*Park Dojoon
"seonbae kau tidak apa-apa??" jihwa muncul dan membantuku berdiri.
"SEULGI YAAAA.!! Apa maksudmu? Apa chika berada disana bersamamu? SEULGI YAA!!?"
Chika mengambil Handphone seulgi dan langsung memutuskan sambungan telepon.
"aahh.. sepertinya perak ini benar-benar membuatku tidak berda—" pandanganku kembali memburam dan mulai kehilangan kesadaranku.
*Jo Chika
Dojoon hyung menunjuk ke arah jendela lantai 2. Aku melihat ke arah sana lalu mengangguk, kami lalu masuk ke mode vampire. Kami berdua melompat ke lantai 2 dan langsung masuk ke dalam jendela.
Kami memeriksa sekitar.
"sepertinya tidak ada apapun di kamar ini.." kata dojoon hyung.
"hyung disini.." kataku yang sudah berdiri di depan pintu.
Aku mencoba membuka pintu itu tapi dojoon hyung menahanku.
Terdengar suara langkah kaki.
"ada yang datang.. sepertinya bukan vampire.." kata dojoon hyung.
Sesaat kemudian pintu mulai terbuka dan dua orang manusia masuk ke dalam kamar.
Aku dan dojoon hyung yang bersembunyi di balik pintu langsung membekap mulut mereka dan dengan cepat menusuk jantung mereka.
"hyuung itu.." kata ku menunjuk ke arah pinggang seorang manusia dimana terdapat sebuah pisau perak.
Aku langsung mengambil pisau itu dan menyimpannya di saku yang ada di bajuku.
Kami keluar dari kamar itu dan menuju ke tangga.
Dojoon hyung menghentikan langkahknya dan menahan ku di tangga saat melihat 3 vampire humanblood dan seulgi yang duduk di sofa yang berada di lantai 1.
"sepertinya jihwa berada di salah satu ruangan di rumah ini.. chika kau cari dia.. aku akan mencoba mengalihkan perhatian mereka.." kata dojoon hyung.
Aku mengangguk dan langsung melangkah perlahan kembali ke lantai 2.
"Arghh.. ada berapa pintu disni.. 1 2 3 4 5 6 7? Ada 7?!! Kenapa rumah ini banyak sekali kamarnya??" gumamku kesal.
Aku mulai memeriksa pintu yang paling dekat denganku.
Aku membuka itu itu dan tak hanya menemukan ruangan kosong yang gelap gulita.
Lalu aku memeriksa pintu kedua, disana tak terdapat apa pun.
Aku melewati pintu ketiga karena aku dan dojoon hyung sudah memeriksanya.
Saat akan membuka pintu keempat .
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan disana??" terdengar suara seorang ajeossi yang tak jauh dari belakangku.
"Aku sedang mencari temanku yang di sekap oleh bossmu dan biar ku beri kau 1 saran yang bagus.. lebih baik kau pergi dan berpura-puralah tidak melihatku jika kau tidak ingin mati." Kataku menatap ajeossi itu tajam.
"a.a.aapa? a.a.aaku tid-"
"Oo.. jadi kau lebih memilih mati.. kemarilah agar aku bisa membunuhmu tanpa rasa sakit.." kataku memotong perkataan ajeossi itu.
Mendadak saja ajeossi itu pingsan.
"Dasar bodoh.." gumamku sambil menatap ajeossi itu.
Lalu aku kembali membuka pintu keempat disana hanya terdapat cermin tua yang tergantung di dinding.
Aku lalu membuka pintu kelima.
"Ini.. ugh.. hidungku tak tahan.." gumamku dan langsung menutup pintu kelima.
Disana terdapat banyak mayat yang sepertinya adalah korban-korban mereka.
Aku melewati pintu keenam, karena aku sudah mencium bau yang sama dengan pintu kelima.
Lalu aku mencoba membuka pintu ketujuh tapi pintu itu terkunci.
Aku mengambil jepit rambut hitamku lalu memasukkannya ke dalam tempat kunci lalu memutar-mutarnya.
"Klik"
Aku membuka pintu itu dan mendapati jihwa yang sedang pingsan disana.
Aku langsung berlari ke arahnya.
"Jihwa.. hey.. ayo bangun.." kataku sambil mengguncang pelan tubuhnya.
"Ng.. hm.. chika?" kata jihwa sambil membuka matanya.
"Iya.. ini aku, ayo.. kita harus cepat pergi dari sini seb-"
"Kami tak akan membiarkan kalian pergi dari sini!" kata seorang ajeossi dari dari depan pintu, di belakang ajeossi itu berdiri ajeossi yang tadi pingsan.
Mari kita sebut saja mereka dengan ajeossi A dan ajeossi B berhubung aku tak tau nama mereka siapa.
Ajeossi A orang yang berada tepat di depan pintu sedangkan ajeossi B adalah ajeossi yang sempatkku buat pingsan.
"Haisss... merepotkan saja.. jihwa apa kau bisa berdiri?" kataku.
"Sepertinya tidak aku masih agak pusing.." kata jihwa.
"Kalau begitu kau duduk saja dulu dan ini pil darah milikmu.." kataku sambil memberikan sebuah botol kecil berisi pil darah.
Lalu aku berbalik menghadap 2 orang ajeossi itu berada.
"Apa kalian tidak akan minggir dari sana?" kataku menatap mereka.
"Tentu saj-"
"Minggir." Kataku yang sudah berada tepat di depan mereka.
BRUK!
Ajeossi B terjatuh karena terkejut tapi ajeossi A langsung menyerangku dengan pisau perak yang di pegangnya.
Aku berhasil menghindar dengan melompat ke belakang.
"Huh.. boleh juga kau ajeossi, padahal kau sudah terlihat tua begitu." Kataku meledek ajeossi A.
"Apa katamu?! Berani sekali kau!" kata ajeossi A lalu berlari ke arahku dengan pisau perak yang siap menembus jantungku.
"Sayangnya kau manusia ajeossi jadi kau takkan bisa membunuhku semudah itu.." kataku lalu dengan cepat menebas leher ajeossi A hingga kepala dan tubuhnya terpisah.
"Selanjutnya.." aku menatap ke arah ajeossi B yang terduduk ketakutan.
"Maafkan aku.. aku mohon jangan bunuh aku.." kata ajeossi itu memohon.
"Tentu saja tidak.." Kataku sambil tersenyum ke arah ajeossi itu.
"Ah? Terimakasih.." kata ajeossi itu sedikit terkejut.
"Hahaha.. tentu saja tidak akan ku biarkan kau hidup." Kataku sambil tertawa lalu menatap ajeossi itu tajam.
Saat aku akan menusuk ajeossi itu..
"tsskk"
"YAA! Untung saja meleset." Kataku melihat lengan bajuku yang sobek.
Aku menatap seorang namja yang berada tak jauh dari tempatku dan ajeossi itu berada.
Namja itu baru melemparkan pisau perak ke arah ku, hanya saja itu meleset.
"Cih.. ternyata meleset.." kata namja tersebut.
"Wahh namja ini ganteng-ganteng tapi malah jadi anggota night hunters.." gumamku dalam hati.
"Hey! Kau.. dasar vampire.. cepat lepaskan ajeossi itu.." kata namja itu menatapku.
"Melepasnya? Hahaha.. baiklah kalau itu mau mu.." kataku mengangkat ajeossi itu lalu melemparkannya ke arah namja itu.
Saat namja itu akan menangkap ajeossi itu dengan cepat aku menebas leher ajeossi itu hingga putus lalu aku mencoba menebas namja itu tapi namja itu menyayat tanganku dengan pisau perak lalu segera lari.
"Akk! Cih.. dia lari.." kataku sambil memegang tanganku yang teriris pisau perak.
"Chika?? Apa kau baik-baik saja?" kata jihwa yang keluar dari pintu ketujuh itu.
"O? ya aku baik-baik saja.. ayo kita ke bawah.." kataku.
Lalu kami turun perlahan.
"Jihwa.. kau disini saja ya.." kataku.
Aku melihat dojoon hyung dan.. seulgi, ia mengambil hp nya dari saku lalu menekan tombol.
"yobeosaeyo.. seulgi yaa,, maaf yah aku tidak bisa menemanimu makan malam kali ini.. ada urusan penting yang harus kulakukan.." tiba-tiba terdengar suara bin dari HP seulgi.
"Bin.. kenapa dia menelpon seulgi sih??" gumamku dalam hati.
"ooo.. hai moonbin.. tidak apa-apa,, aku juga sedang sibuk sekarang... tenang saja kita pasti akan bertemu lagi nanti... akan kupastikan itu.." kata seulgi.
"baiklah lain kali aku akan menraktirmu minum.."
"tidak perlu moonbinn.... Aku yang akan menraktirmu minum.." seulgi tersenyum ke arah dojoon hyung.
"Ughh.. wanita itu.. aku tak akan membiarkan bin keluar dengannya lagi.." gumamku dalam hati.
Aku memutari ruangan itu tanpa di ketahui oleh mereka dan langsung muncul tepat di belakang seulgi.
"jangan ganggu moonbin..." kata ku lalu dengan cepat menusuk jantung seulgi.
"AAKK!!!" teriak seulgi.
"seulgi yaaa ada apa?? Apa yang terjadi.."
Seulgi tersenyum lalu mendekatkan HP itu ke mulutnya.
"ch..chika menusukku.." kata seulgi sebelum ia berubah menjadi abu.
"seonbae kau tidak apa-apa??" jihwa muncul dan membantu dojoon hyung berdiri.
"SEULGI YAAAA.!! Apa maksudmu? Apa chika berada disana bersamamu? SEULGI YAA!!?"
Aku mengambil Handphone seulgi dan langsung memutuskan sambungan telepon.
"aahh.. sepertinya perak ini benar-benar membuatku tidak berda—" kata dojoon hyung lalu pingsan.
"Hyuuuung!" kataku sambil berlari ke arah dojoon hyung.
Aku terkejut melihat dua buah pisau perak yang tertancap di perut dojoon hyung lalu aku segera mencabut kedua pisau perak itu.
"Jihwa.. berubahlah ke mode vampire dan bantu aku membawa hyung ke apartemen kami.." kataku menatap jihwa.
"Baiklah.. tapi bagaimana caranya??" kata jihwa bingung.
"Tutup matamu lalu fokuskan pikiranmu dan rasakan darah vampire yang mengalir dalam dirimu.." kataku.
Lalu jihwa menutup matanya, tak lama kemuudian ia membuka matanya. Matanya berubah menjadi warna kuning.
"Kau berhasil jihwa.." kataku tersenyum ke arahnya.
"Baiklah.. ayo kita bawa dojoon seonbae sekarang.." kata jihwa.
Lalu kami mengangkat dojoon hyung dan membawanya ke apartemenku.
15menit kemudian kita sampai di apartemenku. Harusnya hanya 10 menit saja tapi jihwa belum bisa memaksimalkan kekuatannya.
Aku segera membuka pintu rumahku lalu kami meletakkan dojoon hyung di sofa. Lalu aku melihat cella dan lisa keluar dari kamar mereka.
"Ada apa ini? Kenapa dojoon seonbae jadi seperti ini?" kata cella.
"Dia tertusuk dua buah pisau perak." Kataku.
"Biar aku urus luka-lukanya.." kata lisa yang kembali dari kamarnya sambil membawa kotak P3K.
"Cella kau ambil baskom berisi air dan baju appa dari kamarku.. aku mau mengantar jihwa pulang.." kataku lalu segera keluar dan mengantar jihwa ke rumahnya.
"Maaf ya jihwa.. kau jadi begini karna aku.." kataku.
"Tidak apa-apa chika.. lagi pula itu bukan salahmu.." kata jihwa sambil tersenyum ke arah ku.
Drrrrtt...drttt..
"Angkatlah telponmu.. aku masuk ya. Bye bye.." kata jihwa lalu masuk ke dalam rumahnya.
Aku melihat layar hp ku.
"Bin.. ia sudah menelpon 10 kali.. bagaimana aku menjelaskan semuanya pada bin???" gumamku lalu kembali ke apartemenku.
Saat akan membuka pintu apartemenku mendadak saja ada yang memelukku dari belakang.
"Chika.." kata bin lalu melepaskan pelukannya.
"Ada apa bin?" kataku sambil berbalik dan menyembunyikan tangan kananku yang terluka.
"Kenapa kau tak menjawab telpon ku?" kata bin sedikit khawatir.
"Oh.. maaf bin hp ku dalam mode silent jadi aku tak melihat telpon darimu.." kataku berbohong.
"Kau habis dari mana? Apa kau bersama seulgi tadi?" kata bin penasaran.
"Aku.. aku dari rumah jihwa hehe.. aku baru ingat tadi kalau ada pr yang harus ku kerjakan bersamanya.." aku berbohong sambil tersenyum.
"Jadi kau tidak bersama seulgi ya.." kata bin.
"Tentu saja tidak.. lagi pula untuk apa aku bersamanya?" kataku.
"Tadi aku menelpon seulgi dan aku samar-samar mendengar suaramu lalu tiba-tiba seulgi bilang kalau kau membunuhnya.. apa kau benar-banar tidak bersamanya?" kata bin sedikit bingung.
"Mungkin itu hanya perasaanmu saja hahaha.. aku kan tadi sedang bersama jihwa. Jika kau tak percaya tanya saja pada jihwa.." Kataku menyakinkan bin.
"Haaah.. baiklah.. aku akan coba menelpon seulgi lagi.." kata bin lalu menekan tombol.
"Ehh.. hp seulgi.. ada di saku ku." gumamku panik dalam hati.
"Emm.. bin! pinjam hpmu sebentar.." kataku lalu langsung merebut hpnya.
"Kenapa mendada- chika! Apa yang terjadi dengan tanganmu??" kata bin sedikit terkejut melihat tanganku yang berdarah.
"Cihh.. sial! Aku malah lupa dengan tanganku.." gumamku dalam hati.
"Aku baik-baik saja.. ini tid-AKK!" "Apanya yang baik-baik saja?? Aku baru menyentuhnya sedikit tapi kau sudah kesakitan.." kata bin. "ayo ke apartemenku kita obati dulu lukamu." Sambung bin sambil menarikku masuk ke apartemennya.
"Annyeong.. eunwoo hyung dan junior seonbae.." kataku menyapa.
"Oo.. annyeong chika.." kata eunwoo hyung sambil tersenyum.
"Wah wahh kalian berdua makin dekat sajaa.." kata junior seonbae.
Aku hanya tersenyum. "Ayo.." kata bin lalu membawaku ke kamarnya.
Aku duduk di tempat tidurnya. Bin mengambil kotak P3K dan membukanya. Bin menggulung lengan baju kananku dan menampakkan luka gores yang cukup panjang.
"Kau ini.. apa yang kau lakukan sih??" kata bin kesal.
"Ahaha.. saat dirumah jihwa tanganku tak sengaja tergores dengan sesuatu yang tajam aku tak tau apa namanya.." kataku berbohong sambil tertawa paksa.
"Dasar ceroboh.." kata bin menjitak kepalaku.
"aww.. jangan menjitak kepalaku bin.. kau ingin aku amnesia ya?" kataku memajukan bibirku kesal.
Lalu bin menuangkan alcohol ke kapas.
Saat bin akan membersihkan luka ku dengan kapas itu, aku menahan tangannya dan menggelengkan kelapaku.
Bin menatapku sebentar.
"Tapi ini harus.." kata bin lalu membersihkan lukaku dengan kapas itu.
"AAA! Sakiiiiit... hentikan itu!" teriakku.
"Itu salahmu karna tak berhati-hati.." kata bin.
"ugh.." kataku sambil mengipas-ngipas tanganku yang habis di bersihkan menggunakan alkohol.
Lalu bin menaruh obat ke luka ku setelah itu ia membalut luka ku.
"Sudah selesai.." kata bin sambil merapikan kotak P3K nya.
"Terimakasih bin.." kataku sambil tersenyum ke arahnya.
Lalu bin mengantarku ke apartemenku.
Aku masuk ke dalam.
"Eonnie.. kenapa kau lama sekali??" kata cella.
"Maaf cella.. aku di tahan oleh bin tadi.. oya bagaimana keadaan dojoon hyung?" kataku.
"Lukanya sudah lisa eonnie obati.." kata cella.
"Kalian berdua istirahat saja.. aku akan memberitahu yuju.." kataku.
"Baiklah eonnie.. jalja.." kata cella lalu segera masuk ke kamarnya.
"Oh lisa.. ada yang ingin ku berikan padamu.." kataku.
"Apa itu?" kata lisa bingung.
"Ini..apa kau bisa meminta tolong untuk meneliti benda ini pada temanmu yang bekerja di rumah sakit itu?" kataku sambil mengeluarkan sebuah pisau perak yang sudah ku bungkus dengan sapu tangan.
"Emm.. baiklah aku akan menghubunginya besok..jalja.." kata lisa lalu kembali ke kamarnya.