Hari ini aku tidak tau kenapa aku merasa canggung saat berpapasan dengan Donghae. Dia sesekali menoleh kearahku tapi aku sebisa mungkin tidak melihat kearahnya. Tapi, tetap saja aku harus berinteraksi dengannya.
Ini adalah syuting hari terakhir. Kami kembali syuting di auditorium Universitas Inha. Disini seperti biasa, sutradara meminta seisi aula dipenuhi Elfish untuk meramaikan. Dan aku disuruh duduk di salah satu bangku di tengah penonton untuk menyaksikan penanmpilan Donghae di atas panggung. Akhir cerita film ini yaitu Ji Hyun datang ke konser terakhir Woo Hyuk sebelum Woo Hyuk mengakhiri karirnya sebagai pianis. Disini nanti aku dan dia akan berdiri di tengah-tengah tangga tribune, Woo Hyuk akan mengecup kening Ji Hyun lalu memeluknya.
“Wanita itu kan yang terlibat skandal dengan Donghae oppa.” Tiba-tiba seorang remaja wanita dan teman-temannya yang duduk di depanku membicarakanku sambil melirik-lirik kearahku.
“Sigh~ Aku tidak mau dia menjadi kekasih Donghae oppa.” Kemudian kata seseorang lagi dibelakangku.
Rasanya aku seperti domba betina diantara serigala kelaparan. Duduk disini seorang diri dan sekelilingku hanya mencaci-makiku. Aku bahkan takut untuk bergerak. Semoga saja saat Donghae memelukku diantara ribuan fans nya tidak ada yang menjambak rambutku atau bahkan memukuliku.
“Ehm.. Syuting sudah dimulai lagi.” Kataku dalam hati, seisi ruanganpun berteriak saat Donghae naik keatas panggung. Aku hanya diminta untuk tersenyum dan bertepuk tangan sedikit.
Donghae pun mulai menggerakkan jari-jarinya memainkan sebuah lagu dengan pianonya. Aku hanya menikmatinya. Sesaat aku jadi teringat saat dia memainkan lagu ciptaannya didepanku.
“Ini adalah pertunjukkan terakhirku. Dan pertunjukan terakhir ini aku persembahkan untuk Ji Hyun, wanita yang sangat kucintai.” Donghae dengan lancar mengucapkan dialognya. Kemudian dia turun dari panggung dan berjalan ke tengah tangga tribune penonton.
Ini saatnya. Aku juga harus berdiri menghampiri Donghae di tengah sana. Teriakan ribuan orang di dalam ruangan ini semakin kencang. Aku tidak peduli ada yang menatapku tajam atau apapun. Aku harus menyelesaikan film ini dengan baik sama seperti saat aku memulainya.
Aku mengangkat kepalaku, Donghae sudah menatap mataku terlebih dahulu. “Tatapannya sama seperti kemarin saat dia mengungkapkan perasaannya padaku.” Kataku dalam hati. Aku hanya diam. Ya, karena di naskahnya aku hanya perlu diam.
“Saranghaeyo...” Dia kemudian mengecup keningku dan memelukku erat.
“Nado saranghaeyo...” Aku membalas pelukannya.
Seluruh penonton bertepuk tangan melihat adegan ini. Aku yakin dalam hati mereka ingin sekali rasanya mencabik-cabik wajahku. Tapi, ambil sisi positifnya. Ini hanya film, harusnya kalau mereka berpikir jernih pasti mereka mengerti ini hanya akting.
“CUT!! Bagus!” Tiba-tiba saja sutradara Kim berseru dari kejauhan dan mengacungkan ibu jarinya tanda adegan yang kami lakukan sudah bagus. “Selamat! Syuting kita sudah selesai! Kalian hebat!”
***
Aku sedang berjalan di halaman universitas menuju mobil bersama Hye Jin. Aku juga melihat Donghae yang sedang menyapa fans-fans nya dari kejauhan. Hari ini tidak banyak Elfish yang menunggu di luar gedung universitas. Para kru masih sibuk merapihkan alat-alat yang dipakai selama syuting film ini.
“Donghae awas!!!” Teriak salah satu kru.
“Aarrgghhh!!”
“Donghae?!” Aku terkejut dan berlari kearah Donghae bersama Hye Jin saat melihat dia terjatuh. Dia baru saja tidak sengaja menabrak kamera perekam beserta penyanggahnya yang tidak terpasang dengan kuat. Kamera yang cukup berat itu terjatuh dan menghantam telapak tangan Donghae.
“Donghae, kau terluka?!” Tanyaku saat aku berlutut disampingnya. Jujur saja aku sangat khawatir kalau sampai terjadi apa-apa dengannya.
“Tanganku... Sakit.. Sekali..” Dia hanya merintih kesakitan sambil terus memegangi telapak tangannya. Kru yang melihat kejadian ini pun segera memanggil Donghwa dan tidak berapa lama pun Donghwa datang.
“Apa yang terjadi??” Donghwa datang dan langsung panik melihat Donghae yang sudah terjatuh.
“Tidak ada waktu untuk menjelaskannya. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit.” Kataku yang membantu Donghae berdiri. Donghwa ikut membantu dan langsung memapah Donghae ke mobilnya lalu dengan cepat mobil itu melesat ke rumah sakit.
***
Aku berjalan dengan langkah cepat menuju ruangan pemeriksaan tempat Donghae ditangani saat ini. Aku duduk menunggu di luar ruangan dengan cemas. Hye Jin tidak bersamaku saat ini, dia sedang ada urusan kuliah yang harus diselesaikan.
Setelah setengah jam aku mengunggu tanpa ada kabar apa-apa, akhirnya Donghae keluar dari ruang pemeriksaan bersama Donghwa dan beberapa dokter yang menanganinya. Aku mendengar salah seorang dokter mengatakan sesuatu.
“Butuh waktu yang sangat lama untuk memulihkannya.” Hm? Aku melihat beberapa jari tangan kiri Donghae dibalut dengan perban dan gips. Patah??
“Hyu Ra, kau disini?” Donghae mendapatiku duduk di luar tempat dia ditangani.
“Jari tanganmu... Patah?” Tanyaku yang sejak tadi memperhatikan perban di tangannya.
“Uhm... ini... ” Donghae sulit untuk menjawabnya, dia hanya menatap miris kearah tangannya itu.
“Kau bodoh...” Wajahku memanas. Aku merasakan ada yang berat dimataku.
“Hyu Ra.. Kenapa.....”
“Kenapa bisa-bisanya ini semua terjadi?” Aku terisak. Aku tau saat ini dia bingung melihatku menangis di depannya.
“Hyu Ra.. Kau kenapa seperti ini? Aku baik-baik saja.” Kata Donghae untuk menenangkanku. Dia saat ini sangat bingung melihatku tiba-tiba menangis di hadapannya.
Aku tidak tahan melihatnya. Aku berlari pergi meninggalkannya sambil menghapus air mataku.
“Hyu Ra!!”
“Jangan mengejarnya.” Donghwa melarangnya untuk mengejarku.
Bagaimana bisa baik-baik saja?? Apa dia tidak memikirkan apa akan terjadi nanti kalau tangannya seperti itu?! Tanpa dia jelaskanpun aku sudah tau hanya dengan melihat jari manis dan kelingkingnya dipasang gips seperti itu. Walaupun itu hanya jari tangan, itu butuh waktu lama untuk menyembuhkannya.
***
TING TONG! TING TONG!
“Siapa yang bertamu semalam ini?” Gumamku sambil berjalan kearah pintu apartemenku untuk membukanya.
“Hyu Ra..” Aku melihat Donghae sudah berdiri di hadapanku. Aku tidak langsung menyuruhnya masuk. “Kau baik-baik saja?”
“Kenapa kau kemari? Mana hyungmu?” Tanyaku dengan nada datar.
“Aku menyuruhnya pulang.”
“Masuklah.” Aku melangkah dengan malas kembali duduk di sofaku dan memperhatikan Donghae yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepadaku.
“Kau mau mengatakan apa padaku? Katakanlah. Aku akan mendengarkannya.”
“Tadi, kenapa kau menangis saat di rumah sakit? Apa kau mengkhawatirkanku??”
Aku menangis dihadapannya sebelum menjawab pertanyaanya.
“Kau menangis lagi... Berarti kau benar-benar mengkhawatirkanku??”
“Bagaimana tidak??” aku menjawabnya di sela tangisanku. “Bagimu mungkin aku terlalu berlebihan mengkhawatirkanmu sampai seperti ini. Maafkan aku tidak menghiraukanmu sejak kau mengatakan kalau kau menyukaiku.”
“Jangan menangis seperti itu...” Donghae merasa bersalah melihatku menangis di depannya. “Aku tidak menyalahkanmu atas itu semua.”
“Aku tidak berani melihatmu bahkan bicara denganmu. Aku sangat bingung saat kau menyatakan perasaanmu padaku. Dan saat kau menciumku tiba-tiba. Ditambah lagi aku masih belum sepenuhnya sembuh waktu itu.”
“Aku tidak apa-apa. Kau jangan seperti ini. Aku masih hidup.”
“Bagaimana kau melanjutkan tur dengan kondisi tanganmu yang seperti ini??”
Donghae menghela nafas berat saat mendengarku menanyakan hal itu.
“Tur ku...”
“Kau pianis, bagaimana bisa kau bermain piano lagi??”
“Setelah direktur Shin mengetahui kecelakaan yang menimpaku ini, dia memutuskan untuk menghentikan tur ku.”
“Menghentikannya begitu saja??”
“Lantas memang bisa apa lagi?? Butuh 1 bulan untuk menyembuhkan jari tanganku. Kami tidak bisa mengundur jadwal konsernya. Pilihan satu-satunya hanyalah menghentikannya.” Donghae terlihat frustasi menjelaskannya padaku.
“Kenapa kau tiba-tiba menjadi sangat perhatian padaku?” Tanyanya karena melihatku hanya diam saja menatap kosong kearah dinding apartemenku.
“Aku...”
“Kau mencintaiku juga?? Benar begitu?”
Dalam keadanku yang masih menangis, aku langsung memeluknya dengan erat. “Aku mencintaimu, oppa..”
“Kau... Memanggiku ‘oppa’??” Dia terkejut karena baru kali ini aku memanggilnya ‘oppa’ dan tangisanku semakin menjadi saat dia membalas pelukanku dan membiarkanku menangis di pelukannya.
“Aku takut terjadi apa-apa denganmu..”
“Aku akan baik-baik saja selama kau ada disampingku. Kau jangan menangis lagi, aku tidak suka melihat wanita menangis di depanku seperti ini.” Donghae melepaskan pelukannya lalu menghapus air mataku dengan tangan kanannya lalu tersenyum lembut padaku untuk lebih menenangkanku.