home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Moonlight

Moonlight

Share:
Author : atanasiarefa
Published : 12 Jun 2016, Updated : 02 Sep 2016
Cast : Kim Taehyung (BTS) - Kwon Eunhwa (OC) - Kim Minjae
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |2083 Views |2 Loves
Moonlight
CHAPTER 7 : First Full Moon

“Selamat malam, semuanya! Terima kasih atas pesta kecilnya! Aku janji akan bekerja keras dengan kalian!” seru Taehyung ketika kami semua keluar dari restoran dan siap untuk pulang ke rumah masing-masing.

“Tidak masalah!” mereka berseru dan kami melambaikan tangan. “Selamat hari Sabtu! Kita ketemu lagi hari Senin!” kami pun berpencar, pergi dengan tujuan masing-masing.

Sudah menjadi kebiasaan baru aku dan Taehyung pulang dan berangkat kerja bersama-sama karena rumah kami berdekatan.

“Kau sudah mau pulang?” aku bertanya pada Taehyung.

Taehyung menggeleng. “Kamu?”

Aku juga menggeleng.

“Jadi, ke mana kita sekarang?”

Aku berpikir. “Ummm…”

“Lotte World?” dia memberi usul dan nadanya terdengar begitu ceria.

Aku langsung menatapnya dengan mata terbelalak. “Kau serius? Lotte World?”

“Iya! Lotte World!” dia melompat-lompat.

“Ummm…” aku berpikir selama beberapa saat. “Bagaimana kalau besok saja?”

“Oh? Oke, tidak masalah,” ujarnya. perlahan senyumnya memudar.

“Kau tidak keberatan, kan? Senyummu hilang,” aku menunjuk wajahnya.

“Mana?” dia kembali tersenyum lebar. “Kalau kamu tidak ingin ke Lotte World tidak masalah, kita bisa ke tempat yang lain, kalau kau mau. Aku tidak keberatan, kok, tenang saja.”

“Ummm… bagaimana kalau kita ke Hangang Park?”

Arraseo!” dia menggandengku, menyeretkku untuk mencari halte bus. Tepat sekali, begitu kami sampai, bus datang dan kami langsung masuk ke dalam.

Taehyung dan aku tidak banyak mengobrol ketika di dalam bus. Aku diam-diam meliriknya yang sibuk memandang pemandangan kota dari jendela. Aku memperhatikan rambutnya, hidungnya, telinga, mata, jemarinya dan semua yang ada padanya. Semua yang ada padanya pernah Jeongmin miliki. Mereka benar-benar kembar.

Aku masih bertanya pada diriku sendiri, maksudnya apa? Apa maksud kedatangan Taehyung kemari dengan membawa semua yang ada pada Jeongmin? Aku pun mulai mempertanyakan diriku sendiri, aku berteman dengan Taehyung karena aku memang ingin memiliki teman baru atau hanya karena dia mirip dengan Jeongmin? Apakah aku belum bisa mengikhlaskan Jeongmin?

Aku menghela nafas dan tanpa sadar menyandarkan kepala pada bahu Taehyung dengan keras.

“Oh?” Taehyung menoleh ke arahku. “Kau capek?”

Sadar bahwa posisi kepalaku salah, aku terkjeut dan buru-buru membuat kepalaku tegak kembali. “Akh! Mi… Mianhae! Jeongmal mianhae!” aku berseru sambil menutup wajahku. Aisssh…. Babocheorom! ((Kamu) seperti orang bodoh!) aku mengumpat dalam hati.

“Tidak apa-apa, kalau kau lelah, tidur sebentar tidak masalah. Aku bangunkan nanti,” ujarnya.

“Ah, tidak,” aku menggeleng, menahan malu. “Aku tidak capek, kok.”

Taehyung hanya tertawa singkat dan aku mendorongnya. “Itu tidak lucu. Hentikan.”

 

Beberapa saat berlalu dan kami sampai di Hangang Park.

Kami berjalan-jalan di sekitar sungai disertai udara dan hembusan angin yang dingin. Sudah lama sekali aku tidak ke sini. Terakhir aku ke sini bersama Sojin untuk merayakan ulang tahunnya tahun lalu.

“Sudah lama aku tidak ke sini,” ujar Taehyung. Sepertinya dia mewakili perasaanku. “Terakhir aku ke sini bersama sahabatku.”

Aku menoleh ke arahnya. “Jinjja? (Oh, ya?)”

Taehyung mengangguk lalu melayangkan pandangan ke arah sungai. “Aku ingin berenang.”

“Jangan, dong,” aku berujar. “Nanti kamu berubah jadi ikan, kan aku repot. Siapa yang menjaga kasir nanti?” candaku.

Aku tertawa ketika dia menatapku dengan pandangan datar. “Terima kasih, ya, sudah mengkhawatirkanku,” dia berkata dan aku mengangguk. “Terima kasih kembali,” jawabku.

Kami melanjutkan langkah sambil membicarakan beberapa hal. Kami menghabiskan waktu hampir satu untuk lebih mengenal lebih dekat lagi. Ternyata Taehyung dua tahun lebih tua dariku. Orangtua Taehyung tinggal di Daegu dan dia pindah ke Seoul seorang diri, dia ingin mencari pekerjaan dan ingin lebih mandiri.

Taehyung mendongak ke arah langit malam. “Wah, bulan purnama.”

Mendengar itu, aku ikut mendongak dan melihat bulan purnama. Seketika aku langsung teringat Jeongmin, dia meninggal tepat di malam bulan purnama, di malam seperti ini. Jantungku langsung berdegup kencang begitu mengingat kenangan buruk itu. Aku menatap Taehyung yang tersenyum menikmati bulan purnama.

“Bulannya indah, ya?” dia berujar, sama sekali tidak menyadari kekhawatiranku.

“Ummm… Taehyung?” aku memanggilnya.

“Ya?” dia menatapku.

“Ummm… bagaimana kalau kita pulang sekarang?”

“Eh? Kau serius?” dia memegang dahiku. “Kau sakit?”

“Bukan, udara semakin dingin,” aku beralibi. “Kalau kita lanjutkan jalan-jalannya besok, bagaimana?”

“Tidak masalah,” jawab Taehyung menutup jaketku dan merangkul bahuku, membawaku pergi. “Ppali, jib-e kaja (Ayo, kita pulang).”

Sepanjang perjalanan aku terus menerus mengkhawatirkan Taehyung, bayang-bayang Jeongmin meninggal pada malam itu kembali mengantuiku. Ketika menyebrang jalan, aku yang berjalan duluan, aku terus menerus memegang lengan Taehyung dengan erat. Tanpa sadar, aku yang memimpin jalan. Hal ini membuat Taehyung cukup bingung dan heran.

Yah~ kau tidak pulang?” Taehyung bertanya ketika kami sampai di daerah rumah kami, ketika aku tidak masuk ke rumah, malah mengikuti langkah Taehyung menuju rumahnya.

“Ummm… Nanti, aku ingin mengantarmu pulang,” jawabku. “Aku ingin melihat rumahmu.”

Taehyung memiringkan kepala. “Tidak usah.”

“Huh? Kenapa? Rumah kita dekat, kok!”

“Memang dekat, tapi kau butuh lima sampai sepuluh menit untuk pulang dari rumahku menuju rumahmu. Kamu nanti juga harus melewati gang yang sedikit gelap, aku tidak mau sesuatu terjadi padamu,” jawab Taehyung mendorongku perlahan masuk ke dalam halaman rumahku.

Entah kenapa aku sangat mengkhawatirkannya. “Hajima… (Tapi…)”

“Ssssh!” Taehyung menempelkan telunjuknya di bibirku. “Aku akan baik-baik saja.”

Aku terdiam sambil mengerucutkan bibir, membuatnya tertawa. “Sampai besok, ya.”

Aku menghela nafas. “Oke. Sampai besok.”

Dia pun berjalan menuju rumahnya.

 

Saat aku berganti pakaian, ponselku berbunyi. Aku mengambil dan melihat Taehyung mengirimku SMS:

“Aku sudah sampai di rumah. See, aku baik-baik saja? Sampai jumpa besok ^^ Ppyeong!

Aku tersenyum dan merebahkan badan di atas ranjang, merasa lega dengan kabar yang tak terduga darinya.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK