Chapter 2
[Krystal’s POV]
Drrtt~
Drrtt~
Drrtt~
Aku melihat layar ponsel. Aku bingung melihat nomor yang tertera di layar ponsel tidak aku ketahui. Ponsel itu terus bergetar. Aku takut untuk mengangkatnya, melihat sekarang sudah pukul 9 malam. Tapi aku juga bingung siapa tahu dia ingin memberitahu sesuatu yang penting. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengangkat panggilan masuk itu, lalu menggeser icon berwarna hijau pada ponselku.
”Yeobosseo?”
“Krystal? Kau sudah tidur?”
Tungu.. aku kenal suara ini. “Kai! Kau kemana saja hari ini, eoh? Ada dimana kau ini? Kau tahu, aku mengkhawatirkanmu!”
“Yaa! Kecilkan suaramu! Kau membuat kupingku sakit!”
“Ah.. maaf.. maaf. Habis aku kira yang menghubungiku ini orang jahat. Ternyata kau, tentu saja aku senang kalau itu kau.”
“Apa? Orang jahat? Memang ada orang jahat setampan dan seseksi aku? Dan.. apa? Kau mengkhawatirkanku? Apa aku tidak salah dengar?”
Senyuman terukir diwajahku mendengar seluruh pertanyaan Kai yang bertubi-tubi. Ah.. bukan itu, suara Kai yang terdengar sehat-sehat saja membuatku lega. Aku mendengar Kai tertawa diseberang sana. “Banyak orang jahat yang memiliki wajah tampan. Menilai baik dan jahat bukan dilihat dari ketampanannya, Kai. Salah! Kau salah dengar. Siapa yang mengkhawatirkanmu, eoh? Malah aku senang seharian ini tidak ada yang menggangguku. Mataku tidak terkontaminasi dengan orang usil sepertimu.” kudengar dia masih saja tertawa. “Sedang dimana kau sekarang? Kenapa tidak menghubungiku dengan nomor yang biasanya?”
“Ya.. ya.. ya.. aku Cuma bercanda barusan. Mianhae aku tidak sempat memberitahumu. Kemarin appa menghubungiku untuk segera menyusul ke Jepang karena ada acara pernikahan anaknya teman dekat appa. Paginya aku dan Chan Yeol hyung langsung berangkat ke Jepang. Aku tidak mengabarimu karena aku pikir kau sudah tidur.”
“Permohonan maaf diterima. Aku pikir kau sakit sampai tidak bisa menghubungiku.”
“Aku baik-baik saja. Hmm.. dari kata-katamu barusan, itu membuktikan kau mengkhawatirkan aku. Sudahlah jujur saja.”
Aku mendengar dia terkekeh. Percaya diri sekali anak itu. “Baiklah agar kau senang dan tidak bersedih sendirian disana, aku mengkhawatirkanmu.”
“Aku senang kau mengkhawatirkanku. Bagaimana hari ini? Ada apa di sekolah? Apa menyenangkan kalau di sekolah tidak ada aku?”
“Hari ini..” sejenak aku mengingat kejadian hari ini yang aku alami. Dan, “Kai! Kau tahu dari mana kalau hari ini sangat menyenangkan? Iya hari ini aku benar-benar senang. Kau tahu, ternyata Sehun masih mengingatku. Hari ini kami sudah mengobrol panjang lebar. Tadi kita pergi kekantin bersama. Bahkan barusan aku diantar pulang oleh Sehun. Aku ingin sekali bercerita padamu Kai secara langsung. Sayang kau sedang ada diluar.”
…
“Dan kau harus tahu, Sehun masih ahli mengerjakan soal matematika. Bukankah itu kabar menyenangkan? Lain kali kita harus belajar bersama. Aku yakin nilai kita akan segera meningkat, Kai.”
…
Tunggu.. tidak ada sahutan dari seberang sana? “Kai? Kau masih disana? Apa kau tertidur Kai? Kapan kau pulang?” tanyaku memastikan keadaan Kai.
“Ah iya.. nanti kita akan belajar bersama. Hmm.. Krystal, mianhae aku sudah mengantuk. Kau jangan tidur terlalu malam, nanti kau kesiangan. Oh iya, aku tidak tahu pasti kapan aku pulang. Kalau urusan disini sudah selesai, aku pasti akan langsung pulang. Sudah dulu ya.”
“Hmm.. baiklah kalau kau sudah mengantuk. Maaf mengganggumu. Selamat tidur Kai. Sampai jumpa lagi. Aku tunggu ya Kai.”
Pip~
Kai memutuskan sambungannya terlebih dahulu. Aku menghela nafas panjang. Lagi-lagi sikap Kai selalu berubah setiap aku membahas Sehun. Seolah dia tidak ingin membicarakan Sehun. Ada apa sebenarnya? Ah sudahlah, mungkin tadi dia benar-benar sudah mengantuk dan tidak ingin diajak bicara. Lebih baik aku tidur saja.
---
[Kai’s POV]
Aku mencoba menghubunginya, tetapi tidak bisa. Mungkin dia sedang menghubungi orang lain, sejak tadi operator mengatakan bahwa “nomor yang dituju sedang sibuk”.
Mencoba menghubungi lagi, dan berhasil tersambung. Tapi kenapa lama sekali dia mengangkatnya? Apa dia sudah tidur. Aku menghembuskan nafas lalu hendak memutus sambungan, namun terdengar suara dari seberang sana.
Aku tersenyum mendengar suara itu. Senang karena akhirnya dia mengangkat panggilanku. Tuhan.. sungguh aku merindukan gadis ini. Padahal baru sehari saja aku tidak bertemu dengannya, tapi aku merasa seperti sudah berminggu-minggu. Baiklah ini mungkin berlebihan, tapi inilah yang aku rasakan. Berusaha mengontrol nada bicaraku agar terdengar seperti biasanya. Apa barusan dia sedang tidur? Aku menanyakannya disaat kita sedang berbincang. Takut-takut panggilanku ini menganggu kegiatan tidurnya.
Aku menjauhkan jarak ponsel dari telinga setelah mendengar suara lengkingan dari seberang sana. Lengkingan yang khas dari gadis itu. Aku berdecak kesal lalu menyuruhnya agar tidak berteriak di telepon karena suaranya benar-benar membuat telingaku sakit. Tapi tidak apa, selama aku masih bisa mendengar suaranya. Mana mungkin aku bisa kesal pada gadis yang selama ini aku sayangi, ah.. maksudku cintai. Aku benar-benar mencintai gadis ini. Sungguh.
Aku tertawa mendengar dia berceloteh, kesal karena dia pikir yang menghubunginya malam-malam seperti ini orang jahat. Dan.. apa? Apa aku tidak salah dengar? Dia mengkhawatirkan aku? Demi Tuhan aku benar-benar senang mendengarnya. Walaupun tadi dia mengelak kalau dia tidak mengucapkannya, tetapi dari pertanyaan yang dia ucapkan sudah membuktikan kalau dia mangkhawatirkanku.
Itu sudah cukup.
Aku menanyakan kegiatannya hari ini disekolah? Tapi tunggu..
“Kai! Kau tahu dari mana kalau hari ini sangat menyenangkan? Iya hari ini aku benar-benar senang. Kau tahu, ternyata Sehun masih mengingatku. Hari ini kami sudah mengobrol panjang lebar. Tadi kita pergi kekantin bersama. Bahkan barusan aku diantar pulang oleh Sehun. Aku ingin sekali bercerita padamu Kai secara langsung. Sayang kau sedang ada diluar.”
DEG~
Sehun? Kenapa harus Sehun? Jujur saja aku kurang suka kalau dia sudah membicarakan Sehun. Baik, mungkin ini manusiawi. Aku teringat kejadian kemarin, dimana Krystal menceritakan seluruhnya padaku. Aku bingung.. sebagai sahabat Krystal aku seharusnya merasa senang karena orang yang selama ini dinantinya datang. Tapi sayang.. aku tidak bisa merasakan hal itu. Aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku. Memang aku bodoh karena tidak menyatakannya pada Krystal. Terlalu pengecut, takut kenyataan yang akan terjadi tidak sesuai dengan yang aku inginkan. Semua aku lakukan untuknya. Disaat dia sedang sedih, aku berusaha menghibur agar air matanya tidak keluar. Disaat dia sedang membutuhkan teman bicara, aku selalu datang dan siap mendengar semua ceritanya. Dan masih banyak lagi hal yang aku lakukan agar dia selalu tetap ceria.
Tapi untuk hal yang satu ini, aku tidak bisa mendengarnya. Ini membuat dadaku sakit.
Dan hal itu pula yang menjadi salah satu alasan mengapa aku bisa berada di Jepang sekarang ini. Jujur aku berusaha untuk menahan emosiku. Emosi yang tidak dapat aku ungkapkan. Dadaku sungguh terasa sesak. Aku berusaha menahan air mataku agar tidak keluar. Ini sudah kedua kalinya dia membahas Sehun. Entah kenapa aku bisa selemah ini. Aku ini namja. Mungkin alasannya karena kecewa. Ya, aku kecewa dengan kenyataan yang ada sekarang ini.
Sebenarnya aku memiliki rencana untuk mengungkapkan perasaanku padanya kemarin, saat di café. Tapi setelah dia menceritakan semuanya, aku mengurungkan niat. Aku melihat dia menceritakannya padaku dengan antusias. Ternyata dia masih menunggu jawaban Sehun. Kenapa dia masih menunggunya? Dan parahnya lagi, Sehun kembali datang.
Aku mencoba mengalihkan pembicaraan agar dia berhenti membicarakan Sehun, dan berhasil. Aku mengajaknya pulang dengan alasan sedang tidak enak badan. Sesampainya di rumah, Chan Yeol hyung memberitahu kepadaku kalau appa menyuruh kita untuk ke Jepang. Ini kesempatan yang bagus untuk menenangkan hatiku. Suasana hatiku waktu itu benar-benar kacau. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut ke Jepang.
Sekarang..
Untuk kedua kalinya dia membahas tentang Sehun. Mendengar hubungan mereka yang semakin dekat. Aku benar-benar tidak bisa. Ini membuat aku menjadi semakin sesak dan tidak siap untuk kehilangan dia. Aku hanya bisa diam dan mendengar ceritanya. Dia berhenti bercerita. Mungkin dia tersadar kalau pembicaraan kami hanya dari satu pihak. Baik.. aku tidak mau lagi membahas Sehun dengan mengelak aku sudah mengantuk. Setelahnya, dia percaya bahwa aku sudah mengantuk. Dan apa? Dia mengajak kami untuk belajar bersama. Aku, dia, dan Sehun? Aku tidak tahu apa aku sanggup berada pada situasi itu.
Setelah memutuskan sambungan telepon, aku membaringkan tubuh diatas kasur. Mencoba menutup mata berharap suasana hatiku membaik. Mencoba untuk tertidur tapi sulit. Aku mengacak rambut frustasi. Aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.
Ada sebuah pernyataan “cinta itu indah”, aku pikir tidak. Cinta membuatku frustasi. Dan ada pernyataan “asalkan dia bahagia, akupun bahagia”. Gila! Siapa orang yang menciptakan pernyataan itu? Aku tidak bisa membenarkan peryataan itu. Buktinya saat dia mengatakan kalau dia sedang bahagia saat ini, aku tidak ikut merasa bahagia. Justru tidak suka mendengar kabar bahagianya. Dan begitu banyak pernyataan yang menyatakan hal yang serupa, namun bagiku itu hanya sekedar omong kosong.
---
[Author’s POV]
Pagi itu Krystal sudah bangun. Diluar kebiasaan sehari-harinya selama ini. Saat mendengar bunyi alarm, gadis itu langsung beranjak ke kamar mandi.
Krystal bercermin sambil merapikan dirinya seperti gadis pada umumnya. Senyuman terukir di wajah cantiknya sambil terus melikuk-likukan tubuh di depan cermin. Setelah cukup puas dengan hasilnya, Krystal keluar kamar. Saat menuruni tangga, Krystal berpapasan dengan kakaknya.
“Annyeong eonni.” ucapnya girang.
Jessica melihat adiknya dengan tatapan heran. Ada sesuatu yang berubah dari adiknya. Penampilan Krystal akhir-akhir ini sungguh di luar kebiasaannya. Sifatnya yang menjadi ceria, bahkan wajahnya yang terlihat sangat cantik dengan sedikit bedak tipis yang menempel di permukaan kulit wajah dan bibirnya yang terus mengukir senyuman. Tapi Jessica hanya bisa tersenyum melihat Krystal. Kebiasaan adiknya yang dulu sudah kembali lagi.
Krystal dengan cepat menuruni tangga dan sampai di pintu keluar rumahnya. Ada seseorang yang sudah menunggunya di depan rumah.
Sehun.
Sudah satu minggu ini, Krystal dan Sehun selalu berangkat bersama. Sehun selalu menjemput Krystal. Hal itu membuat Krystal sangat senang. Diapun rela bangun lebih pagi dari biasanya. Dia tidak mau Sehun menunggunya terlalu lama, karena Sehun pun pasti bangun lebih pagi karena harus menjemput Krystal yang rumahnya berlawanan arah. Di tambah, Krystal ingin selalu terlihat cantik di depan Sehun.
Krystal memakai jaket yang tempo hari diberikan oleh Sehun. Saat itu ia berniat ingin mengembalikannya, namun Sehun menolak dan menyuruhnya untuk selalu memakai jaket itu ketika mereka pergi bersama.
Tapi..
Satu minggu ini pula Kai masih belum kembali ke Korea. Krystal setiap hari mendatangi rumah Kai. Keadaan rumah itu masih sepi, tidak ada seorang pun yang membukakan pintu saat Krystal mengetuk pintu rumah Kai, pertanda Kai masih belum kembali ke Seoul.
Krystal sudah sering kali mencoba menghubungi nomor Kai dan sekali pun tidak pernah di angkat oleh Kai. Lalu dia mencoba mengirimkan pesan singkat pada Kai hanya untuk menanyakan keadaannya, dan hasilnya tetap sama, pesan Krystal tidak ada yang dibalas.
Hubungan Krystal dan Sehun menjadi semakin dekat. Mereka selalu melakukan sesuatu bersama. Sebelum pulang Sehun mengajak Krystal untuk makan bersama. Sehun tahu betul kalau Krystal belum makan siang, karena hari ini mereka terus menghabiskan waktu didalam kelas. Krystal menyetujuinya karena memang benar Sehun dan Krystal belum makan siang dan perutnya tidak bisa diajak kompromi. Mereka akhirnya memilih rumah makan khas Jepang yang dulu mereka sering kunjungi bersama.
Suasana diantara mereka saat ini sangat canggung. Tidak ada seseorang yang memulai pembicaraan. Mereka tengah makan dengan tenang dan sunyi. Pikiran mereka sedang melayang entah kemana. Krystal makan sambil tertunduk seakan menghindari tatapan seseorang yang saat ini berada di depannya. Sehun sedari tadi terus menatap Krystal. Itu lah yang membuat Krystal menundukan kepalanya. Gugup? Tentu saja.
Kedua piring mereka sudah kosong. Tidak ada sebutir nasi pun dipiring mereka, membuktikan keduanya dalam keadaan lapar. Krystal menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sambil mengusap-ngusap perut. Tatapannya berpindah untuk menatap Sehun dan.. pandangan mereka bertemu. Hening.
“Krys..”
“Ya Sehun?”
“Apa tidak ada hal yang ingin kau tanyakan padaku?”
“Sebenarnya ada.. tapi.. lupakanlah. Aku sudah tidak ingin menanyakannya.”
“Apa benar kau sudah tidak ingin mendengarkan jawabanku?”
“Eh?” Krystal kaget. Sebenarnya, jawaban Sehun sudah di tunggu-tunggu oleh Krystal selama ini. Tetapi dia tidak siap dengan jawaban yang akan dilontarkan Sehun. Dia takut jawabannya akan menyakitinya lagi. Cukup seperti ini, bisa berada dekat dengan Sehun saja dia sudah sangat senang. Dia tidak mau kejadian yang dulu terulang lagi. Tiba-tiba Krystal mengingat seseorang yang selama ini selalu bersamanya. Kenapa pikirannya beralih pada namja itu? Apa Krystal ragu? “Sehun maaf sekarang aku harus pulang. Aku harus melihat ke rumah Kai, dia sudah pulang atau belum. Aku khawatir dengan keadaannya, sampai sekarang masih tidak ada kabar dari dia.”
DEG~
“Aku.. aku akan mengantarmu.” Sehun baru saja akan berdiri, namun Krystal menahannya.
“Tidak perlu, lagi pula jarak rumahku dari sini sudah tidak terlalu jauh. Aku bisa pulang sendiri. Gomawo, atas hari ini. Aku benar-benar senang.”
“Chankaman!” Sehun mengejar Krystal yang sudah berada di pintu keluar rumah makan.
GREB~
Sehun memegang pergelangan tangan Krystal. “Waeyo Sehunnie?”
”Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Ak.. aku harap kau masih mau mendengar jawaban dari pernyataanmu waktu itu. Aku tahu ini memang sudah sangat terlambat. Tapi.. aku tidak ingin lari lagi. Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan ini.”
Seketika degup jantung Krystal berdebar semakin kencang. Ia seaakan tahu arah pembicaraan Sehun.
Matahari yang sudah mulai terbenam, namun masih cukup menyinari kota Seoul. Masih cukup romantis untuk seseorang yang akan menyatakan cinta.
“Krys, aku harap kau masih mempunyai rasa yang sama terhadapku seperti dulu. Maaf aku tidak bisa langsung menjawabnya waktu itu, karena.. aku benar-benar bingung.. aku sudah diberi tahu sebelumnya oleh appa kalau kami akan pindah ke China dan akan melanjutkan studiku disana. Karena itu, jika aku menjawabnya, aku takut akan mengecewakanmu. Sekali lagi aku minta maaf. Kau tahu, saat itu aku sangat ingin langsung memberitahumu. Saat di China aku terus memikirkan dirimu, mencemaskan keadaanmu, merindukanmu, dan aku sangat ingin bertemu denganmu untuk mengatakan hal ini. Kalau aku.. aku.. menyayangimu dan aku.. benar-benar mencintaimu Krys.. sangat mencintaimu.” ucap Sehun mantap sambil memegang pundak Krystal.
Air mata Krystal jatuh begitu saja mendengar apa yang baru saja didengarnya. Bukan sedih, melainkan air mata bahagia. Krystal tidak menyangka perasaannya terhadap Sehun akhirnya terbalaskan. Jawaban Sehun sesuai dengan yang diharapkannya.
“Na.. nado Sehunnie..” ucap Krystal dengan nada sedikit bergetar dan bulir air mata yang sudah bergerombol keluar dari kelopak matanya.
Sehun menarik Krystal kedalam pelukannya. Membenamkan wajah Krystal pada dada bidangnya. Mengusap punggung Krystal lembut. Masih terdengar suara isakan dari mulut Krystal. Mendengar isakan itu semakin mengencang, Sehun mengeratkan pelukannya, seakan tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya lagi.
Sehun melonggarkan pelukannya setelah suara isakan tersebut mulai menghilang, kemudian menangkup wajah Krystal dengan kedua tangannya. “Uljima ne. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi Krys.” Sehun menyeka air mata gadis itu yang terus mengalir membentuk aliran anak sungai.
Krystal menutup kedua kelopak matanya. Menikmati semua perlakuan Sehun terhadapnya. Sehun hanya bisa tersenyum melihatnya. Mengecup singkat kedua kelopak mata gadis itu yang tertutup. Turun mengecup hidungnya. Dan terakhir.
Chu~
Kedua mata Krystal membulat sempurna saat bibir tipis Sehun menyentuh bibirnya. Walau sangat singkat, namun itu sukses membuat degup jantungnya semakin kencang. Krystal mengedip-ngedipkan kelopak mata seraya wajahnya yang merona, setelahnya ia menunduk malu menerima tindakan Sehun yang tiba-tiba. Semua benar-benar di luar perkiraannya. Sehun tersenyum melihat tingkah gadis itu. Kemudian ia mengacak rambut Krystal lalu mencubit pipinya, gemas.
Senyuman tiba-tiba saja muncul di wajah Krystal, lalu dia berhambur memeluk Sehun erat. Sehun membalas pelukan itu. Krystal sedang meresapi aroma tubuh Sehun yang khas. Menikmati semua perilaku Sehun yang menurutnya sangat manis hari ini. Semua hal yang diharapkan selama ini, bisa menjadi kenyataan.
“Kajja, akan aku antar kau pulang. Langit sudah gelap. Aku tidak mau kekasihku yang cantik ini pulang sendirian. Dan aku tidak mau mendengar kata penolakan. Arrachi!”
Krystal hanya bisa mengangguk lalu mengikuti arah jalan Sehun menuju tempat dimana motornya diparkirkan.
---
[Kai’s POV]
Aku sedang berdiri di balkon kamar. Menikmati sejuknya udara malam di kota kelahiranku. Tidak sengaja saat aku hendak masuk ke dalam kamar, aku menoleh ada sebuah motor sport hitam yang berhenti di depan rumah Krystal. Tapi tunggu.. seseorang yang turun dari motor itu sepertinya aku kenal. Saat dia membuka helm, rambutnya jatuh dan terurai bebas yang menunjukan bahwa dia seorang gadis. Aku mengenali gadis itu, tentu saja. Dia turun dari boncengan sambil tersenyum. Senyuman yang mencerminkan dia sangat senang saat itu. Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi diantara mereka berdua sejak aku pergi. Mereka benar-benar sudah menjadi lebih akrab. Dan aku tidak suka itu.
Seketika tekanan darahku naik. Melihat kejadian yang selama ini tidak ingin aku lihat dengan mataku sendiri. Sungguh aku tidak suka ini.
Seorang pria yang menggunakan seragam sama dengan gadis itu, turun dari motornya. Menghampiri gadis yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Orang tersebut membuka helm-nya. Aku bisa melihat orang itu dengan jelas tersenyum pada gadis yang selama ini mengisi hatiku. Dia seorang murid yang baru masuk ke sekolahku, murid pindahan dari China. Sekaligus sahabat baruku.
Aku segera bersembunyi di balik pintu, takut-takut mereka menyadari keberadaanku. Memang aku tidak memberi kabar kepada mereka berdua kalau hari ini aku sudah kembali.
Aku melihat Sehun mengusap kepala Krystal, memegang bahunya, bahkan mencium pipi sebelum kembali menaiki motornya. Aku membulatkan mata menyaksikan kejadian itu. Lemas.. seketika persendianku melemah. Berusaha agar tidak jatuh, aku menyenderkan punggungku pada tembok. Aku tidak ingin melihatnya lagi. Ini membuat aku semakin merasakan sakit. Bukan secara fisik, melainkan hati.
Aku melirik kearah luar, ternyata sudah tidak ada siapapun disana. Aku memejamkan mata sambil merebahkan tubuhku diatas kasur. Mencoba untuk menenangkan hatiku walau itu sangat sulit. Aku sadar aku ini seorang namja. Tapi kenapa aku merasa sangat rapuh? Apa seorang namja tidak bisa merasakan hatinya sakit, melihat gadis yang dicintainya diperlakukan mesra oleh orang lain?
Aku melihat layar ponselku. Melihat wallpaper yang aku gunakan. Sebuah foto biasa mungkin bagi seseorang, tapi tidak bagiku. Aku dan Krystal yang sedang duduk di bangku taman samping rumah kami. Jariku yang kubentuk seperti huruf ‘V’ sambil tersenyum, sedangkan dia menjulurkan lidahnya, lucu.
Aku masih mengingatnya. Saat itu dia sedang murung karena dihukum oleh Kang songsaenim.
“Krys, sudahlah jangan dimasukan kedalam hati perkataan songsaenim tadi. Aku yakin, beliau hanya ingin yang terbaik untukmu agar tidak menyesal dikemudian hari.”
“Tapi Kai.. aku tidak ingin dipermalukan didepan kelas seperti itu. Aku benar-benar malu.” Suara Krystal yang sedikit bergetar, berusaha agar bulir air matanya tidak jatuh namun gagal. Air mata Krystal pelan-pelan mulai jatuh membasahi wajahnya.
Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya berusaha menenangkan Krystal dengan mengusap kepalanya lalu mencoba menarik kepala Krystal agar bersandar pada bahuku. Krystal tidak menolaknya. Dia malah semakin histeris. “Menangislah agar kau bisa lebih tenang.” Ucapku sambil mengusap bahunya.
Aku pikir dia sudah merasa enakan, terbukti dari suara isakan tangisnya sudah berhenti. Dia kembali duduk normal. Aku mengusap ujung sudut matanya yang basah itu. Dia menoleh ke arahku sambil mengedip-ngedipkan kelopak matanya. Aku hanya bisa tersenyum dan dia membalas senyumanku.
Aku merogoh saku celanaku untuk mengambil sesuatu, ponsel. Aku menekan icon yang bergambar kamera lalu mengacungkannya ke atas. “Lebih baik kita berfoto. Suasana sore ini begitu indah menurutku. Sayang kalau tidak di abadikan.”
Dia mengangguk setuju lalu bergumam “songsaenim jelek wlee..”
Klik..
Aku tersenyum mengingat kejadian itu. Begitu banyak kenangan bahagia yang aku rasakan bersama dia. Aku tidak ingin melupakan semua moment indah yang pernah aku alami bersama gadis itu. Aku mematikan ponselku lalu menarik selimut.
Memang ini masih belum terlalu malam, namun tubuhku terasa lelah. Mungkin karena aku baru saja tiba di Seoul, ditambah kejadian yang menguras emosiku. Sudahlah aku sudah tidak ingin membahasnya.
Krystal, apa kau tidak bisa merasakan sakit yang aku rasakan?
---
[Krystal’s POV]
Sebelum masuk aku menoleh kearah balkon kamar Kai. Namun tidak ada siapapun disana. Tapi.. tadi sepertinya ada seseorang yang berdiri disana. Apa mungkin hanya perasaanku saja? Seperti Kai yang ada disana. Sejenak memperhatikan lagi, lalu masuk kedalam rumah setelah Sehun pulang.
Sesak..
Mengapa tiba-tiba dadaku terasa sesak? Seseorang yang terbesit dipikiranku, Kai. Apa terjadi sesuatu pada Kai? Ada apa dengan dia? Sambil memegang dada, aku berjalan lemas untuk duduk pada sofa diruang tengah. Mencoba mengatur nafas sambil bersandar pada sandaran sofa.
Kenapa perasaanku mengatakan terjadi sesuatu pada Kai?
Setelah dirasa cukup tenang dan deru nafas sudah kembali normal, aku beranjak untuk kekamar.
Setelah membersihkan tubuh karena seharian ini aku berada diluar dan tubuh terasa lengket, aku duduk di kursi meja belajar. Mengambil ponsel lalu mencari nomor seseorang. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Entah kenapa tiba-tiba aku merindukan dia, rindu dengan keberadaanya yang terkadang membuatku kesal namun terkadang dia selalu bisa memperbaiki suasana hatiku.
Aku mencoba menghubungi nomor Kai. Tapi kali ini tidak tersambung. Aku berjalan-jalan gelisah di dalam kamar sambil terus menggenggam ponsel. Memikirkan keadaan Kai.
Tiba-tiba aku merasa pusing. Aku berjalan ke arah tempat tidur. Merebahkan sekujur tubuhku sambil menutp kedua mata dan memijit keningku ringan. Mungkin aku kelelahan hari ini. Besok aku akan mencoba menghubunginya lagi.
---
[Sehun’s POV]
Akhir-akhir ini aku selalu berangkat dan pulang bersamanya. Bersama gadis yang pernah mengisi hatiku. Jujur saja aku benar-benar merasa bersalah setelah mendengar penjelasan Kai waktu itu. Krystal menjadi gadis yang dingin dan cuek. Itu lah yang membuat aku merasa bersalah. Krystal yang aku kenal dulu itu seorang yang sangat ceria dan mudah bergaul dengan lingkungannya.
Aku tidak menyangka akhirnya aku bisa bertemu lagi dengannya. Bahkan kami satu kelas. Saat bertemu kembali dengannya, dia sangat dingin kepadaku. Untung ada Kai yang sudah menjadi sahabat baruku yang menyuruh gadis itu untuk bersikap baik dan berkenalan denganku.
Aku melihat mereka sedang duduk berdua di bangku taman belakang sekolah. Walau aku tidak bisa mendengar percakapan diantara mereka, namun aku bisa melihat sikap perhatiannya terhadap Krystal. Mereka ternyata benar-benar dekat. Awalnya aku mengira kalau mereka sudah menjalin hubungan menjadi sepasang kekasih, namun pernyataan Kai saat di kelas membuatku sedikit lega.
Besoknya, aku melihat Krystal duduk sendiri di dalam kelas. Aku bingung, kemana Kai yang selalu berada didekatnya. Sakit? Tapi dia kemarin terlihat baik-baik saja. Tapi tidak apa, aku akan mencoba untuk mendekati Krystal lagi dan menebus kesalahanku.
Mengantar dia pulang untuk pertama kalinya. Sungguh itu membuat aku senang. Dulu aku tidak bisa mengantarnya pulang, karena kami masih kecil. Ditambah rumah kami yang berlawanan.
Hari ini aku benar-benar senang bisa mengajaknya makan bersama di rumah makan khas Jepang yang dulu sering kami kunjungi, tapi tentu saja ada orang tua kami. Aku bertekad untuk mengungkapkan isi hatiku padanya. Aku mulai memancing arah pembicaraan. Tapi dia seperti tidak ingin membicarakan hal itu. Bingung. Apa dia sudah tidak memiliki perasaan padaku? Karena suasana yang begitu canggung atau apa, tiba-tiba saja dia ingin segera pulang.
“Sehun maaf sekarang aku harus pulang. Aku harus melihat ke rumah Kai, dia sudah pulang atau belum. Aku khawatir dengan keadaannya, sampai sekarang masih tidak ada kabar dari dia.”
Kai? Aku menautkan alis. Benar.. sudah hampir seminggu dia tidak memberi kabar pada kami. Terakhir aku mendengarnya dari Krystal kalau dia sedang berada di Jepang. Sebelum dia melangkah lebih jauh, aku mengejarnya. Sudah aku putuskan, aku tidak boleh menghindar lagi. Tidak peduli dengan jawaban dari Krystal nanti, yang terpenting aku sudah mengungkapkan perasaan yang tulus dari hatiku.
Sungguh senang setelah mendengar jawaban dari Krystal, ternyata dia masih mencintaiku. Aku tidak akan membuatnya terluka lagi. Tidak akan meninggalkannya lagi. Aku berjanji. Aku sangat menyesal karena pernah membuatnya menunggu terlalu lama.
Tapi aku masih penasaran dengan hubungan Krystal dan Kai. Aku merasakan ada sesuatu diantara mereka. Dan Kai yang tiba-tiba saja menghilang begitu membuat Krystal cemas. Memang tidak pantas aku cemburu pada sahabatku. Mudah-mudahan perkiraanku salah, hubungan mereka hanya sebatas pertemanan, tidak lebih. Karena aku benar-benar mencintai Krystal.
---
[Author’s POV]
Drrtt~
Drrtt~
Drrtt~
Krystal terbangun akibat getaran dari ponselnya yang ada di nakas samping tempat tidur. Sedikit kesal karena hal itu membuat kegiatan tidur di hari Minggunya terusik. Dia sengaja tidak mengaktifkan jam waker-nya karena hari ini hari libur. Krystal menoleh untuk melihat jam yang tergantung di dinding kamar, pukul 9 pagi. Tanpa menoleh layar ponsel untuk mencari tahu siapa yang menghubunginya di pagi hari, gadis itu menggeser icon hijau.
“Yeobosseo.” tanya Krystal dengan suaranya yang masih berat karena baru saja bangun tidur.
“Krystal… maaf sudah menganggu tidurmu. Maukah kau temani aku untuk berjalan-jalan hari ini?”
TBC
(To Be Continue)
Author Note : Halo.. ini chapter 2 dari ff-ku. Maaf kalau feelnya kurang ngena. Namanya juga lagi belajar, bukan begitu? Oh iya, Rated aku naikin jadi 15+ ya.. nanti kalian tau di chapter 3/End aka nada adegan yang dilarang ditiru. Haha tenang aja, ga akan aneh-anek kok. Mudah-mudahan aja kalian suka.
Sekian.. next chapter minggu depan ya. Makasih yang udah mau baca. Setelah chapter 3 di publish, mohon untuk memberikan komentarnya, atau kalian bisa mengklik ‘love’ jika kalian suka. Ya.. bukan apa-apa. Cuma kepingin tau aja, senerapa banyak orang yang suka sama tulisan pertamaku.
Sekali lagi terima kasih :D