Natasha Yang menginjakkan kakinya di bandara Incheon, ini pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di negeri asal ayahnya tersebut. Walaupun kebencian kepada ayahnya belum memudar, tetapi ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk berdamai dengan rasa bencinya kepada negara asal ayahnya itu.
“Negara ini tidak punya dosa apapun denganku,” Natasha Yang membisikan kata-kata yang dianggapnya sebagai pamungkas untuk mengusir rasa benci yang mulai hinggap kembali kepada negara tempat sebagian dari dirinya berasal, negara yang bisa saja ia pilih untuk menjadi benar-benar dirinya di saat umurnya sudah menginjak 17 tahun, waktu ia harus memilih status kewarganegaraannya.
“Natasha Yang! Natassi!”
Ia mendengar seorang pria memanggil namanya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri berusaha mencari sumber suara. Ia melihat seorang pria ber-blazer abu-abu sedang memegangi kertas bertuliskan namanya dari kejauhan, dari cara memanggilnya, ia tahu bahwa itu adalah salah satu staf yang dikirim pamannya untuk menjemputnya. Pamannya memang sudah mengatakan kepadanya bahwa ia terlalu sibuk hari ini dan tidak ada waktu untuk menjemput keponakannya itu di bandara, dan sebagai gantinya ia akan mengirimkan stafnya dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan oleh keponakannya di Seoul.
“Apa benar kau Natassi? Ah aku rasa aku benar, mari aku antar,” Pria ber-blazer abu-abu itu mendekatinya dan bertanya dalam Bahasa Korea.
“Apakah Paman tidak memberitahumu bahwa aku tidak bisa Bahasa Korea, Mr. Park Si Hwan?” Tanya Nata sopan dalam Bahasa Inggris, sembari melirik ke id card perusahaan pamannya yang – mungkin lupa, tidak dilepas.
“Oh benarkah? Presiden Yang tidak memberitahuku sedetail itu tentang dirimu, mungkin dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan mempersiapkan semua hal yang kau perlukan sebelum kau tiba di Korea Selatan,” Pria yang dipanggil Park Si Hwan itu mengubah bahasanya otomatis ke Bahasa Inggris.
“Pamanku mempersiapkannya sendiri?” Nata sedikit kaget dengan jawaban dari staf pamannya itu.
“Tentu saja tidak.”
Natasha Yang dan Park Si Hwan tertawa bersamaan atas candaan yang dilemparkan Park Si Hwan barusan, tetapi itu cukup membuat cair suasana antar dirinya dan staf pamannya tersebut.
Park Si Hwan mengantarkannya ke apartemen yang sudah dipersiapkan pamannya, apartemen yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor dan memang sudah dipilih sendiri oleh paman kesayangannya itu.
“Nah, sudah selesai semua, terkait dengan kantor, nanti pamanmu sendiri yang menghubungi dan memberitahumu.” Park Si Hwan bersiap untuk meninggalkan apartemennya.
“Kamsahamnida Mr. Park Si Hwan.” Nata berusaha berterimakasih dengan Bahasa Korea nya yang seadanya.