“Hyu Ra,kau harus datang ke press conference Donghae besok. Karena acara itu gratis, jadi kita harus datang pagi-pagi supaya bisa masuk. Kau tau kan kenapa? ‘The Power Of Elfish’ oke!” Aku menghela nafas setelah membaca pesan singkat yang dikirimkan Hye Jin di messenger handphoneku. Orang ini memang tidak ada matinya. Akupun meletakkan tasku di loker pegawai lalu bersiap-siap untuk bekerja.
Aku bekerja di sebuah coffe shop milik penyanyi terkenal juga yang bernama Cho Kyuhyun. Nama coffe shop ini adalah Kona Beans. Tempat ini tidak sepenuhnya milik Kyuhyun. Dia bersama beberapa temannya yang memiliki tempat ini. Tidak jarang Kyuhyun atau teman-temannya yang lain datang kemari untuk ikut membantu atau hanya sekedar mengontrol kami yang bekerja disini. Dan ketika mereka datang kemari, kalian tau sendiri apa yang akan terjadi dengan tempat ini. Fans mereka akan berkumpul riuh menjadi satu kerumunan sesak disini. Ada yang datang untuk membeli ada juga yang datang hanya untuk melihat idolanya atau sekedar mengambil foto idolanya. Dan saat itulah seluruh pegawai disini dibuat repot setengah mati.
Sebenarnya aku tidak pernah berpikir untuk bekerja di tempat usaha milik seorang selebritis, bahkan berpikir untuk bekerja disebuah coffe shop pun tidak. Ini semua terjadi akibat keisenganku bersama Hye Jin mengirimkam CV ke tempat ini beberapa bulan lalu, alhasil aku diterima di tempat ini untuk bekerja sedangkan Hye Jin ditolak dengan alasan tinggi badannya tidak memenuhi syarat dan penampilannya yang kurang menarik waktu itu. Aku antara senang dan terpaksa juga saat tau CV ku lolos.
“Jae Suk, kau bantu aku panaskan mesin kopi ya. Aku mau merapihkan tempat duduk dan membersihkannya dulu.” Kataku saat melihat teman kerjaku Jae Suk lewat dan belum mengerjakan apapun.
“Aku harus mengepel lantai, Hyu Ra.” Tolakknya sambil mengangkat tongkat pel untuk menunjukkannya padaku kalau dia harus mengerjakan sesuatu.
“Ayolah, Jae Suk. Sebentar saja. Kau hanya perlu menekan satu persatu tombol ON disana.” Aku memohon kepadanya sambil menautkan kedua telapak tanganku yang mengisyaratkan ‘kumohon~’
“Apa imbalannya untukku??”
“Heehhh.. Kau ini, tuluslah sedikit untuk menolong orang lain. Jangan mengharapkan imbalan setiap ada yang meminta bantuan.”
“Baiklah.. Baiklah..” Jae Suk pun menyandarkan tongkat pelnya di tembok lalu beranjak ke mesin kopi yang berderet.
“Terima kasih, Jae Suk! Aku akan membelikanmu tiket konser Girls Generation.”
“Benarkah???” Teriak Jae Suk dengan girang dari mesin kopi dihadapannya itu.
“Nanti, kalau aku sudah kaya raya.” Lanjutku yang langsung mematahkan harapannya.
“Cih! Dasar pemberi harapan palsu.”
Aku hanya terkikik geli mendengar ocehan-ocehannya karena aku mempermainkannya tadi.