*Author pov (Blanchland)
Seorang penjaga baru saja keluar dari kamar Terrowin dan pergi menemui Tuan Aimster yang sedang makan siang bersama petinggi Blanchland lainnya.
“Tuan Aimster.” Penjaga itu memberi hormat sebelum bicara dengan Tuan Aimster, “Terrowin tidak ada di kamarnya. Dia sudah lebih dari 2 minggu dia tidak terlihat dimanapun.” Bisik penjaga itu kepada Tuan Aimster sementara yang lainnya memberikan pandangan curiga kepada mereka berdua.
Tuan Aimster menyudahi makan siangnya dan bersiap untuk meninggalkan tempatnya, “Lord Welden, aku harus meninggalkan acara makan siang ini sekarang jika kau persilahkan.”
Lord Welden mengangguk perlahan, mengijinkan Tuan Aimster pergi karena dia juga melihat ada sesuatu yang tidak beres dengan Terrowin. Dibantu dengan penjaganya, Tuan Aimster beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang makan. Sementara yang lainnya melanjutkan makan siangnya.
***
Pintu aula utama Lord’s Mansion tiba-tiba saja terbuka ketika Lord Welden beserta petinggi lainnya sedang berbincang. Dua orang penjaga menyeret masuk seseorang diikuti beberapa penjaga lainnya dibelakang.
Tidak lama setelah para penjaga pergi, Seorang Law Holder yang terlihat lebih muda dari Terrowin ikut hadir dihadapan Lord Walden, Vander . Orang yang diseret masuk itu tampak sangat ketakutan. Vander memberi hormat kepada Lord Walden sebelum menjelaskan apa yang terjadi.
“Emery, warga sipil. Tidak berkeluarga, memiliki toko ramuan-ramuan di daerah terpencil di kota. Terrowin kembali pergi ke bumi secara diam-diam. Emery diduga terlibat dalam hal ini dengan memberikan ramuan Black Ash untuk membantu Terrowin pergi ke bumi.”
“Kirim dia ke penjara bawah tanah sebelum dia menjalani hukumanya.” Perintah Lord Walden seketika setelah mendengar laporan dari Vander.
Vander memanggil kembali para penjaga untuk memenjarakan Emery di penjara bawa tanah. Seketika wanita setengah baya itu langsung menangis selagi para penjaga menyeretnya keluar dari ruangan itu. Selama Terrowin pergi, Vander yang mengambil alih tugas Terrowin sebagai Law Holder di Blanchland.
“Kirim BlackGuard dan bawa kembali Terrowin ke Blanchland.” Perintah Lord Walden lagi dengan raut wajah yang marah saat itu.
“Baik, Lord Walden.” Vander memberi hormat lagi sebelum meninggalkan ruangan.
***
“Hey, JiWon!” JiWon sedang makan siang bersama JaeHyun ketika David datang menghampiri mereka dan langsung duduk di sebelah JaeHyun. “Aku boleh bergabung, kan?” Tanya David yang langsung mulai menyantap makan siangnya tanpa menunggu jawaban dari JiWon. JaeHyun tidak menghiraukannya begitu juga JiWon yang hanya melihatnya sekilas lalu kembali melanjutkan makan.
David baru menyadari sesuatu dan berhenti menyuapkan makanan ke mulutnya, “JiWon-ah, kau tidak pernah bilang kau punya teman pria lain disini.” David menoleh kearah JaeHyun dengan semangat dan ingin menepuk pundaknya sambil berkenalan.
JaeHyun tiba-tiba saja menghindar saat tangan David hampir mendarat di pundaknya.
“Oh? Ada apa?” David kebingungan dengan sikap JaeHyun, “JiWon-ah, aku yakin tipikal pacarmu bukan seperti dia, kan? Kenapa dia sangat sombong? Apa dia cinta kebersihan sampai tidak mau orang lain menyentuhnya?” David meledek tingkah JaeHyun barusan didepan JiWon.
JaeHyun meletakkan garpunya, meneguk sedikit air dari gelasnya kemudian menoleh kearah David. JiWon yang menyadari situasi ini pun ikut berhenti menyantap makanannya.
“Kupikir kau perlu pergi ke toilet.” Kata JaeHyun terdengar sama sekali tidak terpancing dengan ledekan David barusan.
“What a pervert, man! JiWon-ah, sepertinya kau sudah berteman dengan orang yang salah.” David kembali meledek JaeHyun setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut JaeHyun.
“Hei! Apa yang terjadi?!” Tiba-tiba saja mangkuk sup yang berada didepan David jatuh dan menyiram pakaiannya.
“Kupikir kau perlu pergi ke toilet.” JaeHyun mengulangi kalimatnya tadi kemudian menyeringai puas melihat apa yang terjadi pada David.
“Apa kau yang melakukannya?” JiWon bertanya kepada JaeHyun dengan raut wajah kebingungan sekaligus curiga bahwa JaeHyun baru saja menggunakan kekuatannya untuk membalas David.
JaeHyun hanya mengangkat kedua bahunya dan bertingkah seperti bukan dia yang melakukannya.
David berdiri dari kursinya dengan kesal sambil sesekali menyingkirkan sisa-sisa bahan sup yang masih menempel di pakaiannya. “Dia seorang penyihir dan kau berteman dengannya?! Aku salah sudah menyukaimu sejak dulu.” David langsung pergi meninggalkan JiWon dan JaeHyun sambil sesekali menunjuk kearah mereka dan bicara kepada orang-orang di cafeteria “Jangan dekat-dekat dengan pria itu! Dia seorang penyihir!” JaeHyun dan JiWon bisa mendengarnya samar-samar dari kejauhan. Orang-orang yang berada di cafeteria pun tidak terlalu mempedulikan ucapan David dan hanya melanjutkan makan.
JiWon memasang wajah serius kepada JaeHyun, “Kau yang melakukannya?”
“Iya, aku yang melakukannya. Aku hanya memberinya pelajaran karena sudah menghinaku. Bukankah kau bilang dia menjijikan?? Jadi kupikir kau juga membencinya.”
“Jangan lagi menggunakan kekuatanmu di sembarang tempat.”
“Kenapa? Bahkan tadi tidak terlihat seperti aku sedang menggunakannya.”
“Apa yang terjadi barusan terlalu menarik perhatian banyak orang. Bagaimana kalau mereka tau kalau kau punya kekuatan aneh??” Jelas JiWon dengan suara yang lebih pelan namun tidak mengurangi kegeramannya kepada JaeHyun.
“Oh?? Jadi kau peduli denganku sekarang??” Tanggap JaeHyun yang membuat JiWon menarik kembali kepalanya yang semula sedikit mendekat kearah JaeHyun untuk berbisik.
“Apa? Aku? Hei! Aku hanya memperingatkanmu ya. Aku tidak mau kegiatanku di kampus terganggu kalau sampai orang-orang tau aku mengenal orang aneh sepertimu.”
JaeHyun tertawa sekilas, “Kalau begitu kenapa bicaramu gugup sekali?” JaeHyun pergi begitu saja meninggalkan JiWon sambil masih menertawainya.
“Eeerrrgghh..” JiWon buru-buru melihat wajahnya dari layar ponselnya memastikan apa wajahnya memerah saat itu.
***
*JaeHyun pov
“Tidak mungkin…” Aku terpaku dengan apa yang baru saja aku lihat dari kejauhan.
Aku baru saja melihat seseorang yang seharusnya tidak ada disini saat ini. Aku melihat orang itu berjalan mendekat kearahku. Dengan cepat aku langsung bersembunyi dibalik pohon besar di dekatku. Ini bukan waktu yang tepat untuk membuat masalah dengannya. Aku mendengar langkah kaki yang sangat dekat denganku dan terus berharap dia tidak menemukanku. Aku mengintip dari balik pohon dan mendapati orang itu ternyata sudah menjauh dari sini.
Aku menarik nafas lega dan duduk bersandar di pohon itu. “Ini bukan waktu yang tepat.” Aku tertunduk lesu dan mulai memikirkan apa yang harus aku lakukan.
1 jam kemudian…
Aku terbangun dan mendapati diriku masih duduk bersandar di pohon. Ternyata tadi aku tertidur. Tiba-tiba saja aku merasa kalau saat ini aku tidak bisa berkeliaran disini. Aku melihat beberapa pria dengan postur cukup atletis memakai setelah jas berwarna hitam sedang melihat keadaan sekitar taman kampus. BlackGuard, aku tau betul apa yang sedang mereka lakukan disini. Aku berusaha menenangkan diriku dan dengan langkah sedikit cepat aku meninggalkan area taman. Aku harus memastikan kalau mereka tidak bertemu dengan JiWon.
JiWon tidak terlihat dimana-mana. Area kampus ini terlalu besar, dimana seharusnya JiWon saat ini? Aku berkeliling dengan perasaan khawatir sambil sesekali melihat ke belakang untuk memastikan tidak ada BlackGuard yang sedang mengikutiku.
Aku memutuskan untuk mencari JiWon di gedung fakultasnya.
“Mahasiswa baru tidak seharusnya meninggalkan kelas di hari pertama.” Tiba-tiba saja JiWon muncul di belakangku.
“Sekarang bukan waktunya untuk memarahiku. Apa kau tidak ada kelas lagi setelah ini?” Bukan merasa lega, justru aku berubah panik setelah menemukannya
“Tidak ada.” Jawabnya dengan wajah polos.
“Baiklah kalau begitu. Kau harus pulang sekarang juga. Aku akan ikut denganmu.”
“Apa maksudmu?? Aku sudah memiliki janji dengan temanku hari ini.”
“Maafkan aku, tapi kau harus membatalkannya. Kau harus pulang. Aku akan menjelaskannya nanti.”
“Tapi..”
“Ingat apa tujuanku disini? Sebaiknya kau menurut.”