Aku melirik Seulgi, ekspresi yeoja itu berubah kesal ketika melihat kehadiran yeoja nyentrik tersebut. Kulihat lagi yeoja itu. Ia sama sekali tidak melirik Seulgi, melainkan ia menatapku sejak tadi. “Kau bicara padaku?”, gumamku menunjuk diriku sendiri. Baik Seulgi dan yeoja itu sedikit terkejut ketika mendengar ucapanku.
“Mworago? Kau pikir ada orang lain di sini?!”, balas yeoja itu kesal.
“Isseo! Ada adikku juga...jadi kupikir kau bicara padanya”, ujarku sambil menunjuk Seulgi. “Matchi?”, ujarku menatap Seulgi mencoba mencari pembenaran. Meskipun masih terlihat sedikit terkejut, namun bisa kulihat Seulgi tengah berusaha menahan tawa nya. Ia lalu mengangguk pelan. “Majayo...memangnya aku ini hantu sampai nona cantik ini tak bisa melihatku?”, balas Seulgi bernada sarkastik.
Kulirik yeoja itu yang terlihat kesal atas ucapan Seulgi. Namun ekspresi kesal itu perlahan berganti menjadi sebuah seringai licik. “Kau sungguh bermuka tebal….aku mengagumi keberanianmu muncul kembali hari ini setelah apa yang terjadi dua hari yang lalu….jika aku jadi dirimu, aku sudah pasti memilih untuk berhenti”, ujar yeoja itu dengan nada memprovokasi.
“Ya Kang Kyungri!”, seru Seulgi hendak membalas yeoja itu namun aku menahannya. Aku menatapnya memastikan bahwa aku baik baik saja. Lalu aku mengalihkan pandanganku pada yeoja bernama Kyung-ri tersebut. Kuperhatikan ia dari ujung rambut hingga ujung kaki termasuk bagaimana cara ia bicara padaku. Aku tak bodoh untuk bisa segera memahami bahwa yang di maksud “mimpi buruk” oleh Seulgi sebelum kami berangkat kemari, adalah yeoja ini.
“Wae? kenapa aku harus malu? Aku tak melakukan apapun...aku tak melakukan kejahatan”, ujarku santai meskipun sesungguhnya aku tak tahu apa yang kubicarakan.
Yeoja itu menatapku kesal, namun tak lama kemudian ekspresinya berubah manis ketika melihat sesuatu yang berada di belakangku. “Jogiyo…”, sebuah suara menginterupsi percakapan kami. Aku menoleh dan kulihat seorang namja berjaket denim biru muda dengan dalaman kaos oblong putih dan berkacamata menghampiri kami. “Jogiyo aku-”, pandangan kami bertemu dan detik berikutnya kami sama sama tersentak ketika melihat diri kami masing-masing.
“Kim...Seokjin?”
“Bae...Juhyun?”
Ucap kami bersamaan pada diri kami masing-masing.
- TO BE CONTINUED -