home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > You'll Be My Heart

You'll Be My Heart

Share:
Author : detii0730
Published : 09 May 2016, Updated : 10 May 2018
Cast : Miss A Suzy, EXO Baekhyun, EXO Chanyeol, EXO Sehun, Miss A Min, 2PM Wooyoung
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |13135 Views |3 Loves
You'll Be My Heart
CHAPTER 4 : Chapter 4

 

==Additional Cast: Han Lu Bi, Suzy Mother==

 

Suzy merebahkan tubuhnya di kasur. Pandangannya menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Rahasianya bersama Baekhyun sudah dapat dikendalikan setelah Sehun mengetahui apa yang terjadi diantara mereka, hanya saja apa yang dipendamnya selama ini belum juga tuntas.

Bagi Suzy, bukanlah masalah besar jika membantu seseorang dengan materi. Apa yang dimilikinya saat ini sudah lebih dari cukup hasil jerih payahnya. Namun, untuk merelakan kasih sayang yang selama ini dirasakannya pergi begitu saja, ia tidak bisa menerimanya.

Ia tidak bermasalah dengan orang tuanya, keluarganya baik-baik saja hingga saat ini dan memang hal itu yang selalu ia harapkan. Hanya saja, semua itu mulai berantakan setelah kehadiran seseorang diantara keluarganya itu. Ia memahami bahwa kasih sayang kedua orang tuanya tidak mungkin luntur darinya yang merupakan anak kandung, untuk cemburu gara-gara itu pun bukanlah usianya lagi.

Seseorang itu bernama Han Lu Bi. Gadis pindahan dari Daegu seusianya, yang tinggal di rumahnya dengan mengontrak sebuah kamar tak terpakai di dekat garasi. Pada awalnya Suzy menyambut baik kehadiran gadis itu yang tinggal seorang diri dan dianggap keluarga sendiri oleh kedua orangtuanya. Tetapi lama-kelamaan, gadis itu seolah tak menghargai perlakuan keluarganya yang sudah baik padanya.

Diam-diam Suzy menemui kenyataan bahwa gadis itu memandang sebelah mata dan meremehkan keluarganya, namun ia belum bisa menyampaikan hal itu kepada orang tuanya, terutama Ibunya yang terlihat mulai menyayangi gadis itu seperti menyayanginya.

“Jadi kau akan diam saja? Setidaknya kau tegur gadis itu,” ucapan Min tadi siang kembali terngiang di telinganya setelah akhirnya ia menceritakan masalah yang ada dipikirannya belakangan ini.

Suzy menghela napas. Ia harus mengatakan ini kepada Ibunya cepat atau lambat. Setidaknya, Ibunya harus mulai menjaga jarak dari gadis itu. Ia tahu gadis itu bukan gadis baik-baik, meski di depan mereka dia selalu bersikap ingin dikasihani. Sejak awal, Suzy memang mencurigai gadis ini.

“Aku takut dia malah mempermainkan keluargaku, karena Ibuku sudah mulai menganggapnya seperti anggota keluarga. Pengakuannya yang kini hanya tinggal seorang diri dan sedang mencari pekerjaan di Seoul kerap dijadikan alasan,” cerita Suzy. “Bahkan ibuku kini sudah mulai berani meminjamkannya uang. Awalnya aku maklumi itu, tapi setelah percakapannya di telefon yang tanpa sengaja kudengar itu, ini membuatku marah. Dia tahu berada di keluarga siapa dan ingin memanfaatkannya.”

“Kalau sudah tahu begitu, ya sudah, cepat bergerak. Sebelum jadwalmu lebih padat lagi ke depan. Mumpung kau masih pulang ke rumah belakangan ini, lebih cepat lebih baik. Lebih cepat Ibumu tahu, itu lebih baik,” saran Min.

Bayangan akan percakapannya dengan Min itu lantas membuatnya bangkit. Walaupun tubuhnya masih terasa letih, tetapi ia mencari keberadaan ibunya di beberapa ruangan. “Eomma! Eomma! Kemana dia? Tadi ada,” ujarnya sambil terus berjalan mengecek seluruh ruangan rumah.

“Ah, Suzy-ssi, kau di rumah ternyata?” sapa seseorang ketika Suzy tiba di dapur. Gadis itu, tampak sedang membuat teh panas dan tersenyum menyambut kedatangan Suzy.

“Kau sedang apa?” tanyanya curiga.

“Aku sedang membuat teh. Apa kau mau? Aku mendapat kiriman teh Jepang dari temanku di sana, rasanya enak. Ini aku sedang membuatkannya untuk Ibumu,” katanya sambil terus meracik minuman itu.

Suzy mengernyitkan dahinya. “Memangnya Ibu dimana?”

“Oh, dia sedang di kamarku. Kata Ibumu, setelah kau ada di rumah dia merasa lega sehingga ia mendatangi kamarku. Jadi kutawarkan saja teh ini, di kamarku sedang tidak ada air panas.”

Suzy menatap gadis itu dengan sebal, “Biar aku saja yang membuatkan teh untuk Ibuku, minumlah sendiri teh yang kau buat itu!” lanjut Suzy. Lantas ia meninggalkan dapur dan berjalan ke arah garasi, tempat dimana Ibunya saat ini berada.

Kamar gadis itu pintunya terbuka setengah, tanpa pikir panjang Suzy langsung membukanya lebar. Ia terkejut mendapati ibunya sedang asyik duduk bersila sambil melihat album foto milik gadis itu.

“Eomma! Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya kesal.

“Ah, Suzy-ah! Kukira kau sudah tidur. Aku sedang melihat album foto Lu Bi saat masih kecil. Dia sangat lucu, sama sepertimu. Apa kau mau lihat juga?” katanya.

Suzy menghela napas sambil memejamkan matanya. “Eomma, aku ingin bicara penting padamu. Ayo masuklah ke rumah!”

“Soal apa? Pekerjaanmu?”

“Lebih dari sekedar pekerjaan. Ayolah!”

“Tapi, Lu Bi sedang membuatkan teh untukku.”

“Aku yang akan membuatkan teh untukmu. Ayo Eomma!”

***

Bersama ibunya, Suzy sudah duduk berdampingan di sofa ruang keluarga rumahnya. Sebelumnya ia memastikan supaya Han Lu Bi tidak berkeliaran di ruangan utama rumahnya, gadis itu harus benar-benar ada di kamarnya.

“Apa ini serius? Kau kenapa?” tanya Ibunya.

“Eomma, bisakah kita tidak membiarkan Han Lu Bi tinggal di sini?” Suzy tak mengindahkan pertanyaan ibunya dan malah balik bertanya.

“Mwo? Apa maksudmu?”

“Eomma, kita tidak tahu dia siapa. Meskipun di depan kita dia baik, tapi di belakang kita belum tentu. Aku meragukannya karena aku mendengar percakapannya tanpa sengaja, dia akan memanfaatkan kebaikanmu, Eomma. Kebaikan keluarga kita. Aku tidak tahu bagaimana ia akan memanfaatkannya, tetapi bukankah itu niat jahatnya kepada kita?”

Ibu menatap Suzy tak mengerti. “Suzy-ah, aku tidak mengerti.”

“Eomma, jebal! Aku bisa bertahan sejauh ini karena aku ingin percaya bahwa dia orang yang baik, tapi nyatanya, dia punya niat buruk kepada kita. Maka, sebelum semuanya terlambat, bisakah dia dijauhkan dari kita? Aku takut, Eomma,” Suzy merajuk.

“Memangnya dia kenapa?”

Suzy menghela napas, ia mulai menceritakan alasan mengapa ia ingin menjauhkan gadis itu dari keluarganya.

Saat itu, Suzy baru saja usia bermain sepeda. Ia memarkirkan sepeda di garasi. Tak berniat menguping, tapi Han Lu Bi berbicara dengan seseorang cukup keras di telefon dan membuat Suzy tanpa sengaja mendengarnya.

“Ya, di sini aku mengontrak di sebuah kamar kecil. Tapi apa kau tahu siapa pemilik rumah ini? Orangtuanya Bae Suzy penyanyi itu. Kau tahu kan? Anaknya yang idol itu bahkan sering datang ke sini, ya, karena ini rumahnya. Keluarganya baik, apalagi Ibunya, setelah dia tahu bahwa aku hidup sebatang kara dan datang ke Seoul untuk mencari pekerjaan. Jadi kebaikan mereka harus kumanfaatkan dengan baik, setidaknya mungkin aku bisa masuk JYP melalui tangan Suzy atau bahkan aku bisa mendapat setengah harta Suzy, hahahahha...”

Mendengar itu, Suzy begitu emosi. Ingin rasanya ia mendobrak pintu kamar orang itu saat itu juga. Hanya saja, di saat yang bersamaan teriakan Ibunya dari dalam rumah menjegal niatan itu. Dari situlah Suzy semakin menyadari bahwa orang bernama Han Lu Bi ini, orang yang memiliki niat tidak baik.

***

Malam itu, Suzy dan Baekhyun kembali bertemu untuk yang ke sekian kalinya di sebuah kafe di daerah yang sama, Myeongdeong. Setelah menyampaikan apa yang membuatnya gelisah belakangan ini kepada ibunya, Suzy merasa belum baik-baik saja. Bertemu dengan Baekhyun adalah cara untuk bisa memperbaiki keadaan hatinya saat ini.

“Oh, jadi hal itu yang selama ini mengganggu pikiranmu?” tanya Baekhyun sembari menyodorkan segelas kopi panas pada Suzy.

Suzy mengangguk. Raut wajahnya memang masih terlihat sedih. “Ibuku belum mengiyakan dengan apa yang kuminta, mungkin dia juga butuh waktu,” lanjut Suzy.

“Kau sudah berbicara dengan gadis itu?” Suzy menggeleng. “Lebih baik kau juga bicara padanya. Bicara baik-baik, pelan-pelan, supaya dia mengerti.”

“Melihat wajahnya saja aku muak. Bagaimana aku bisa bicara baik-baik? Itulah mengapa aku meminta ibuku saja yang bicara padanya, karena selama ini dia juga banyak berinteraksi dengan ibuku.”

Baekhyun menatap Suzy lekat. Ia bisa merasakan apa yang tengah dirasakan gadis yang belakangan ini mengisi relung hatinya yang tengah kosong. Tangannya lantas bergerak menyentuh tangan Suzy dan mengusap jari-jari lentiknya itu. “Aku mengerti!” katanya lembut.

Air muka Suzy sudah berubah, bulir-bulir bening mulai menggenangi pelupuk matanya. “Apa yang kulakukan salah?” tanyanya kemudian bersamaan dengan satu titik bulir bening yang terjatuh.

Baekhyun menggeleng. “Langkahmu sudah benar, tapi kau berbicara padanya langsung itu suatu keharusan. Aku bisa menemanimu kalau kau mau.”

Suzy tak merespons. Ia semakin larut dalam tangisnya. Ia benar-benar merasa tertekan dengan hal ini. Padahal sesungguhnya, ia tak ingin bersikap demikian di depan Baekhyun. Namun perasaannya terlalu sebagai seorang perempuan dan seorang anak yang begitu menyayangi keluarganya.

Tak ada kata yang diucapkan Baekhyun. Ia lantas berpindah tempat duduk ke samping Suzy dan memeluknya untuk menenangkan gadis itu. Suzy tenggelam dalam tangisnya dipelukan Baekhyun.

“Semuanya akan baik-baik saja. Tidak apa-apa. Aku yakin ibumu bisa mengerti dan orang itu juga tentunya. Gwaenchana!” Baekhyun mengusap rambut Suzy beberapa kali.

Selang beberapa menit kemudian, Suzy mulai mengangkat kepalanya dari pelukan Baekhyun sembari menghapus air matanya beberap kali. Baekhyun menatap gadis itu untuk memastikan bahwa keadaannya baik-baik saja setelah menangis cukup lama dipelukannya. Ia juga merapikan rambut Suzy yang tampak berantakan tanpa berbicara lagi.

“Terima kasih Oppa!” ujar Suzy kemudian sambil menatap Baekhyun yang masih merapikan bagian depan rambutnya itu.

Baekhyun menghentikan kegiatannya. Matanya kini beradu dengan mata Suzy. Ia lantas tersenyum. “Aku belum melakukan apapun, bagaimana kau bisa berterima kasih?”

Dalam raut kesedihannya, Suzy tersenyum. “Kau berada di sini menemaniku, sudah lebih dari melakukan apapun. Aku merasa sangat beruntung.”

Senyum Baekhyun semakin melebar. Sikap Suzy ini membuatnya semakin tak ingin melepaskan gadis itu dari genggamannya. Ia kembali merapikan rambut Suzy yang sebenarnya sudah cukup tertata rapi itu. “Aku senang kau mau berbagi masalahmu denganku, tentu aku akan membantu selama aku bisa.”

Suzy mengangguk. “Aku akan melakukan saranmu. Maka, emosiku harus reda dulu.”

Joha!” kata Baekhyun lantas mendekap Suzy kembali.

***

Siang itu, Chanyeol jalan terburu-buru dari halaman menuju ke dalam dorm EXO. Tangannya yang tengah menggenggam ponsel gemetar, napasnya pun tersengal-sengal. Ia membuka pintu dorm dengan cepat dan langsung mengitari seluruh ruangan mencari Sehun.

“Sehun-ah! Mana dia? Sehun-ah!” Chanyeol mendesis. Ia tidak bisa menemukan keberadaan Sehun. Padahal sebelumnya lelaki itu mengatakan bahwa dia berada di dorm. “Sehun-aaaaaah!” teriaknya hingga terdengar di seluruh dorm yang tampak sepi itu.

Ketika Chanyeol memasuki ruang tengah di lantai dua dorm, ia menemukan Sehun dan Baekhyun sedang asyik bermain play station dengan sangat serius. Teriakan beberapa desibel yang Chanyeol hasilkan tadi seolah tak mempengaruhi keseriusan mereka bermain games.

Ya Sehun-ah! Apa kau tidak mendengar panggilanku?” tanyanya kemudian sedikit kesal sesaat setelah melihat Sehun.

Sehun tak bergeming. Ia hanya merespons dengan gumaman “oh”, tetapi bukan menjawab pertanyaan Chanyeol melainkan sebagai bentuk konsentrasinya terhadap permainan yang tengah dilakukannya. Chanyeol mulai kesal, ia meminta Sehun untuk menghentikan terlebih dahulu permainannya.

“Sebentar Hyung, ini tanggung!” katanya.

“Mati kau, mati kau!” teriak Baekhyun terus menyerang permainan milik Sehun.

“Ah, andwaeee!” Sehun bertahan dengan terus mengotak-atik stik play station-nya.

“Sehun-ah!” teriak Chanyeol kemudian.

Seketika Sehun langsung mem-pause permainan yang tengah berlangsung seru itu. Baekhyun pun ikut berhenti dan sempat melihat ke arah Chanyeol.

“Kenapa Hyung? Ada apa?” tanya Sehun santai.

“Kau ini! Coba lihat ini apa!” Chanyeol menyodorkan ponselnya ke arah Sehun yang masih terduduk menghadap televisi.

Jarak Sehun dan Chanyeol yang cukup jauh membuat Sehun harus bangkit untuk melihat apa sebenarnya yang ditunjukkan Chanyeol tersebut. Sehun langsung menengok apa yang ditunjukkan Chanyeol di ponsel itu. Matanya membelalak.

“Mwoya? Ige mwoya?!” Sehun benar-benar terkejut. Ia melihat tak percaya ke arah Chanyeol. Ia merebut ponsel Chanyeol dan melihat dengan seksama apa yang ada di sana dengan ekspresi terkejut dan tidak percaya.

“Justru itu yang aku ingin tanyakan padamu! Kau selama ini berkencan dengan seseorang ternyata? Aigo!” Chanyeol tak habis pikir.

Baekhyun yang masih duduk di lantai seperti halnya Sehun tadi, langsung bangkit mendengar ucapan Chanyeol itu. Buru-buru ia mendekati kedua rekannya itu dan penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

“Mwoya? Mwoya?” tanyanya penasaran sambil mendekati Sehun dan melihat apa yang sedang dilihat lelaki itu. Sama seperti Sehun, Baekhyun pun membelalak tak percaya dengan apa yang ditampilkan ponsel Chanyeol itu. Ia lantas melihat ke arah Sehun. “Sehun-ah!” ujarnya pelan.

Sehun melihat Baekhyun. Garis wajah kebingungan pun tampak jelas padanya.

“Kau harus jelaskan ini semua, bagaimana bisa kau berkencan dengan Suzy secara diam-diam! Aku akan memanggil member yang lain, kau jelaskan semuanya pada mereka!” ujar Chanyeol kemudian. Ia mengambil ponselnya dari tangan Sehun dan lantas pergi.

Sepeninggal Chanyeol, Sehun dan Baekhyun saling pandang membeku. Tulisan di ponsel Chanyeol tadi masih terbayang di wajah mereka. Foto Suzy dan Sehun berdua di sebuah kafe dengan tampak mesra, lengkap dengan judul, Sehun EXO dan Suzy Miss A Makan Bersama, Mereka Berkencan?

“Hyung!” ujar Sehun lirih.

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK