Jong Hyun merasa muak dengan gadis didepannya. “Jangan kembali lagi padaku. Aku tak lagi mencintaimu.”
“Kenapa? Apa gadis itu yang membuatmu meninggalkanku? Gara-gara gadis lemah berkursi roda? Baiklah, aku akan mem—”
Jong Hyun mengepalkan tangannya. “Jangan pernah mengganggu dirinya.”
“Baiklah jika itu mau mu, oppa. Aku benar-benar akan membuatnya menderita.” Batin Nara. “Aku akan melakukan segala cara agar kau kembali padaku.”
Jong Hyun berlalu meninggalkan Nara yang terpaku ditempatnya.
- Flashback –
Tampak seorang laki-laki memasuki sebuah kafe dengan sebuket bunga tergenggam ditangan kanannya, matanya menyisir ke seluruh penjuru ruangan kafe klasik bernuansa Eropa itu. Langkah kakinya terhenti disamping meja bertuliskan angka 09 yang terletak tak jauh dari pintu utama kafe tersebut.
“Oh! Oppa wasseo?”
Laki-laki itu sekilas mengangguk lalu duduk berhadapan dengan gadis bernama Park Nara itu.
“Ini bunga untukmu.”
Nara tersenyum, “Whoa! Kau manis sekali, oppa. Padahal hari ke-100 kita masih lama…”
“Nara-ya…”
“Waeyo oppa?”
“Sebaiknya hubungan ini tak usah kita lanjutkan, Nara-ya…”
“Ada apa denganmu, oppa?” Nara menggenggam tangan laki-laki dihadapannya.
“Maaf jika ini terlalu mendadak tapi aku punya alasan tersendiri dan aku tak mau lagi membohongimu, Nara-ya…” Jong hyun melepas genggaman tangannya.
Gadis itu memberontak, “Apa maksudmu? Apa yang kau bicarakan?”
“Maaf, selama ini aku hanya berpura-pura. Sejak aku berumur 10 tahun, aku sudah jatuh hati padanya dan aku menjalani hubungan ini setengah hati karena wajahmu sedikit mirip dengannya.” Jong Hyun menghela nafas.
“Siapa gadis itu? Katakan padaku!”
Jong Hyun bangkit dan meninggalkan kafe itu. “Ya! Lee Jong Hyun!”
- Flashback end -
“Kapan hyung akan kembali lagi?”
“Mungkin… beberapa bulan ke depan, Hyun-ah.” Jong Sook menatap adiknya. “Jangan telantarkan pekerjaan kantormu. Ingat semua pesan hyung.”
Jong Hyun menghela nafas. “Ya, tentu hyung. Dan… Jangan cerewet, aku sudah dewasa.” Jong Sook tertawa kecil. “Kalau begitu hyung pergi dulu…”
Seorang dokter muda tengah berkutat dengan beberapa tumpukan berkas dimejanya. Meneliti satu persatu pekerjaan yang harus ia tangani. Beberapa kali terlihat ia membetulkan kacamatanya.
“Dokter Kim, ada yang mau bertemu dengan anda.”
“Ya, suruh dia masuk.”
Seringaian muncul dibibir gadis itu, jelas ada niat jahat dibalik kedatangannya.
“Apa kabar, dokter Kim?”
“Seperti biasanya. Ada yang bisa saya bantu?”
“Tidak ada, saya hanya ingin bilang bahwa jangan mendekati calon tunanganku.”
Dokter muda itu lantas menatap orang didepannya. “Nara-ssi?”
“Ya, saya datang hanya untuk mengatakan itu. Sampai jumpa, dokter Kim.”
Sementara itu Jong Hyun meraba saku jasnya dan mengeluarkan handphonenya. Berulang kali jari-jarinya menari lincah diatas layar kemudian beberapa saat menghapusnya lagi lalu mengetik sesuatu kemudian menghapusnya lagi dan begitu seterusnya.
“Kau ada waktu? Bisa temui aku dikantor sekarang?”
Send. “Baiklah, aku akan sampai 15 menit lagi.”
Jong Hyun tersenyum membaca pesan singkat itu. Tak lama…
“Jong Hyun-ssi?”
“Kau sudah datang?”
Soo Min tersenyum lembut. “Ya, ada apa?”
“Ah… Aku hanya bosan dikantor. Jadi… Aku ingin berjalan-jalan sebentar.”
“Kau mengajakku?” Tanya Soo Min polos.
Jong Hyun tersenyum sambil mengacak-acak rambut Soo Min. “Tentu saja. Kajja…”
“Ya! Jangan seperti itu.”
“Tapi… Bagaimana dengan mobilku?” Sambungnya.
Jong Hyun hampir saja tertawa lepas mendengar celotehan polos gadis disampingnya. “Nanti akan diantar kerumahmu. Kau tenang saja…”
Jong Hyun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan tak ada yang bersuara, mereka hanya bergelut dengan pikiran masing-masing. Tak lama, sampailah mereka disebuah danau dengan pemandangan yang indah. Tanaman hijau mengelilingi disekitarnya. Jong Hyun berjalan keluar diikuti oleh Soo Min yang mengekor dibelakangnya. Mereka duduk di batu besar di tepi danau tersebut.
“Kau sering kesini?”
“Untuk menenangkan pikiran… Kau suka?”
Soo Min mengangguk. “Ya.” Matanya memandang lurus ke arah hamparan air.
“Apakah sulit menjadi seorang dokter?”
Soo Min menggeleng. “Tidak juga. Menjadi seorang dokter adalah impianku sejak kecil. Jadi… Aku menyukainya.”
“Ah, begitu…” Jong Hyun menatap Soo Min. “Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“Tidak ada. Aku hanya penasaran.”
“Eoh.” Soo Min membulatkan bibirnya dan keduanya kembali terdiam.
Semburat senja menghiasi langit sore itu. Menambah kesan indah pemandangan di sekitar danau. Jong Hyun terlihat beberapa kali menghentakkan sepatunya seakan ingin mengatakan sesuatu namun tertahan sebatas bibir.
“Soo Min-ah…”
“Ya, ada apa?”
“Jong Hyun-ssi? Ada apa?” Soo Min mengulangi pertanyaannya.
“Aku… Aku mencintaimu, Soo Min-ah.”
- To Be Continued -