home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction

Home

Share:
Author : atanasiarefa
Published : 28 May 2016, Updated : 11 Jun 2016
Cast : BTS Member - Lim Hyun Ra (OC)
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |2182 Views |1 Loves
Home
CHAPTER 4 : Wedding Ring

Selesai dengan artikel hari Rabu minggu lalu, sekarang aku mendapat ide untuk kembali menulis malam ini. Di sela-sela menulis, tiba-tiba pintu rumahku diketuk berulang kali dengan sangat keras.

“Hyun Ra!”

“Hyun Ra!!”

Aku bergegas menuju depan pintu rumah dan membukakan pintu untuk pacarku. Seperti biasa dia masuk begitu saja tanpa menyapaku.

“Kau sudah makan?” aku bertanya.

“Sudah,” dia menjawab singkat sambil duduk di sofa, memusatkan perhatian pada ponselnya.

Aku hanya terdiam melihat tingkahnya yang selalu begini. Tidak menyapaku, tidak menanyakan kabarku, hariku, aktivitasku dan lain sebagainya. Aku berjalan masuk ke kamar dan keluar dengan baju yang berbeda lalu berjalan menuju pintu.

Yah~ eodiga? (Kamu mau ke mana?)” dia bertanya.

“Mau beli buku,” jawabku.

“Oh,” jawabnya dingin.

Aku mendengus dan keluar dari rumah.

 “Kumatikan saja layanan wifi di rumah,” aku menggerutu dengan kelakuannya yang hanya menumpang wifi di rumahku.

Sebenarnya aku tidak membeli buku, aku hanya beralasan agar tidak berlama-lama dengan dia. Aku capek melihat dia. Pacarku usianya enam tahun di atasku namun tingkahnya seperti bocah berusia enam tahun, dia seusia dengan Jin tapi Jin, dan BTS, jauh lebih sempurna daripada dia. Sebenarnya aku lelah berpacaran dengan dia tapi dia selalu mengancam akan melukaiku jika aku berani mengambil keputusan itu. Aku tinggal sendiri di rumah ini dan sudah pasti dengan terpaksa aku menerima kenyataan aku tidak boleh putus dengannya. Aku tidak ingin mengatakan pada kedua orang tuaku karena aku tidak ingin embuat mereka khawatir, tau bahkan pacarku melukai mereka juga.

Aku bisa saja mengadu pada BTS, tapi aku takut jika dia menyakiti mereka, terutama Jin.

Sesampainya aku di kawasan Myeongdeong, tiba-tiba aku melihat Yoongi. “Yoongi Oppa!” aku berseru.

Dia menoleh dan aku berjalan cepat ke arahnya. “Annyeonghaseo!” aku menyapanya.

Dia hanya tersenyum tipis namun aku yakin senyumnya tulus, tidak seperti pacarku yang sekarang tidak pernah tersenyum padaku. “Annyeong.

“Sendirian? Mana yang lain?” tanyaku ketika kami mulai berjalan menyusuri Myeongdeong.

“Ummm… Mereka sedang bersantai di rumah,” jawabnya. “Kau mau jalan-jalan? Aku ambil mobil dulu.”

“Ah, ani~ tidak usah, jalan kaki saja,” aku menjawab.

“Kau yakin? Kau yakin tidak akan capek berjalan?”

Aku mengangguk. “Aku yakin.”

Kami pun mulai berjalan menyusuri Myeongdeong. Berjalan dengan Yoongi memang terbiasa sepi tanpan obrolan karena dia memang sosok yang pendiam dan dingin, namun aku tidak masalah, selagi dia selalu bersikap baik denganku, aku tidak protes.

Dia memincingkan mata, melihatku yang tiba-tiba menangis. “Gwaenchana?

Aku mengangguk. “Ti-tidak ada apa-apa.”

“Jangan bohong,” Yoongi mendesak, tahu apa yang terjadi. “Dia menyakitimu?”

Aku terdiam, aku sama sekali tidak ingin mengadu apapun pada Yoongi, Jin, Jungkook dan yang lainnya, namun aku sungguh tersiksa dengan hubungan asmaraku sendiri.

“Hei, hei,” Yoongi memanggilku sambil memegang leherku, membuatku menatapnya.

“Dia selalu bersikap dingin padaku,” aku akhirnya menjawab.

“Sudah cukup!” dia berseru. “Akhiri hubunganmu dengan dia.”

Na… Na mollayo, jeongmal mollayo (Aku… aku tidak tahu, benar-benar tidak tahu),” isakku.

“Kau bisa pindah dengan kami,” dia memegang kedua pipiku. “Kami ada untukmu.”

“Tidak bisa, dia akan mengancamku akan menyakitiku, dia membenci kalian semua. Aku tidak ingin sesuatu terjadi dengan kalian,” jawabku.

“Tapi dia sudah sering menyakitimu dan kami sudah tidak tahan melihatnya,” Yoongi berkata. Kemudian dia teringat sesuatu, dia memegang lengan kiriku kemudian menaikkan kausku dan terkejut dengan apa yang dia lihat. Dia melihat lenganku dan menatapku dengan kedua mata terbuka lebar. “Hyun Ra?”

“Dia menyayatku dengan alasan dia menandakan bahwa aku adalah miliknya,” jawabku. “Awalnya dia akan menyayat dan menuliskan namanya di lenganku tapi dia mengurungkan niatnya.”

Mulut Yoongi menganga lebar, kemudian melihat kembali luka sayatan yang cukup panjang di lengan kiriku. Dia mendengus kemudian merangkul pinggangku, menggiringku berjalan menuju mobilnya. Dia membukakan pintu dan kali ini aku menuruti kemauannya.

“Oke, antar aku pulang,” aku menjawab.

“Tidak, kamu tidak akan pulang ke rumahmu malam ini,” Yoongi menyahut sambil menyalakan mesin.

“Oppa, kumohon! Aku tidak ingin ada masalah!”

“Tidak ingin ada masalah?” dia mengulang, menatap ke arahku. “Tapi kamu sejak dulu terjebak dalam masalah! Kau pikir aku dan yang lainnya tahan melihatmu seperti ini?!”

Aku terkejut dengan bentakannya.

“Kau tahu? Kami selalu khawatir tiap kali kamu disuruh pulang olehnya, kami selalu berpikir macam-macam tentang kamu, tentang keselamatanmu. Setiap kali kamu sedang berdua dengan laki-laki itu, kami selalu merasa seolah-olah nyawamu selalu di ujung tanduk!”

Yoongi memegang tanganku. “Jin menunggumu di rumah.”

Jin? “Huh?”

“Dia yang paling khawatir denganmu di antara kami semua, dia selalu memikirkan kamu.”

Jinjjayeo?

“Maka dari itu, ikutlah dengan kami, kami akan melindungimu.”

“Tidak bisa, Yoongi Oppa!” aku berteriak dan kini giliran dia terdiam.

Aku mengambil sesuatu dari tasku dan menunjukkannya sebuah kotak merah kecil.

“Apa ini?” tanya Yoongi mengambil kotak itu. Dia mengambil dan membukanya. Kedua matanya terbuka lebar dan mulutnya kembali menganga. “Cincin?” dia bertanya sambil mengambil cincin itu.

“Kami akan menikah bulan depan,” jawabku.

Yoongi terdiam selama beberapa menit, mencoba memikirkan apa yang sedang terjadi.

“Itu alasan kenapa aku tidak bisa lepas dari dia,” ucapku.

Yoongi mengeluh lalu mengembalikan cincin itu padaku. Tanpa basa basi, dia menyalakan mobil dan mulai melaju. Sepanjang perjalanan kami tidak mengobrol, aku yakin dia pasti terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar, bahkan aku yan hendak menikah saja juga terkejut.

Beberapa menit kemudian, mobil sampai di depan gang.

“Kau tidak perlu ikut, kamu akan celaka kalau ketahuan,” ucapku ketika Yoongi hendak membuka pintu.

“Astaga, kau yakin?”

Aku mengangguk.

“Hyun Ra, aku…”

“Kau peracaya denganku, kan?”

Yoongi menghembuskan nafas pasrah. “Sini,” dia berujar lalu memelukku. Dia memberikan sebuah pelukan yang kini pacarku jarang berikan. “Hyun Ra,” dia memanggilku sambil mengusap kepalaku.

“Kumohon terima segala yang sudah aku rencanakan,” aku membaca pikirannya.

Yoongi kembali mengeluh. Dia melepas pelukan dan mengusap pipiku. “Kami menyayangimu, lebih dari yang kamu kira,” dia berkata.

Aku tersenyum lemah. “Terima kasih.”

“Hati-hati,” dia berkata ketika aku membuka pintu mobil.

Aku mengangguk dan keluar dari dalam mobil.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK