*Author pov
“Kau sedang tidak bercanda soal BlackGuard, bukan?”
“Mereka seharusnya hanya datang untuk mencariku. Maaf, aku tidak seharusnya menyentuhmu tadi, jadi sepertinya mereka sedang mencarimu juga.”
“Apa maksudmu??”
“Ingat saat aku membekap mulutmu di kampus agar aku bisa melanjutkan bicara? Dengan melakukan kontak fisik dengan manusia di bumi, memudahkan mereka untuk mengetahui keberadaanku. Semakin sering maka semakin mudah bagi mereka untuk menemukanmu bahkan kau juga.”
JiWon tertegun mendengarkan penjelasan JaeHyun, begitu pula JaeHyun yang hanya bisa tertunduk sembari menjelaskan semuanya kepada JiWon.
“Aku sudah membuatmu terlibat dengan dengan sesuatu yang lebih membahayakanmu.”
“Kalau begitu jangan menyentuhku lagi.”
“Hm?” JaeHyun mengangkat kepalanya, terkejut dengan reaksi JiWon yang tidak biasanya. “Kau… Tidak marah denganku?”
“Aku sudah cukup lelah marah denganmu sejak pagi tadi. Memangnya apa yang bisa kulakukan setelah semuanya terjadi?”
“Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyeretmu dalam masalahku.”
“Kalau memang semua yang kau katakan itu benar, mulai sekarang kuharap kau benar-benar melindungiku. Walaupun aku tidak tau sebenarnya kau ingin melindungiku dari apa atau siapa. Lebih cepat urusanmu di bumi selesai, lebih cepat juga kehidupanku kembali normal.”
“Tidak heran kalau kau merasa semua yang terjadi ini tidak normal. Aku berjanji semuanya akan kembali seperti semula seperti tidak terjadi apa-apa denganmu.”
JiWon melihat kearah wajah JaeHyun yang muram. JiWon tersenyum sekilas. “Aku sadar aku bukan satu-satunya yang terlibat dengan masalah sejak tadi pagi. Terlalu berlebihan apabila aku terus meperlakukanmu dengan buruk.”
“Aku tahu kalau kau sebenarnya sangat mengerti dengan semua yang kukatakan padamu. Kau sangat suka membaca cerita fantasi, jadi kupikir kau bisa membayangkan semua yang kuceritakan dengan imajinasimu. Ini tidak berbeda jauh dengan cerita fantasi, bukan?”
“Aku tidak mau membayangkannya. Kuharap kau bisa menyelesaikan masalahmu.” JiWon beranjak menuju ke kamarnya. Dia berhenti sebentar sebelum membuka pintu kamarnya, “Kau tidak punya kemampuan untuk membaca pikiran orang lain, kan?”
“Aku tidak bisa memiliki semuanya.” Jawab JaeHyun kemudian tersenyum tipis.
***
*JiWon pov
“JoonYoung-ah, maafkan aku ya. Aku sedang ada masalah, jadi tidak bisa membantumu hari ini di café.”
“Tidak masalah. Hari ini pengunjungnya tidak terlalu ramai. Aku bisa mengatasi sendiri bersama yang lain.”
“Hhhmm… Baguslah.”
“Memangnya apa yang terjadi denganmu?”
“Umm… Ini… Aku tidak bisa menceritakannya padamu, JoonYoung. Aku sangat ingin menceritakannya padamu, tapi aku tidak bisa.”
“Ahh… Baiklah, tidak apa-apa. Kau tidak perlu menceritakannya. Tapi kalau kau perlu bantuanku, katakan saja.” Oh? JoonYoung biasanya bisa terus memaksaku untuk menceritakan semua padanya. Mungkin saja dia memang mengerti kalau ini masalah yang sangat pribadi. Ah, sudahlah. Yang penting JoonYoung tidak perlu tau ini semua.
“Besok aku akan datang. Kebetulan aku libur.”
“Oh begitu? Baguslah, kebetulan ada reservasi gerombolan karyawan kantor besok. Jadi sepertinya memang aku akan membutuhkan bantuanmu hehe…”
“Tidak masalah. Aku akan datang besok.”
“Baiklah kalau begitu, JiWon-ah. Aku harus kembali bekerja sekarang.”
“Annyeong, JoonYoung-ah.” Aku pun menutup telfonnya.
Aku sangat ingin menceritakan semua ini kepada YeWon atau JoonYoung, atau siapapun. Aku tidak bisa. Semuanya akan terdengar sangat tidak masuk akal bagi mereka. Aku membenamkan wajahku di kedua tanganku.
Tok! Tok! Tok! Aku mengangkat kepalaku dan melihat kearah pintu kamarku.
“JiWon-ah, apa kau sudah tidur?” Akupun beranjak dari kasurku untuk membuka pintu.
“Kau masih disini?” Ternyata JaeHyun masih di apartemenku.
“Apa aku boleh masuk? Aku bosan, aku ingin bicara denganmu.”
“Apa? Kenapa kau tidak pulang?”
“Aku tidak punya tempat tinggal disini. Aku boleh menginap disini?”
“Di… Disini??” Aku menunjuk kebingungan kearah kasurku. Bagaimana bisa dia akan tinggal di apartemenku?? Bersamaku??
“Oh, tenang saja. Aku tidak akan tidur di kamarmu.” JaeHyun tersenyum sekilas untuk menenangkanku.
“Lalu?”
“Kau punya sofa yang nyaman. Aku bisa tidur disana. Lagipula aku bisa menahan BlackGuard kalau saja tiba-tiba mereka menemukan kita disini.”
“Oh… Baiklah kalau begitu.” Akupun mengangguk, terpaksa menyetujuinya. Arrggghhhh! Aku sudah tidak tau apa yang saat ini aku lakukan!
“Aku boleh masuk…?” Ulang JaeHyun.
Aku mengangguk, mengijinkannya. JaeHyun pun langsung berlalu menuju ke balkon kamarku. Aku menutup pintu dan mengikutinya dari belakang.
“Menurutmu, apa alasan seseorang jatuh cinta?”
“Cinta tidak mengenal dengan siapa kau jatuh cinta… Dimana saja… Kapan saja… Dan tanpa alasan…”
“Apa yang membuatmu mau mengikuti isi surat yang kuberikan padamu?” JaeHyun berbalik menghadapku dan tiba-tiba saja menatap mataku.
Aku sedikit salah tingkah karena dia seperti itu. “Aku hanya ingin tau siapa yang memberikannya padaku.”
“Aku akan melakukan apapun untuk orang yang aku cintai.”
“Apa?”
“Kau tau kalau aku jatuh cinta padamu.”
Aku hanya bisa terdiam menatapnya. “Jadi kau bisa membaca pikiran orang lain…?”
“Tidak…” Tiba-tiba saja JaeHyun melangkah lebih dekat denganku. Aku tidak bisa membantah kalau saat ini jantungku berdegup dengan kencang. Dia meraih tangannya kearah wajahku, tapi aku langsung menghindar.
“Kau tidak boleh menyentuhku.” Kataku, JaeHyun mengepalkan tangannya itu disamping wajahku sadar kalau dia tidak bisa menyentuhku.
“Tidurlah, sudah terlalu malam. Maaf aku mengganggumu.” JaeHyun berlalu dan membuka pintu kamarku bermaksud untuk keluar dari kamarku.
“JaeHyun-ah…” Oh? Apa yang kulakukan?? Tanpa sadar aku memanggilnya. JaeHyun berhenti diambang pintu tanpa berbalik melihatku. Aku terdiam karena masih terkejut karena tiba-tiba saja memanggilnya. Aku tidak tau mau bicara apa.
“Kau bisa mengatakannya kalau kau sudah siap mengatakannya. Tidurlah.” JaeHyun keluar dari kamarku dan menutup pintunya.
Aku berbaring di kasurku sambil menggigit-gigit kuku jariku dengan resah. Berbalik ke kiri, berbalik ke kanan. Rasanya kasurku sangat tidak nyaman malam ini.
***
*JaeHyun pov
Bagaimana bisa dia mencintai seseorang yang membawanya dalam bahaya. Bahkan aku tidak bisa melindunginya dari diriku sendiri. Dan bagaimana bisa dia mencintai seseorang yang terlihat bukan dari dunia nyata.
Aku membanting tubuhku ke sofa, mengusap wajahku dan menatap kosong ke langit-langit ruangan.
Mungkin aku terlalu bodoh untuk menentang hukum demi mengejar apa yang kuinginkan. Tapi kalau memang hukum yang menjadi taruhannya, aku akan menjalaninya. Greyvond melakukan hal yang sama dan aku bisa melihat dia masih hidup sampai saat ini. Aku yakin semua tidak akan selamanya seperti ini.