home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Moonlight

Moonlight

Share:
Author : atanasiarefa
Published : 12 Jun 2016, Updated : 02 Sep 2016
Cast : Kim Taehyung (BTS) - Kwon Eunhwa (OC) - Kim Minjae
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |2083 Views |2 Loves
Moonlight
CHAPTER 3 : First Day Without Sojin

Aku ikut mengantar Sojin dan keluarganya ke Bandara Internasional Incheon pagi ini, tepat jam enam pagi. Kami mengobrol banyak dan menceritakan alasan kenapa mereka bersikeras untuk pulang ke Jepang. Ayah Sojin adalah orang Korea sementara ibunya orang Jepang dan Sojin sendiri pun dilahirkan di Jepang. Ibu Sojin juga mengatakan alasannya dia ingin kembali ke sana, dia sangat merindukan Jepang, terlebih lagi ternyata nenek Sojin sudah mulai tua dan ibunya berkata ingin menemainya.

“Sojin tetap akan sesekali bertemu denganmu nantinya,” ucap ayah Sojin.

Sojin tersenyum ke arahku dan merangkul pundakku. Aku merangkul pinggangnya dengan erat, memberinya pelukan ekstra sebelum dia berangkat ke Jepang.

Kemudian terdengar pengumuman bahwa pesawat yang akan dinaiki oleh mereka bertiga sebentar lagi akan tiba. Kedua orang tua Sojin masuk ke dalam terlebih dahulu setelah aku memeluk mereka, mengucapkan salam perpisahan, sementara Sojin masih tinggal denganku selama beberapa saat.

Aku dan Sojin berpelukan, pelukan yang lebih erat dari biasanya.

“Aku akan merindukanmu,” aku mulai menangis.

“Aku juga akan sangat merindukanmu,” kudengar Sojin mulai terisak. “Jaga diri baik-baik.”

Aku mengangguk dan kami melepas pelukan serta saling mengusap air mata masing-masing.

“Soal laki-laki itu,” Sojin tiba-tiba membicarakan kembaran Jeongmin itu.

Aku menatapnya heran. “Wae? (Kenapa?)”

“Aku punya sedikit firasat tentang dia.”

“Firasat? Firasat baik atau buruk?”

Dia menggeleng. “Entahlah, salah satu di antaranya kurasa.”

Aku terdiam selama beberapa detik, mulai memikirkan ucapan Sojin yang tiba-tiba.

Sojin menarik kopernya dan tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahku seraya berjalan masuk. Aku membalasnya dengan senyum dan lambaian tangan yang sama.

 

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja tanpa Sojin. Semua berjalan baik seperti biasanya, pelanggan yang hadir selalu mentaati peraturan, tidak ada suara atau insiden gelas atau piring yang terjatuh dan pecah, hidangan hadir tepat waktu dan sebagainya. Namun semuanya terasa begitu berbeda tanpa ada Sojin. Tidak ada yang menjahiliku ketika aku mampir ke dapur, tidak ada gadis cerewet yang sibuk melihat dan berkomentar manja tentang postingan cowok-cowok ulzzang di akun Instagramnya, tidak ada gadis cerewet yang sering mengambil beberapa makanan di dapur diam-diam. Dan tidak ada gadis yang membuatku tertawa.

“Eunwa-shi?” seseorang memanggilku ketika aku berdiam diri di dapur, menunggu pesanan untuk kuantar.

Aku berbalik badan dan melihat seorang ahjumma, chef kami. Dia merentangkan kedua tangannya, menyambutku dengan pelukan. Aku pun memeluknya. “Kami juga merindukan Sojin,” dia berkata.

“Aku sangat kesepian, Eomma,” ujarku.

“Aku mengerti perasaanmu. Tapi dia bilang akan mengunjungi kita lagi, kan?”

Aku mengangguk lemah.

Dia memegang kedua pipiku dan menatapku dengan senyuman khas ibu di wajahnya. “Semangat!”

Aku tersenyum lemah. “Semangat!”

“Sekarang,” dia berujar sambil memberiku nampan berisi sup dan air putih di atasnya. “Antarkan ini ke meja yang ada di luar. Oke?”

“Arraseo, Eomma,” jawabku menerima nampan dan berjalan keluar.

Aku meletakkan pesanan di meja luar dan tanpa kusangka dua pelanggan yang merupakan pasangan kekasih itu memberiku tips. “Eh? Tidak usah,” ujarku.

“Terima saja,” si laki-laki berkata. “Kami sangat suka pelayanan di sini.”

Aku tersenyum dan membungkukkan badan. “Kamsahamnidah!

Ketika aku berbalik badan dan hendak masuk ke dalam, seseorang berseru ke arahku. Aku menoleh ke samping dan melihat laki-laki yang kemarin. Dia terlihat sangat segar dengan baggy shirt hitam dan jeans yang berwarna senada.

“Selamat pagi!” dia mennyapaku ketika berdiri di depanku.

Aku tidak bisa menyembunyikan senyumku. “Selamat pagi. Anda mau sarapan?”

Dia mengerutkan dahi namun tetap mengangguk dan kami pun masuk ke dalam.

“Mau pesan apa?” tanyaku ketika dia duduk di salah satu meja.

Sandwich dan susu cokelat,” jawabnya.

Aku mengangguk dan berjalan menuju dapur, memberitahu menu yang sebentar lagi akan dihidangkan. Aku duduk di salah satu kursi, merasa sedikit ada kebahagiaan setelah bertemu dengan laki-laki itu. Aku merasa jantungku berdebar kencang dan aku tidak bisa menahan senyumku. Namun entah apa yang kurasakan, senang atau takut. Gembira atau khawatir.

“Eunhwa?” chefku memanggil.

Aku turun dari kursi. “N… Ne?

“Kenapa senyum-senyum sendiri?”

“Tidak, tidak apa-apa.”

Dia tersenyum menggodaku dan aku malu dibuatnya. “Gara-gara pelanggan itu, ya?” dia bertanya sambil memberikanku pesananan laki-laki itu.

“Ah? Tidak,” jawabku.

Dia mengintip dari dapur dan melihat laki-laki itu dan berbalik menatapku dengan wajah terkejut. “Jeongmin?”

“Bukaaan,” jawabku. “Mereka hanya mirip.”

“Tapi mereka sangat identik.”

“Aku tahu, Eomma,” jawabku kemudian keluar dari dapur.

Sandwich dan susu cokelat?” aku bertanya tepat ketika berdiri di samping laki-laki itu.

Dia mendongak dan tersenyum. “Terima kasih.”

“Terima kasih kembali.”

“Ada yang lain?” tanyaku dan dia menggeleng.

 

Beberapa menit sudah berlalu dan dia menghabiskan sarapannya. Dia berdiri dan berjalan menuju pintu, tepat ketika aku berjalan melewatinya.

“Oh? Sudah mau pulang?” tanyaku.

“Iya,” dia tersenyum lebar. “Terima kasih.”

“Terima kasih sudah datang,” balasku sambil membukakan pintu untuknya.

Dia keluar dan sempat melambaikan tangan ke arahku. Aku balas melambai ke arahnya dan berjalan menuju dapur. Dia hendak lanjut berjalan namun langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu yang tertempel di kaca. Secarik kertas yang menarik perhatiannya.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK