home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Moonlight

Moonlight

Share:
Author : atanasiarefa
Published : 12 Jun 2016, Updated : 02 Sep 2016
Cast : Kim Taehyung (BTS) - Kwon Eunhwa (OC) - Kim Minjae
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |2083 Views |2 Loves
Moonlight
CHAPTER 8 : Eomeoni (Mother)

Entah ada apa aku bangun sepagi ini. Aku melirik jam dinding dan jam menunjukkan pukul lima pagi. Entah ada apa juga aku memutuskan untuk mandi. Selesai mandi aku membuka laptop dan mencari beberapa barang menarik lewat online shop. Tanpa sadar aku sudah senyum-senyum sendiri, lebih tepatnya nyengir bego, begitu melihat beberapa fashion menarik dengan harga yang… lumayan mahal. “Tapi lucu,” aku bergumam begitu muncul dilema antara beli atau tidak karena baru saja aku mendapat gaji bulan ini.

Kemudian aku baru ingat tentang Sojin. Buru-buru aku membuka e-mail dan benar saja, Sojin mengirimku e-mail dua hari yang lalu. “Aisssh… aku terlambat membacanya,” ujarku membuka pesan Sojin:

 

“Annyeong, Chagiyaaa~~Neomu neomu bogoshipoyeo! Kamu baik, kan di sana? Aku baru saja mendapat pekerjaan baru di sini. Aku bekerja di restoran lagi, sih, tapi restorannya lebih besar dari restoran kita. Kau tah? Aku lupa bahasaku sendiri, aku sedikit kesusahan bicara dengan bahasa Jepang T_T

Bagaimana pekerjaanmu di sana? Bagaimana dengan cowok itu?”

 

Aku tertawa dan membalas e-mailnya:

 

“Yah~ maaf aku baru membuka e-mail mu, kau tahu, kan aku jarang membuka e-mailku sendiri? Hehe… Oh ya? Nama restorannya apa? Restoran makanan khas apa? Aisssh… Kamu bagaimana, sih, bahasa sendiri bisa lupa? Salahmu sendiri sih, sewaktu di Korea kau selalu menolak untuk ikut kursus Bahasa Jepang t(- __ -t)

Kau tahu? Cowok baru itu sekarang jadi karyawan baru di restoran kita. Namanya Taehyung, Kim Taehyung. Dia kerja sebaagi penjaga kasir, kemarin malam kami mengadakan perayaan kecil menyambut kedatangannya.

 

Aku pun mengirimnya beserta beberapa fotoku dengan Taehyung, juga dengan seluruh karyawan. Aku kembali mencari beberapa barang di online shop selama kurang lebih lima belas menit sebelum mematikan laptop dan mengambil kucing peliharaanku yang kubeli dua minggu yang lalu dari kandangnya. Kucing betina berbulu putih dan abu-abu ini kurasa sudah bangun lebih dulu daripada aku dan mulai merasa bosan terus menerus di dalam kandang. Ketika kugendong dia langsung menggosok-gosokkan badannya pada dada dan lenganku.

“Kita jalan-jalan?” aku bergumam padanya.

Aku pun memakai jaket dan memasukkan kucingku ke dalam sehingga hanya kepalanya saja yang terlihat. Aku pun berjalan mengelilingi kompleks. Saat sedang asyik berjalan sambil menikmati udara pagi, tiba-tiba aku mendengar suara laki-laki berteriak: “AWAS!”

Aku menoleh dan melihat seorang laki-laki dengan sepeda motornya dan benar-benar melaju ke arahku. Aku sempat berteriak dan langsung menghindar dari sepeda motor yang hampir saja menabrakku. Jantungku berdegup kencang, hampir saja aku tertabrak dan bisa saja cidera.

Aku melihat laki-laki itu menghentikan mesinnya dan berlari menghampiriku setelah melepas helmnya. “Kau tidak apa-apa?” dia bertanya ketika berada di hadapanku sambil memegang bahuku.

Aku mengangguk. “Iya, hanya terkejut.”

Jeongmal mianhae!” dia berkali-kali membungkukkan badan.

“Ah, tidak apa-apa,” aku berujar. “Hanya saja, kurangi kecepatanmu.”

“Maaf, aku terburu-buru.”

Aku tersenyum kecil dan mengangguk. “Tidak masalah.”

Dia balas tersenyum. “Aku… aku harus pergi sekarang. Sekali aku minta maaf.”

Arraseo. Ummm… hati-hati di jalan.”

Dia mengangguk dan melambaikan tangan setelah membungkukka badan lalu kembali mengendarai sepeda motornya sementara aku kembali melanjutkan langkahku mengelilingi kompleks rumah.

 

***

 

“Yay! Kita ke Lotte World!” Taehyung melompat kegirangan ketika kami dalam perjalanan menuju halte siang ini. Kami sebentar lagi akan bersenang-senang di Lotte World!

Kami pun duduk di halte dan menunggu bus kami datang.

Ketika kami sedang asyik berbincang, tiba-tiba ponselku kembali berbunyi. Aku mengambil ponsel dari dalam tas dan melihat siapa yang memanggil. “Hyosuk Oppa?” aku bergumam. “Yeoboseo?

“Eunhwa, kau di mana?” Hyosuk bertanya.

“Aku pergi dengan Taehyung.” Aku menoleh ke arah Taehyung. “Waeyo?

Eomma masuk rumah sakit!”

“APA?!” aku berseru dan berdiri. “Kau serius?!”

“Iya, sekarang ada di Sungnam Cancer Hospital.”

Aku bingung dengan kata ‘kanker’ darinya. “Rumah Sakit Kanker?”

“Iya. Jika kau tidak keberatan, jenguklah Eomma sekarang. Dia… dia mencarimu.”

Dadaku terasa sesak begitu aku memiliki spekulasi bahwa Eomma mengidap kanker. “A… Arraseo. Kami akan ke sana. Terima kasih.”

Panggilan terputus.

“Ada apa?” Taehyung bertanya.

Eomma masuk rumah sakit,” jawabku. “Kurasa rencana kita batal hari ini.”

Taehyung mengangguk. “Kita jenguk Eomma sekarang.”

Beberapa menit kemudian, bus datang dan kami langsung menuju rumah sakit.

“Taehyung Oppa?” aku memanggilnya setelah selama beberapa saat kami terdiam.

Dia menoleh ke arahku. “Hmmm?”

“Bagaimana kalau Eomma ternyata mengidap kanker?”

Taehyung merangkul pundakku. “Kita harus berpikir positif dulu. Oke?”

Aku mengangguk dan menyandarkan kepala pada bahu Taehyung, benar-benar menghkawatirka keadaan Eomma. Eomma adalah orang pertama yang membantuku bekerja di hari pertamaku bekerja di sana tiga tahun yang lalu. Aku tinggal sendiri di Seoul dan Eomma sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri.

Begitu kami sampai di rumah sakit, kami langsung menuju kamar di mana Eomma berada. Kami mengetuk dan pintu dibuka oleh Hyosuk. Di dalam sudah ada beberapa rekan kerjaku. “Oppa?” aku memanggil Hyosuk.

Eomma mencarimu,” ujarnya.

Aku menoleh, menatap ke arah ranjang di mana Eomma berbaring. Aku berjalan ke arahnya dan dia terlihat sangat kurus. Dia bernafas perlahan-lahan. Aku memegang tangannya dan memanggilnya, “Eomma?”

Perlahan kedua matanya terbuka. Dia tersenyum lemah ke arahku. “Hai, Eunhwa.”

Aku tersenyum dan mencoba menahan air mataku. “Eomma sakit apa?”

Eomma terkena kanker payudara stadium akhir,” Hyosuk menjawab.

Aku dan Taehyung langsung menatapnya dengan terkejut. “Apa?!”

Aku menoleh ke arah Eomma yang benar-benar tidak berdaya sekarang. Aku memegang tangannya dan dia bisa dengan jelas melihatku menangis di hadapannya. “Kenapa Eomma tidak pernah bilang pada kami semua?” aku bertanya.

“Aku hanya ingin melihat anak-anakku giat bekerja, giat bekerja tanpa mengkhawatirkan keadaanku,” Eomma menjawab. “Dan kurasa sekarang waktu yang tepat untuk kalian tahu tentang keadaanku. Aku hanya tidak ingin mengganggu pekerjaan kalian di dapur.”

 

Tak terasa dua jam sudah terlewati.

“Permisi,” suster tiba-tiba sudah muncul di pintu. “Waktu menjenguk sudah hampir habis. Kami minta untuk segera meninggalkan kamar dan membiarkan pasiennya beristirahat. Terima kasih.”

Semua pun memutuskan untuk pulang. Mereka berpamitan pada Eomma, mendokannya kemudian keluar dari kamar, diantar oleh kedua anak laki-laki Eomma. Mereka meninggalkan aku, Taehyung dan Eomma.

“Eunhwa,” Eomma memanggilku.

Aku menoleh dan bergegeas mendekatinya. “Iya?”

Tangan kanannya memegang tanganku sangat erat. “Aku hanya ingin kau tahu, aku sudah menganggapmu sebagai anak perempuanku sendiri. Aku hanya ingin kau selalu menjaga dirimu baik-baik,” dia berkata.

Aku tidak bisa menahan air mata dan tidak bisa berhenti berpikir bahwa tidak lama lagi Eomma akan pergi. Aku menyeka air mata dan Eomma tersenyum. “Jangan sampai senyummu hilang, jangan sampai senyummu pudar, Nak. Kondisi seberat apapun, tetaplah kuat dan tersenyum.”

Aku menangis sambil menggenggam tangannya. “Baik, Eomma.”

Eomma beralih menatap Taehyung. “Taehyung-shi.”

Taehyung menoleh, tampak terkejut karena Eomma memanggilnya. Dia berjalan ke arah Eomma. “I… Iya?”

Kini tangan kirinya menggenggam tangan Taehyung. Eomma tersenyum pada pemuda di sampingnya. “Taehyung-shi,” dia memanggilnya. “Selamat datang di restoran kami.”

Taehyung tersenyum ke arahnya. “Terima kasih, Eomma.”

“Maaf, aku tidak bisa hadir di pesta penyambutanmu,” Eomma berkata.

“Ah, tidak masalah, Eomma,” Taehyung mengelus tangan Eomma.

“Taehyung-shi, aku ingin kau menjaga Eunhwa sebaik mungkin. Aku sudah sering merawatnya dan sekarang aku ingin kamu giliran menjaganya.”

Taehyung menghela nafas dan dia melirikku, seperti aku sudah meliriknya.

“Aku ingin kalian saling menjaga satu sama lain di sini. Bangun dan jalin sebuah persahabatan atau hubungan yang baik, bertemanlah baik, juga dengan karyawan yang lain. Aku yakin kalian bisa melengkapi satu sama lain.”

“Baik, Eomma,” jawab Taehyung tegas.

Eomma tersenyum kemudian memegang kedua sisi wajah Taehyung kedua kedua tangan rentannya. Taehyung menunduk dan membiarkan Eomma mengecup kepala dan dahinya. Kini giliran Eomma memegang wajahku dan mencium dahi serta kepalaku.

Saranghae, Eomma,” aku memeluknya.

Nado saranghae, Eunhwa-ah,” dia menjawab sambil menepuk punggungku. “Sekarang kalian pulang. Lanjutkan kegiatan kalian.”

Taehyung merangkul pundakku. “Kami pamit, Eomma.”

Eomma tersenyum dan melambaikan tangannya. Kami melambaikan tangan dan pergi.

 

Sekarang aku dan Taehyung berada di salah satu kafe. Kami hanya memesan segelas kopi namun tidak satu dari kami yang meminumnya. Kami terdiam, masih teringat pesan yang Eomma berikan. Aku sangat khawatir jika Eomma akan pergi sebentar lagi jika melihat keadaannya yang sangat rentan dan kanker yang dia derita sudah memasuki stadium empat.

Aku menunduk dan menangis.

Taehyung memegang dan mengelus kepalaku.

“Kita hanya bisa mendoakan Eomma,” Taehyung berujar.

Aku terdiam namun terisak. Belum lama aku kehilangan Jeongmin dan aku tidak ingin giliran Eomma yang meninggalkanku.

“Aku ingin pulang,” aku berujar.

Taehyung mengangguk lalu kami kembali ke rumah.

 

***

 

Keesokan harinya…

Jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi dan aku sudah terbangun sejak satu jam yang lalu.

Pagi-pagi buta begini aku sudah memutuskan untuk berjalan, pergi ke rumah Taehyung. Ketika berjalan ke sana, ternyata Taehyung juga sudah keluar dari dalam rumah. Kami terdiam selama beberapa saat, saling memandang dari kejahuan. Tanpa sepatah kata, kami tahu apa maksud kami masing-masing. Kami saling mendekat dan Taehyung langsung memelukku.

Eomma…” aku berbisik sambil meneteskan air mata.

“Dia sudah tenang di sana,” Taehyung menenangkanku, mempererat pelukannya.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK