.
“emm gumawo hyung, tapi aku sudah kenyang hehe..” kataku sambil tersenyum.
“baiklah.. bin kamu yang habiskan ya, kamu kan suka makan.” kata eunwoo hyung.
“EONNIEE!! ADA TELPON UNTUKMU KATANYA PENTING..” terdengar teriakan cella.
Aku segera berlari ke kamar cella.
“siapa?” kataku bingung.
“dojoon seonbae.” Kata cella.
“aah, benar aku lupa..” kata ku teringat.
“yeoboseyo.. ada apa seonbae??”
“oo,, chika yaa.. kenapa kau tidak menelponku?”
“um,, maaf seonbae aku lupa.. memangnya apa yang ingin kau bicarakan?”
“Siapa yang menelpon? Seonbae dari kampus kita? Pria atau wanita? Apa kau dekat dengannya??” kata bin yang mendadak sudah berada di belakangku.
“haiizz,, bin aah.. tolong jangan ganggu aku.. aku sedang menelpon..” kataku sambil mendorong bin keluar dari kamar.
“ada orang lain di apartemen kalian?”
“yuup,, dua orang kakak beradik tetangga kami..”
“apa mereka juga sama seperti kita??”
“tidak..mereka manusia..”
“Kalau begitu temui aku di depan kampus nanti jam 8.. ada beberapa hal yang harus kita bicarakan..”
“Baiklah..aku akan mengajak cella juga.. sampai bertemu nanti malam seonbae..” kataku sambil keluar dari kamar cella.
“waaa?? Apa dia mengajakmu bertemu?? Siapa?? Chika…” kata bin penasaran sambil mengikuti ku.
“Cella…” kataku menatapnya.
Cella mengangguk mengiyakan.
“aah.. sudah jam 7.45pm. ayo beres-beres. Maaf ya eunwoo oppa, bin oppa kami tiba-tiba ada urusan yang penting.” Kata cella melihat jam.
“Kamu tidak boleh pergi chika sebelum memberi tau siapa tadi yang menelponmu.” Kata bin menahan tanganku.
“emm.. itu dojoon seonbae, aku meninggalkan barangku di kelas tadi dan dia yang menemukannya dan aku akan pergi mengambilnya.. nah sekarang beres-beres dulu setelah itu kau pulang..” kata ku sambil mendorongnya ke dapur.
“Kalau begitu aku ikut yaa..” kata bin menatapku.
“Kau tak perlu ikut bin..aku hanya keluar tak lama.” Kataku.
“Ayolah chika…yaah..” kata bin memelas.
Aku menatap eunwoo hyung.
“Bin aah.. sudahlah, mereka sedang sibuk. Lain kali saja, sekarang cepat kita beres-beres.”
“Gomawo hyung..kau yang terbaik!” kataku sambil tersenyum pada eunwoo hyung.
Setelah selesai beres-beres. Eunwoo hyung kemali ke apartemen nya tapi bin…
“Chika.. aku ikut!” kata bin memaksa.
“Haiss..bin lain kali saja.” Kataku mulai kesal.
“Iya bin oppa.. lain kali saja yaa..” kata cella berusaha membujuk bin.
“ugh..baiklah..” kata bin kecewa lalu kembali ke apartemen nya.
Setelah itu aku dan cella segera keluar dari apartemen kami.
“ahh.. eonnie kita terlambat 15 menit.” Kata cella sambil melihat jam di hpnya.
“haiss..semua ini karna bin memaksa ingin ikut.. dasar anak itu..” gerutuku.
Saat sudah mendekati kampus.
“Cella.. bau ini..” kataku menatap cella.
“Bau darah.. ” kata cella sambil menatapku.
Tiba-tiba saja terdengar suara rintihan kesakitan seseorang. Kami pun langsung bergegas pergi ke arah suara itu berasal.
Sesampainya di depan kampus kami melihat dojoon seonbae yang terduduk di lantai dan berdarah-darah di kepung oleh 2 orang vampire. Yang 1 berdiri di depan dojoon seonbae dan yang 1 lagi berada di samping dojoon seonbae.
Aku menatap cella dan cella mengangguk.
“tskkk!!!!”
Aku berubah ke vampire mode dengan kedua mata yang berubah merah dan kuku-kuku yang panjang setajam pisau dan menusuk vampire yang berdiri di depan dojoon seonbae.
“maaf seonbae.. agak susah menyuruh kakak beradik itu untuk pulang dari rumah kami..” kataku lalu vampire di depanku berubah menjadi abu.
Satu vampire yang tersisa terkejut menatap kami. “siaall, ternyata disini ada 2 orang vampire darah murni.. aku harus memberitahukan pada para peting—“ cella langsung menebas lehernya sehingga kepala vampire itu terpisah dari tubuhnya.
“maaf.. disini ada 3 vampire darah murni..” kata cella menatap vampire yang baru saja di tebasnya sambil mengelap kuku nya yang berdarah dengan sarung tangan. Vampire itu kemudian berubah menjadi abu.
“haaahh.. kenapa kalian berdua lama seka—“ mendadak saja dojoon seonbae pingsan.
“Seonbae!!!” teriakku dan cella bersamaan.
“Apa yang harus kita lakukan cella??” kataku panik.
“Eonnie, coba kau periksa hp dojoon seonbae, siapa tau ada kontak yang bisa di hubungi..” kata cella.
“Bukankah lebih baik kita minta bantuan eunwoo hyung dan bin untuk mengangkat dojoon seonbae ke apartemen kita saja?” kataku.
“Jangaan.. kalau di tanya kenapa dojoon seonbae bisa seperti ini, kita tidak punya alasan untuk menjelaskannya.” Kata cella mengerutkan alisnya.
Aku menatap dojoon seonbae sebentar “benar juga.. kalau begitu.. maaf ya dojoon seonbae aku harus meminjam hp mu tanpa seizin mu.” Kataku lalu segera mengambil hp yang berada di dalam kantong jaketnya.
Aku membuka hp nya dan segera mencari kontak yang bisa di hubungi..
“Nenek..?” gumamku pelan.
Ya sudah ku telpon saja.
“yeoboseyo? Ada apa dojoon?” terdengar suara yang agak serak.
“ah yeoboseyo.. apa ini neneknya dojoon seonbae?”
“iya benar.. maaf ini siapa ya, kenapa bisa hpnya dojoon ada padamu?”
“Maaf.. aku hobae nya di kampus namaku chika.. saat ini dojoon seonbae sedang pingsan karna tadi dia di serang oleh vampire yang entah siapa mereka. Kami menelpon karna kami tak tau apa yang harus kami lakukan.”
“Ehh?!! Dojoon di serang?? Apa lukanya parah??”
“Kurasa ini parah karna banyak darah yang keluar.”
“Dojoon ku.. emm chika apa kau tak bisa menolong nya? Tolong dia.. nenek tak bisa menolong nya karna saat ini nenek sedang di luar kota..”
“em..Baiklah..” kataku lalu memutuskan sambungan telpon.
“Sepertinya kita harus membawanya sendiri ke apartemen kita..” kataku menatap cella.
“Kalau begitu ayo cepat.” Kata cella.
Aku menaruh lengan kiri seonbae di bahuku dan lengan kanan seonbae di bahu cella. Kami membawa seonbae dengan kakinya yang sedikit terseret karna tingginya dan tinggi kami beda apa lagi dengan tinggiku…
Malam itu masih jam 8 lewat tapi entah mengapa jalanan sangat sepi.
Akhirnya kami sampai di apartemen kami. Kami membaringkan seonbae di atas sofa yang sudah kami ubah ke mode tempat tidur.
Lalu kami mengambil baskom berisi air dengan handuk dan segera membersihkan darah-darah dari tubuh seonbae dan mengganti bajunya dengan baju milik appa yang entah bagaimana bisa ada di dalam lemariku.
Luka-luka yang tadinya masih mengeluarkan darah perlahan-lahan tertutup dan akhirnya hilang tanpa bekas.
Aku dan cella tidak tidur sampai pagi datang.
*Park Dojoon
Aku membuka mataku perlahan dan mendapati chika dan cella di sofa di sampingku. Bagian bawah mata chika membengkak sedangkan cella sudah mulai tertidur di sampingnya.
“oo,, seonbae kau sudah bangun??” kata chika membuat cella kembali membuka matanya.
“uhhh,, apa yang terjadi?” kataku melihat tubuhku yang sudah mengenakan baju yang berbeda.
“kami mengganti bajumu, semalam bajumu sudah penuh dengan lubang bekas tusukan dari mereka..” kata chika.
“ahhhh,, maafkan kami seonbae.. kami terlambat semalam..” kata cella sambil mengusap matanya.
“apa kalian tidak tidur?” kataku melihat area menghitam di bawah mata chika.
“tentu saja.. kami merasa bersalah, jika kami tidak terlambat mungkin kejadian ini tidak akan terjadi..” kata chika menatapku.
“owh iya, apa yang ingin kau bicarakan seonbae? Haaaaaaahhhhh” kata cella sambil menguap.
“sepertinya kalian butuh tidur.. lebih baik kita membicarakan ini nanti..” kataku. Saat aku mencoba berdiri, kepalaku terasa sangat pusing dan kembali jatuh ke sofa.
“seonbae? Kau tidak apa-apa?” kata chika. Chika menatap cella sebentar, Cella lalu mengangguk dan melangkah ke arah kulkas mengambil sesuatu.
“eonnie.. tangkaapp..” kata cella melempar sesuatu ke arah chika.
Chika menangkap benda itu dan memberikannya padaku. “ini seobae.. sepertinya kau lapar..” kata chika sambil memberikan sekotak jus strawberry padaku.
“uhhh, sepertinya semalam aku kehilangan banyak darah..” kataku lalu langsung meneguk jus strawberry itu.
Saat meminum itu kekuatanku seperti kembali sepenuhnya.
Aku langsung berdiri dari sofa itu dan berpamitan pada mereka berdua. Chika mengantarku sampai ke depan pintu.
“pakai saja baju itu untuk sementara.. kau bisa mengembalikannya nanti..” kata chika sambil memberikan kantung berisi bajuku yang sobek penuh dengan darah.
“terimakasih chika.. sampai bertemu nanti siang di kampus.. usahakan untuk terus bersama adikmu.. kita tidak tau kapan para night hunters akan menyerang lagi..” kataku di ikuti oleh anggukan chika.
Aku tersenyum menatapnya lalu membuka pintu perlahan.
Saat aku membuka pintu itu dua orang pria keluar dari apartemen di depan.
“ooo?? Ajeossi, Siapa kau? Kenapa kau keluar dari apartemen itu? bukankah di apartemen itu hanya ada dua orang wanita?? Kau pencuri yaahh??” kata salah seorang pria.
“bin ahh.. jangan kasar seperti itu.. lama tak bertemu dojoon..” kata seorang pria yang lain.
Aku menatap pria itu bingung. “haaaahh,, sepertinya kau tidak ingat yahh.. kita sekelas saat SMA.. aku duduk tepat di depanmu dan selalu meminta jawaban saat ada ujian matematika..” kata pria itu.
“Eunwooo? Apa itu kau? Yaaaaa.. lama tak berjumpa, maaf aku tidak mengenalmu karna sekarang kau terlihat lebih dewasa..” kataku.
“hahaha,, akhirnya kau ingat juga.. kau sama sekali tidak berubah semenjak SMA.. ngomong-ngomong apa yang kau lakukan di apartemen chika dan cella? Apa kau mengenal mereka?” eunwoo menatapku sambil tersenyum.
“apa kau mengenal ajeossi ini hyung??” kata adik eunwoo.
“ajeossi?? Kalau bukan adik eunwoo sudah kubunuh anak ini..” gumamku dalam hati sambil tersenyum ke arah adik eunwoo.
“aaahh,, ceritanya panjang.. owh iya, sekarang aku sedang buru-buru pulang.. nanti kita ngobrol lagi, akan ku ajak junior..” kataku.
“eehh?? Apa junior juga satu kampus denganmu? waahh,, aku jadi ingat masa-masa SMA.. hahahah yasudah, sampai ketemu nanti… pastikan kau menghubungiku..”
Aku melangkah ke arah lift dan langsung masuk ke dalam saat pintu terbuka.
“CHIKKAAA… CHIKAAAAA.. BUKA PINTUNYA ADA YANG INGIN KUTANYAKAN PADAMUU.. CEPATTT…” terdengar suara adik eunwoo dan suara ketukan pintu yang keras sebelum pintu lift tertutup.
Aku langsung berjalan ke arah rumahku sambil memikirkan kejadian tadi malam.
Saat mendekati area dekat rumahku, tiba-tiba aku merasakan getaran di celana jeansku.
Aku langsung mengambil HPku dan mendapati telepon dari nenekku.
“yobeosaeyo?”
“dojoon aaahh?? Itu kau bukan?? Apa kau tidak apa-apa?”
“iya neek aku tidak apa-apa..”
“aiggooo,, sebenarnya apa yang terjadi? Semalam seorang wanita bernama chika menelpon nenek.. katanya kau di serang vampire.. apa mereka melihatmu berubah??”
“haahh,, beberapa pengikut night hunters menyerangku.. dan tidak perlu takut nek, mereka juga vampire sama sepertiku..”
“itulah alasan nenek bertemu orangtuamu.. para night hunters sudah mulai menyerang lagi.. kau tidak boleh jalan sendiri mulai sekarang.. nenek akan disini untuk waktu yang lama.. jadi nenek sudah mengirimkan orang untuk menemanimu selama di sana..”
Saat nenek mengatakan itu aku melihat yuju di depan rumahku membawa sebuah tas besar sambil melambaikan tangannya ke arahku.
“haaahh,, neneek? Kenapa kau mengirimkan dia? Apa kata tetangga jika aku tinggal serumah dengan seorang wanita..”
“tidak perlu takut.. aku sudah menghubungi para tetangga dan mengatakan bahwa cucu wanitaku juga akan tinggal di rumah menemanimu selama aku tidak ada..”
“urrgghh.. yasudah.. selama dia tidak menggangguku aku tidak akan banyak bicara..”
“owh iyaa.. dia juga akan menjadi mahasiswa pindahan di kampusmu.. jadi usahakan kalian tidak berpisah satu sama lain.. jaga diri kalian..”
“yeee??? Tapi nek.. nenekk.. haizzz” gerutuku saat nenek memutus sambungan telepon.
“halo oppaa… mulai sekarang aku akan terus menjagamu.. hehehe” kata yuju menyapaku.
“Yaa!! Jangan menggangguku kalau tidak mau dihajar..” kataku.
“tenang sajaa… aku tidak akan mengganggumu..” yuju tersenyum.
“sepertinya ini akan sangat menyusahkan.. para night hunters sudah mulai bergerak.. kami harus bersiap menghadapi seluruh resiko yang ada..” gumamku dalam hati lalu melangkah masuk ke dalam rumah di ikuti yuju.