home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Melodies Of Love

Melodies Of Love

Share:
Author : leenov
Published : 08 Aug 2016, Updated : 11 Aug 2016
Cast : Lee DongHae (Super Junior), Lee DongHwa (Donghae's Brother), Kim HyuRa (by Author), Song HyeJin
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |6095 Views |0 Loves
Melodies of Love
CHAPTER 11 : CHAPTER 11 (END)

Tanggal 15 April.. Ini adalah hari ulang tahunku. Sebelumnya ayahku yang saat ini berada di Jepang menelfonku dan mengucapkan selamat ulang tahun kepdaku. Kami mengobrol cukup lama. Ayah belum bisa pulang dalam tahun ini maupun tahun depan. Dia sedang sibuk-sibuknya mengurus bisnis hotel dan resort tradisional disana. Sedangkan Hye Jin baru tadi pagi datang ke apartemenku membawakan kue ulang tahun dan mengadakan perayaan kecil disini. Dia memberiku hadiah boneka teddy bear setinngi satu meter yang kuinginkan sejak dulu. Dulu aku pernah meminta ayahku untuk membelikannya tapi dia malah menyuruhku membelinya dengan uang hasil kerja kerasku sendiri. Ayah memang begitu, tidak mau sembarangan mengeluarkan uang. Bukannya pelit, tapi dia selalu mengajarkanku untuk berusaha sendiri untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Selagi bisa, jangan mengharapkan keringanan dari orang lain.

Malam ini aku akan memenuhi undangan Donghae. Dia memintaku untuk datang ke gedung pertunjukan di Busan. Dia akan membawakan sebuah lagu untukku sebagai hadiah ulang tahun darinya. Aku sangat senang, akhirnya aku bisa melihatnya bermain piano. Sejak aku menerimanya sebagai kekasihku, dia memintaku untuk tidak membahas mengenai kondisi tangannya karena hanya akan mengingatkannya pada tur nya yang dihentikan begitu saja. Itu membuatnya sangat bersalah kepada fans-fans nya yang sudah mengharapkan dia mengadakan konser di negara lainnya. Jadi, sebisa mungkin aku membahas hal lain setiap bertemu dengannya.

***

Sampai di Busan, aku masuk ke dalam salah satu ruang pertunjukan yang Donghae beritahukan padaku semalam. Sebelum masuk, aku melihat di pintu tertempel secarik kertas yang ditulis tangan. “Bukalah pintu ini, kau akan temukan petunjuk lain.” Begitulah yang tertulis di kertas itu. Baiklah, aku akan mengikuti petunjuknya. Sepertinya Donghae yang membuat ini.

Setelah aku masuk ke dalam, aku hanya mendapati ruangan pertunjukan ini gelap dan hanya ada beberapa cahaya yang menyoroti beberapa kertas kecil yang di tempel di beberapa bangku penonton. Karena aku masuk dari pintu paling atas, jadi aku mengambil kertas pertama yang tertulis angka 1 di sudutnya. “Turuni 2 anak tangga dan baca kertas berikutnya.”

Aku menuruti apa yang tertulis di kertas itu lagi kemudian aku menuruni 2 anak tangga dan menemukan sebuah kertas lagi yang disoroti lampu lalu aku membacanya lagi. “Aku tidak sedang mempermainkanmu. Turuni 10 anak tangga, kemudian pejamkan matamu selama 3 detik. Setelah 3 detik, bukalah matamu.” Baiklah, baiklah akan kuturuti lagi.

Kemudian dengan perlahan aku menuruni anak tangga satu persatu sambil menghitungnya. Ruangan ini sangat gelap jadi aku tidak bisa melihat anak tangganya, aku hanya bisa meraba-rabanya dengan kakiku. Ini sudah anak tangga ke sepuluh. Disinikah aku harus berhenti? Baiklah, lalu aku memejamkan mataku selama 3 detik. 1.. 2.. 3.. lalu akupun membuka mataku setelah 3 detik.

“Saengil chukae.” Aku terpana saat aku membuka mataku. Tiba-tiba saja Donghae sudah berdiri di depanku sambil tersenyum dengan setangkai mawar yang sedang dipegangnya. Begitu juga dengan ruangan ini, cahaya lampu hanya fokus menyoroti panggung yang diisi dengan sebuah piano besar berwarna putih.

“Ini untukmu.” Donghae memberikan mawar yang dipegangnya kepadaku. Aku menerimanya sambil tersenyum. “Kau hari ini cantik sekali.” Pujinya. Akupun tersipu malu dihadapannya.

“Gomawoyo, Donghae oppa.” Aku melihat kearah tangan kirinya. Perbannya masih ada, tapi gips nya sudah dilepas sepertinya. “Jari tanganmu sudah sembuh?” Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya walaupun dia melarangku. Bagaimanapun juga aku ingin tau keadaanya.

“Jari tanganku...” Dia melihat jarinya sekilas sebelum akhirnya menjawab. “Ini sudah sembuh.”

“Lalu kenapa masih diperban??”

“Ada luka goresan. Jadi masih harus diperban.”

“Oh, begitu.” Tapi raut wajahnya tidak mengatakan seperti itu.

“Ehm, aku akan memainkan sebuah lagu untukkmu.” Donghae langsung menarikku keatas panggung untuk duduk di sebelahnya di depan pianonya.

“Kali ini kau mau memainkan lagu apa?”

“Because I Love You karya Yiruma. Pianis favoritku.”

Pianonya pun mulai berdentum dengan lembut. Aku memperhatikan setiap gerakan jari-jarinya saat menekan tuts-tuts piano. Dia adalah pria paling romantis yang pernah kutemukan. Aku suka caranya bermain piano. Dia sangat menghayati nada yang dimainkannya.

“Akh..!” Tiba-tiba saja dia berhenti memainkan pianonya sebelum lagunya selesai. Aku sedikit terkejut dan mendapati dia sulit menggerakkan telapak tangan kirinya. Tapi, dia masih berusaha keras untuk menyelesaikan lagunya. Aku bisa mendengar dia merintih menahan sakit.

“Hentikan. Kau belum sembuh kan?” Tanyaku dengan raut wajah sedih. Wajahku mulai memanas. Tapi, dia tidak menghiraukanku dan terus menggerakan jari-jarinya memaksakan untuk menyelesaikan lagunya walaupun beberapa kali berhenti sesaat sebelum melanjutkannyua.

“Oppa... Sudah, hentikan!” aku menggengam tangannya yang tadi masih berusaha menekan satu-persatu tuts piano. tubuhku bergetar, aku menggigit bibir bawahku lalu akhirnya menangis.

                Donghae berhenti melanjutkan lagu yang dimainkannya. Dia menundukkan kepalanya disampingku.

                “Aku hanya ingin memberikan hadiah yang indah untukmu di hari ulang tahunmu ini. Tapi, luka di tanganku ini belum cukup sembuh untuk memberikanmu hadiah itu.” Dia menyalahkan dirinya sendiri didepanku.

                “Kenapa kau tidak katakan saja kalau kau belum sembuh? Kau tidak perlu seperti ini hanya untuk membuatku senang.” Aku menatapnya dengan sedih walaupun dia masih tertunduk. Dia harusnya tidak perlu memaksakan diri seperti ini.

                “Aku hanya ingin menepati janjiku.” Dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan tatapan sangat menyesal.

                Aku hanya balas menatapnya sambil masih mengeluarkan air mataku.

                “Maafkan aku sudah mengecewakanmu. Kurasa hadiah dariku adalah hadiah terburuk selama ulang tahunmu. Anggap saja ini tidak pernah ada.” Donghae pun beranjak dari tempat duduknya akan pergi dari sini.

Aku menggelengkan kepalaku. “Jangan pergi..!” aku menahan pergelangan tangannya dan memeluk tangannya. Aku tidak mau dia pergi meninggalkanku disini.

Donghae membalikan tubuhnya dan kini berdiri dihadapanku yang masih duduk sambil menangis. Dia menghela nafas sekilas. Aku menatapnya, dia juga menatapku dengan tatapan bersalah.

“Jangan menangis...” Aku merasakan tangan kirinya bergetar berusaha mengusap mataku.

“Oppa, cukup. Kau hanya akan membuat tanganmu semakin terluka.” Aku memegang perlahan kedua tangannya dan menurunkannya dari wajahku. “Jangan membuatku semakin sedih. Aku tidak kecewa sedikitpun dengan apa yang kau berikan padaku hari ini. Aku menghargai kau yang sudah berusaha membuatku senang di hari ulang tahunku ini. Tapi, untuk apa aku senang kalau pada akhirnya kau yang sakit sekarang?”

“Melodies Of Love... Itulah yang ingin kuberikan untukmu.”

“Usahamu untuk memberikannya padaku adalah melodi paling indah yang bisa kurasakan.”

“Aku sangat bersyukur wanita sepertimu adalah wanita yang menjadi kekasihku. Aku mencintaimu, Hyu Ra...” Donghae membantuku berdiri dan menarikku dalam pelukannya. Aku bisa mendengar jantungnya berdebar saat memelukku.

Aku merasakan pelukkannya seperti tidak membiarkanku pergi darinya. Aku ingin terus berada di sisinya, dalam pelukannya. Karena aku mencintainya.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK