Genre : Friendship, Hurt, School Life, Romance
Rating : T (15+)
Chapter 1
[Krystal’s POV]
Waktu sudah menunjukan pukul 6 pagi di kota Seoul. Suara yang ditimbulkan oleh jam waker sukses mengganggu kegiatan tidurku. Aku mematikan jam waker itu lalu kembali menutup seluruh tubuhku dengan selimut. Rasanya sangat malas sekali kalau harus bangun sepagi ini.
Perkenalkan, aku Jung Soo Jung tapi sering dipanggil Krystal. Umurku 19 tahun. Saat ini aku duduk di kelas 3 sekolah menengah atas. Tahun ini aku akan segera menghadapi ujian kelulusan dan melanjutkan studiku kejenjang universitas, menjadi seorang mahasiwi.
Aku ini termasuk gadis yang sangat sulit untuk bangun pagi, karena menurutku tidur adalah hal yang paling indah dan menyenangkan. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa sesantai dan semalas ini menjelang ujian kelulusan.
Namun perlu diingat, kemampuanku dibidang akademik tentu saja tidak seburuk yang kalian pikirkan. Hanya saja ada satu pelajaran yang membuatku frustasi dan angkat tangan yaitu matematika. Persetan dengan pelajaran itu.
Aku bukan termasuk siswi yang aktif dibidang non-akademik. Alasannya, karena aku malas untuk mengikutinya. Aku pikir itu akan membuat waktuku terbuang sia-sia. Lebih baik kugunakan saja untuk tidur.
“Yaa!! Krystal sedang apa kau sebenarnya, eoh..? Cepat bangun nanti kau kesiangan dan cepat mandi!!”
Aku menutup kedua kupingku. Teriakan dari Jessica eonni itu sukses membuat telingaku sakit. Kenapa bisa suaranya tidak habis-habis? Padahal setiap pagi harus berteriak seperti itu untuk membangunkanku. Aissh..
“Arra.. arra.. Aku akan mandi.” aku terpaksa beranjak dari tempat tidur, mengambil handuk yang tergantung dibelakang pintu kamar lalu segera masuk ke kamar mandi. Kalau tidak, bisa-bisa Jessica eonni akan meneriakiku lagi dengan suaranya yang melengking sehingga merusak pendengaranku.
---
“Annyeong Krystal.” ucap seseorang sambil merangkul pundakku. Aku terus jalan tanpa menghiraukan orang yang setiap pagi selalu mengganggu.
Dia adalah Kim Jong In yang biasa dipanggil Kai. Kai salah satu temanku sekaligus sahabat terbaikku. Ya.. walau Kai sering sekali menggangguku, tapi dia selalu ada disaat aku membutuhkan seseorang disampingku. Dia juga sangat peduli dan perhatian terhadapku. Jadi Kai sudah aku cap sebagai sahabat terbaikku.
Kami sudah saling mengenal sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dia orang yang sangat mudah bergaul dan mampu memahami sifatku ini. Rumah kami saling bersebrangan, dan jarak rumah kami ke sekolah bisa dibilang dekat. Kami tidak membutuhkan kendaraan seperti mobil atau motor untuk sampai ke sekolah, cukup dengan jalan kaki. Hitung-hitung menghemat biaya dan mengurangi polusi udara, karena saat ini kota Seoul sudah sangat padat dan ramai.
“Annyeong.” Jawabku acuh sambil berusaha melepaskan tangannya dari pundakku.
“Aiiissssh kau ini.. Tidak bisakah kau menyambutku dengan baik? Sekali saja setelah kita berteman hampir 5 tahun kau tidak pernah menyapaku dengan senyuman. Ayolah, aku akan menteraktirmu ice cream sepulang sekolah jika kau tersenyum. Bagaimana?”
Aku tak memperdulikannya dan terus berjalan karena hampir setiap hari dia menawariku ice cream, sudah tahu aku akan menolaknya tapi tetap saja dia menawariku ice cream. Tidak habis pikir memang, sungguh namja yang tidak pandai merayu.
“Yaa.. Jawab aku. Atau kau menginginkan sesuatu? Aku akan membelikannya untukmu. Tapi jangan yang terlalu mahal, bisa-bisa aku tidak makan sebulan ini karena harus menteraktirmu.”
Aku menatapnya sinis. Apa? Dia masih saja memasang wajah memohonnya. Aku tersenyum kecil melihatnya merengek-rengek. Sepertinya aku yang harus meneraktirnya ice cream bukan dia. “Akukan tidak memintamu untuk menteraktirku. Jadi itu bukan urusanku Kai. Aku mau dua porsi hamburger dan dua porsi ice cream.”
“Jinjja? Dasar rakus kau Krystal.”
“Ya sudah kalau tidak mau.”
“Arra, arra.. Aku akan membelikannya. Nah sekarang tersenyumlah.”
Aku berhenti lalu menolehnya. Baiklah.. akan aku turuti keinginannya. Aku tersenyum sangat lebar dan menampilkan deretan gigiku yang rapi. Dengan cepat aku mencubit perutnya lalu berlari sekuat tenaga.
“AAAWW, SAKIT!! DASAR LICIK!! TUNGGU JANGAN TINGGALKAN AKU!! AKAN KUBALAS NANTI!” Teriaknya sambil mengejarku. Aku tertawa penuh kemenangan karena berhasil membuatnya kesal. Dasar namja bodoh.
---
Aku dan Kai sudah sampai didepan kelas, kami masuk kedalam dan langsung menuju kursi masing-masing. Kai duduk dikursi paling belakang samping jendela dan aku duduk didepannya. Dia selalu saja berada didekatku, mengikuti kemana saja aku pergi.
Seperti biasa suasana kelas dipagi hari selalu sama. Ada yang mengerjakaan tugas, bergosip, bercermin sambil senyam-senyum sendiri, menyisir, dan bahkan mengeroll rambutnya. Aku menggeleng-gelengkan kepala. Ini sekolah, bukan tempat fashion show.
Sebenarnya aku bukan tipikal gadis yang senang berdandan. Rambutku saja jarang aku sisir, kubiarkan saja terurai. Karena berdandan sebelum ke sekolah membuat waktu tidurku berkurang, jadi lebih baik kupakai untuk tidur. 10 sampai 15 menit itu sudah cukup.
Tidak lama kemudian bel berbunyi pertanda jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Kang songsaenim, guru matematika yang paling aku benci akhirnya datang sambil membawa tumpukan kertas ditangannya yang aku yakini itu adalah hasil ulangan matematika yang kami kerjakaan minggu lalu. Aku bergidik melihatnya, sudah pasti aku akan mendapatkan nilai terkecil lagi di kelas.
Tapi tunggu, ada seseorang yang berjalan dibelakang songsaenim. Aku merasakan ada hal yang aneh saat pandangan kami bertemu. Dia tersenyum padaku. Rambut hitam kecoklatan, tubuh tegap juga tinggi, kulit yang bersih dan seputih susu, pipi yang tirus, dan wajahnya yang hmm tampan. Apa aku mengenalnya?
“Selamat pagi anak-anak.”
“Selamat pagi songsaenim.” jawab seluruh murid.
“Sebelum kelas dimulai saya ingin memberitahu, kita kedatangan murid baru pindahan dari China. Silahkan perkenalkan dirimu.” perintah Kang songsaenim pada anak yang sedari tadi membuntutinya.
“Annyeonghaseyo, jeoneun Oh Se Hoon imnida. Panggil saja aku Sehun. Aku murid pindahan dari China, senang berkenalan. Aku harap kalian bisa menerimaku.” ucap namja yang yang baru diketahui namanya Sehun.
“Ne, annyeong Sehun-ssi..” jawab seluruh murid di kelas lagi.
“Wah, kau fasih sekali berbahasa Korea.” ucap Kang songsaenim takjub.
“Ah iya, saya sebenarnya lahir di Korea, tetapi saat duduk di bangku sekolah dasar ayah saya dipindahkan kerjanya ke China, akhirnya saya harus ikut pindah. Dan baru sekarang saya pindah ke Korea lagi karena ayah saya ingin saya lulus di Korea.”
“Baiklah kalau begitu, silahkan Oh Se Hoon kau bisa duduk disamping bangku Kim Jong In.” perintah Kang songsaenim sambil menunjuk bangku yang dimaksud. ”Sekarang pelajaran dimulai, silahkan kumpulkan tugas yang saya berikan minggu lalu.”
“Ne, kamsahamnida songsaenim..”
---
Sedari tadi saat Kang songsaenim menjelaskan materi tentang ‘limit fungsi’ -tentu saja aku tidak mengerti binatang apa itu ‘limit fungsi’- aku terus melirik kearah namja itu, Sehun. Aku merasa sangat familiar. Tapi aku benar-benar lupa. Sehun? Sekolah dasar? Pindahan dari China.
Jangan-jangan?!
“MWO!!” teriakku spontan. Dan sukses membuat semua orang yang berada di kelas melihatku bingung, termasuk Kang songsaenim. Aku langsung membekap mulutku begitu menyadari tindakan bodoh yang baru saja dilakukan.
”Ada apa Jung Soo Jung? Apa kau sudah berhasil menjawab pertanyaan di papan tulis? Sekarang kau coba kerjakan didepan.”
Mataku membelalakkan mata. “Aish.” desisku. “Akan kucoba songsaenim.”
Aku terpaksa maju kedepan sambil merutuki kebodohan yang sudah aku perbuat. Tentu saja aku belum mengerjakan soal dipapan tulis itu. Dan sekarang aku harus mengerjakannya sendiri didepan kelas. Sudah pasti aku akan mendapatkan hukuman. Aku menoleh ke arah Kai, dia tersenyum melihatku sambil mengangkat kepalan tangannya seolah berkata semangat Krystal. Aku memutar bola mata lemas sambil berjalan gontai kedepan.
Apa yang kau lakukan Krystal!
---
[Author’s POV]
Bel istirahat sudah berbunyi. Kang songsaenim keluar kelas diikuti oleh para murid yang lainnya. Tentu saja semua murid mempunyai tujuan tempat yang sama, kantin. Krystal kembali ke tempat duduknya setelah hampir satu jam lebih ia dihukum berdiri dengan satu kaki karena tidak bisa mengerjakan soal dipapan tulis.
Krystal melihat Kai sahabatnya yang sedang asik mengobrol dengan murid yang baru saja pindah ke sekolah mereka, Sehun. Krystal kembali menuju bangkunya untuk beristirahat sejenak melemaskankan otot-otot kakinya yang sudah mulai keram.
Gadis itu berdecak kecil karena Kai tidak kunjung menghampirinya yang sedang dalam mood tidak baik, malah terus asik mengobrol dengan Sehun. Akhirnya Krystal beranjak dari tempat duduk untuk keluar kelas. Tapi sebuah suara membuatnya berhenti sebentar lalu menoleh kearah sumber suara.
”Hey, kau mau kemana Krystal? Kau tidak mau berkenalan dengan Sehun? Dia orang yang sangat menyenangkan.” ucap Kai yang baru menyadari Krystal keluar kelas.
Krystal tidak menggubrisnya. Hanya melirik sebentar lalu memutar bola mata dan menghentakan kaki kesal sambil melanjutkan langkahnya.
“Aish. Kebiasaan anak itu. Sehun kau jangan diambil hati yah. Krystal orangnya memang begitu tapi sebenarnya dia itu anak yang baik tapi dia memang sangat sensitif. Sikapnya sangat sulit ditebak.” ucap Kai takut Sehun merasa tersinggung akibat ulah sahabatnya itu.
“Ah gwaenchana Kai.”
Kai mengangguk sambil menatap kearah pintu dimana Krystal sudah tidak ada lagi disana. “Tapi entahlah kenapa dia seperti itu, sejak lulus sekolah dasar 5 tahun yang lalu. Dia sudah menjadi gadis yang seperti itu. Padahal dengar-dengar dia orang yang sangat ceria dan mudah bergaul.”
Krystal, sekolah dasar, apa benar dia orangnya?
---
Seorang gadis cantik sedang duduk menyendiri sambil menatap rumput yang bergoyang tertiup angin, tepatnya dibangku taman belakang sekolahnya yang berada dibawah pohon tua besar tetapi masih terlihat indah. Rambutnya yang sedikit bergelombang, tertiup angin membiarkan udara sejuk itu melewati permukaan kulit wajahnya menampakan keindahan karya Tuhan yang begitu sempurna. Taman itu bisa dibilang sangat sepi. Jarang sekali ada orang yang datang ke taman itu, apalagi disaat jam istirahat seperti sekarang ini. Para murid lebih memilih untuk berada di kantin dan mengisi perut mereka.
“Sehun, apa kau masih mengingatku?” ucap gadis itu sangat lirih, hampir tidak terdengar karena beradu dengan suara gesekan dedaunan yang tertiup angin.
Pikirannya terus saja di bayang-bayangi oleh seseorang. Teringat kembali pada memori mengenai kejadian masa lalu yang pernah dialaminya. Dimana ia merasakan sakit hati yang mendalam, juga rasa penasaran yang jawabannya sampai sekarang masih belum ia peroleh.
”Kau sekarang sudah tumbuh menjadi namja yang sangat tampan.”
Tidak lama kemudian ada seseorang menepuk bahunya dan sukses membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Gadis itu menoleh untuk mencari tahu siapa yang menepuknya.
“Hey, ada apa? Kenapa wajahmu bersedih seperti itu?.” ucap seseorang yang baru saja datang dan langsung duduk disamping gadis itu. “Kau kan sudah berjanji akan terus tersenyum hari ini?”
“Siapa yang berjanji? Aku tidak pernah berjanji untuk tersenyum hari ini. Cukup tadi pagi saja karena kau yang memaksa.”
”Kau ini.. sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan, eoh? Soal matematika tadi? Tidak usah khawatir, aku akan meminta tolong hyung-ku agar dia mau mengajari kita matematika seperti biasanya. Mudah bukan?”
Gadis itu menggeleng pelan lalu menoleh kearah lain sehingga namja yang datang tadi tidak bisa melihat ada tetesan air mata yang keluar dari sudut matanya.
“Hey hey, kenapa kau jadi semakin sedih begini?” ucap orang itu sambil membalikan badannya agar berhadapan dengan gadis itu. “Astaga.. kenapa kau menangis?”
“Kai…”
“Kalau kau masih belum ingin menceritakannya padaku, tidak apa-apa.” namja bernama Kai tersenyum sangat hangat sambil menyeka air mata itu dengan ibu jarinya. “Nah sekarang kau makan dulu.” Kai menyodorkan sebuah kotak bekal. “Kau tadi pagi tidak sarapan kan? Sekarang makanlah, nanti penyakit lambungmu kambuh.”
“Ck.. Kau ini sudah mau ujian kelulusan tapi masih membawa kotak bekal.”
“ Dasar tidak tahu terima kasih. Aku membawakan ini untukmu. Aku sudah sarapan tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah.”
“Jinjja? Nan jeongmal gomawoyo.. aku jadi bisa menyimpan uang jajanku kalau begitu.” ia mengambil kotak bekal itu lalu membukanya sambil tersenyum. Matanya membulat. Sedikit ada kelegaan bagi Kai melihat gadis yang ia sayangi bisa menampakan senyumnya.
“Benarkan jika kau tersenyum kau akan terlihat lebih cantik Krystal.”
“Eh? Ya aku ini memang cantik. Semua orang tahu itu..” ucap Krystal dengan penuh rasa percaya diri. “Tapi ini saja tidak cukup, kau harus tetap menteraktirku hamburger dan ice cream. Kau sudah janji hari ini.” Krystal menjulurkan lidahnya.
“Arra, arra.. Dasar gadis rakus. Sudah sekarang cepat makan sebentar lagi kita harus segera masuk ke kelas.”
“Gomawo Kai.” Krystal langsung memakan bekal yang tadi diberikan Kai dengan lahap.
“Ne, Selamat makan.”
Terima kasih Tuhan.
Engkau sudah memberikanku sahabat yang sangat baik..
Apapun yang dia lakukan padaku, selalu bisa merubah hatiku kembali tenang.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang melihat semua kegiatan mereka. Dia bersembunyi di balik tembok pembatas sekolah dengan taman itu.
”Krystal apa benar itu kau? Mianhae.” ucap orang itu dibalik tempat persembunyiannya.
---
Bel pelajaran terakhir pun akhirnya berbunyi. Setelah memberi salam pada Lee songsaenim, para murid langsung berhamburan keluar kelas menuju rumah masing-masing. Bel pulang adalah sesuatu yang sudah ditunggu-tunggu oleh seluruh murid tidak terkecuali Krystal. Krystal sudah selesai memasukan buku pelajaran kedalam tas miliknya. Kai dan Sehun masih memasukan buku mereka sambil tertawa terbahak-bahak seakan ada lelucon lucu yang sedang mereka bicarakan.
[Krystal’s POV]
Aku melihat mereka sedang tertawa terbahak-bahak, Kai meninju lengan Sehun dan sebaliknya Sehun membalas. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan dan aku tidak peduli dengan hal itu paling hanya obrolan anak lelaki seperti biasanya. Aku berjalan menghampiri Kai.
“Kai kajja perutku sudah lapar.” ucapku sedikit memelas. Membuat Kai menoleh kearahku. Dan ternyata bukan hanya Kai yang melihat kearahku, Sehun juga melihat kearahku. Kenapa aku bisa lupa kalau ada Sehun disana? Tatapan kami pun bertemu.
DEG~
“Arra dasar rakus. Tapi sebelumnya kau harus berkenalan dulu dengan Sehun. Sehun.. ini sahabat terbaiku yang cantik namanya Krystal. Dan Krystal ini Sehun dia orangnya asik juga, aku saja bisa langsung akrab dengannya, kau juga pasti akan mudah akrab dengannya.”
“Sehun imnida.. Senang berkenalan.. Semoga aku bisa jadi sahabatmu juga seperti kau dan Kai.” ucapnya sambil tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya.
”A.. ak.. aku Krystal.” Sial. Kenapa tiba-tiba saja aku gugup. Aku menjabat tangannya sedikit canggung dan cepat aku menoleh kearah Kai, “Kai kajja aku sudah benar-benar lapar.” bagaimanapun aku tidak suka dengan keadaan sekarang.
“Baiklah, sampai jumpa Sehun. Obrolan yang tadi kita lanjutkan lagi besok dan hati-hati di jalan yah.” ucap Kai sambil berjalan cepat mengikuti aku yang sudah berjalan terlebih dahulu.
“Ne, hati-hati dijalan juga.”
---
Aku dan Kai sudah tiba disebuah café yang tidak terlalu besar. Aku memesan dua porsi hamburger dan dua cup ice cream. Tentu saja aku tidak memakannya sendirian, satu porsi untuk aku dan satunya lagi untuk Kai. Aku tidak akan tega melihat dia kelaparan karena kehabisan uang untuk menteraktirku hari ini, mau bagaimanapun dia sudah benar-benar baik terhadapku dan terlebih dia sudah membuat hatiku tenang hari ini saat kejadian di taman tadi.
---
Setelah selesai makan, kami keluar dari café itu dan kembali berjalan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang tidak ada seorangpun diantara kita yang memulai pembicaraan. Seakan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tidak terasa hari semakin larut dan semakin gelap. Kamipun sudah sampai didepan rumahku.
“Kita sudah sampai. Kau cepat masuk, lalu mandi. Jangan lupa kerjakan tugas sejarah untuk besok dan.. jangan tidur terlalu malam.”
“Ne, terima kasih untuk hari ini. Hmm, Kai apa kau baik-baik saja?” aku memberanikan diri untuk bertanya. Awalnya memang sedikit ragu karena sedari tadi baru sekarang kami mulai berbicara lagi.
“Aku baik-baik saja, hanya sedikit kurang enak badan. Sama-sama krystal. Aku pulang dulu yah.” Kai tersenyum kecil lalu pergi meninggalkanku yang masih berdiri didepan pagar rumah. Melihat Kai masuk kedalam rumahnya lalu terdengar suara pintu tertutup.
Akupun masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamarku yang terletak dilantai dua. Aku menggantungkan tasku pada senderan kursi meja belajar lalu merebahkan tubuhku yang sangat lelah ke kasur sambil menatap langit-langit kamarku intens. Mengingat kejadian hari ini sambil tersenyum ringan. Memikirkan seseorang yang sudah sekian lama aku tunggu akhirnya datang juga. Tapi kenapa disaat aku telah menceritakan kebahagiaanku ini, Kai malah terlihat lesu.
---
Aku mengeringkan rambutku dengan handuk sambil duduk dikursi meja belajar dan mengeluarkan buku tugas sejarahku. Aku membaca soal satu demi satu. Berpikir sejenak sambil mengetuk-ngetukan bolpoinku ke meja. Pikiranku tidak bisa tenang. Memikirkan sifat Kai yang tiba-tiba berubah.
---
“Ah kenyang sekali aku hari ini.. gomawo Kai..”
“Iya benar. Perutku sudah benar-benar penuh. Aku kira kau akan memakannya sendirian, dua porsi hamburger ukuran besar dan dua cup ice cream. Ternyata kau malah memberikannya padaku.”
“Yaa, aku tidak serakus yang kau pikirkan. Lihat tubuhku yang ramping ini, apa kau dapat menyimpulkan bahwa aku rakus eoh?”
“Siapa tahu ada mahkluk seperti naga yang bersarang dalam perutmu, jadi walau kau makan banyak tidak akan membuatmu gendut.”
Aku tertawa puas mendengar apa yang dia ucapkan, ‘ada mahkluk seperti naga yang bersarang diperutk’ astaga.. dimana otak dia?Mana ada seekor naga bersarang diperutku, yang ada aku yang bersarang diperut naga itu karena naga itu sudah berhasil menelanku hidup-hidup. “Yaa, mana ada hal seperti itu. Jangan berkhayal terlalu tinggi Kai, nanti kau bisa-bisa terjatuh”
”Hahaha, aku senang melihatmu tertawa lepas seperti ini. Benar, kau jadi semakin cantik.”
“Ck, dasar perayu. Aku sudah tidak mempan dengan rayuan seperti itu. Aku sudah kebal kalau kau yang melakukannya.” lagi-lagi aku tertawa mendengarnya.
Aku bersukur pada Tuhan karena sudah memberikanku teman, ah bukan.. tapi sahabat yang bisa mengerti dan peduli terhadapku disaat aku butuh teman. Dia selalu datang dan menyemangatiku. Mungkin karena kita sama-sama ditinggal orang tua kita berpergian ke luar negeri untuk mengurusi pekerjaan. Kami tinggal di Seoul hanya bersama kakak kita. Aku bersama Jessica eonni dan Kai bersama Chanyeol oppa. Sekali lagi aku bersukur.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu hari ini. Sesuatu yang ingin aku ceritakan pada Kai. Sesuatu yang bisa dibilang kabar mengembirakan bagiku.
“Tapi ucapanku barusan benar. Aku tidak berbohong.”
“Kai..”
“Ne?” Kai menatapku sambil tersenyum hangat padaku.
“Bisa aku menceritakan sesuatu padamu?Aku tidak tahu harus bercerita pada siapa lagi, karena cuma kau temanku satu-satunya.”
“Tentang apa? Silahkan aku akan mendengarkannya kau tidak perlu sungkan. Aku juga ada yang ingin aku sampaikan Krystal. Tapi kau saja dulu.” Kai masih dengan menampakan senyuman hangatnya.
“Hmmm ini tentang Sehun…”
DEG~
“Jadi…”
Aku menceritakan semuanya tentang Sehun. Ya, aku menceritakan bahwa dulu aku dan Sehun adalah teman sekelas saat kami duduk di bangku sekolah dasar. Kami begitu dekat. Kami sudah menjadi sahabat baik. Bahkan orang tua kami pun sudah saling mengenal. Aku dan Sehun selalu bermain bersama, bertukar bekal, belajar bersama, bahkan dulu kami saling menunggu apabila salah satu diantara kami ada yang pulang telat untuk mengikuti kegiatan ekstrakuliluler di sekolah walau rumah kami berbeda arah. Semua hal kami lakukan bersama.
Sehun itu sangat pintar dalam pelajaran matematika. Dia selalu mendapatkan nilai terbaik di kelasnya. Aku begitu terkagum-kagum dengan kemampuannya dalam mengerjakan soal matematika. Aku sering diajarkan rumus-rumus matematika yang menurutku tidak masuk akal.
Saat itu kami duduk dikelas 6. Kami akan melaksanakan ujian kelulusan untuk naik ke bangku sekolah menengah pertama. Nilai-nilai matematika aku pun lambat laun meningkat, walau sangat sulit mengejar nilai Sehun yang notabane-nya ‘master of mathematics’. Tapi karena itu aku jadi suka dengan pelajaran matematika.
Dengan berjalannya waktu, ada perasaan sesuatu yang entah apa namanya itu karena aku masih kecil saat itu. Aku tidak ingin kehilangan Sehun dan ingin terus bersamanya. Sampai suatu hari dimana tiba-tiba aku berani mengungkapkannya secara langsung pada Sehun saat kami sedang belajar bersama karena besok ujian terakhir, matematika. “Sehun.. kalau sudah besar nanti, maukan kau jadi suamiku?”
Dia terlihat kaget. Dia tidak langsung menjawabnya. Seketika keadaan menjadi sangat canggung saat itu. “Bagaimana? Apa kau mau Sehun?”
“Krys.. aku harus pulang. Ini sudah malam.” itulah jawaban yang Sehun lontarkan. Bukan menjawab pertanyaanku, melainkan mengalihkan pembicaraan.
Kesokan harinya setelah ujian selesai, Sehun langsung pulang karena di jemput oleh orang tuanya. Kami tidak sempat bertemu hanya untuk sekedar saling mengucapkan selamat. Hari berikutnya, dia tidak pernah datang lagi ke sekolah. Kata songsaenim, Sehun melanjutkan sekolahnya diluar negeri.
Kami pun tidak pernah berkomunikasi lagi. Benar-benar hilang kontak. Aku tidak sempat meminta nomor atau alamat e-mail yang bisa aku hubungi. Tentu aku belum paham betul mengenai teknologi saat itu.
Hal itu lah yang membuat aku merubah seluruh sifatku. Yang semula aku ini anak yang periang, mudah bergaul, dan aktif bersama teman-teman. Menjadi gadis dingin.
Aku sudah tidak peduli lagi dengan hal-hal disekitar. Untuk apa aku melakukan semua itu sedangkan keinginanku saja tidak terpenuhi. Aku menutup hatiku rapat-rapat. Jujur saja, selama ini aku masih menunggunya. Menanti jawabannya yang belum sempat dia jawab sebelum pindah keluar negeri. Aku tidak tahu apakah isi hatinya sama denganku saat itu.
“Apakah benar? Sepasang sahabat tidak bisa menjadi sepasang kekasih?Apakah itu merupakan hal yang mustahil, Kai?”
”Mungkin saja bisa. Tapi.. tapi..”
Aku menunggu lanjutan kalimat Kai yang.. menggantung. Aneh.. tiba-tiba saja raut wajah Kai berubah, tatapannya kosong tanpa berfokus pada sesuatu objek yang menarik. Aku tidak bisa menebaknya. Tatapannya begitu sulit diartikan. Apa ada yang salah dengan ceritaku?
“Krystal, aku sedang tidak enak badan. Bisakah kita pulang sekarang?”
“Bukannya kau ada yang ingin dibicarakan denganku?”
“Nanti saja, aku hanya ingin pulang.”
Jadi tidak enak hati, aku mengangguk menyetujuinya. “Ne.”
---
[Author’s POV]
Pagi hari selalu seperti biasanya. Krystal terbangun karena bunyi jam waker miliknya dan ditambah teriakan Jessica eonni. Setelah Krystal selesai mengikat sepatunya, dia langsung berjalan cepat keluar rumah.
Setelah menutup pintu pagar Krystal menoleh kearah rumah Kai. Kai yang biasanya selalu menyapa Krystal disetiap pagi, tidak ada. “Kemana dia?” kemudian melangkahkan kakinya kembali menuju sekolah. ”Mungkin dia sudah berangkat duluan.”
Krystal sampai di kelas dan langsung duduk dibangkunya. Dahi gadis itu berkerut. Heran melihat bangku dibelakangnya masih kosong. Menandakan Kai masih belom sampai ke sekolah. Tak lama sebuah suara membuatnya menoleh kearah pintu kelas.
“Selamat pagi Krystal.” sapa orang tersebut sambil jalan menuju tempat duduknya.
“Selamat pagi juga Se..Sehun-ssi.” jawab Krystal sedikit gugup. “Apa kau tahu dimana Kai?”
Orang tadi yang bernama Sehun itu tertawa, “Kau ini ada-ada saja Krystal. Kau kan tahu aku baru saja datang. Tumben kau tidak bersamanya?”
“A.. aku juga tidak tahu.” ucap Krystal canggung dan menggaruk ujung kepalanya. “Lupakan saja Sehun-ssi.”
“Tidak usah terlalu formal seperti itu Krystal. Panggil Sehun saja. Kita kan sudah lama kenal.”
“K..Kau masih ingat denganku?” Krystal membekap mulutnya. Tidak disangka ternyata Sehun masih mengingatnya.
“Tentu saja. Mana mungkin aku melupakan sahabat lamaku ini.”
“Bisa saja kau lupa. Habis kau tiba-tiba menghilang begitu saja.”
“Mianhae, aku tidak memberi tahu kepadamu waktu itu.”
“Chonmaneyo. Yang penting kau sudah kembali lagi ke Seoul, itu sudah membuat aku senang.”
“Terima kasih kau tidak marah kepadaku.”
Keadaan menjadi tidak canggung seperti sebelumnya. Ada perasaan senang diantara kedua orang itu.
---
Hubungan Krystal dan Sehun menjadi lebih dekat. Krystal tidak pernah menghabiskan jam istirahatnya untuk pergi ke kantin, sekarang dia berada di kantin sambil terus mengbrol dengan Sehun.
Sehun yang kemarin mendengar percakapan Krystal bersama Kai di taman belakang sekolah, mengetahui kebiasaan Krystal yang tidak pernah sarapan. Akhirnya Sehun mengajak Krystal makan di kantin.
Sehun sudah berhasil membuat senyuman Krystal kembali muncul. Sifat Krystal yang dulu bisa kembali secepat ini setelah Krystal kembali bertemu dengan Sehun. Krystal sangat senang sekali dengan kembalinya Sehun. Krystal benar-benar rindu dimana saat mereka selalu bersama dulu.
Tidak banyak juga teman-teman sekelasnya menatap dengan tatapan aneh. Krystal yang biasanya selalu diam dan tidak banyak bicara, sekarang berubah drastis.
Kebahagiaan Krystal sudah tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata lagi, sungguh sangat bahagia gadis itu hari ini.
Tidak terasa bel pulang sekolah sudah berbunyi dan seketika ruangan kelas kosong. Krystal dan Sehun yang masih merapikan buku pelajarannya. Pelajaran terakhir tadi merupakan pelajaran yang diberikan oleh Kang songsaenim, matematika. Mereka baru saja diberi tugas kelompok yang harus dikumpulkan hari itu juga. Tentu saja Krystal berkelompok dengan Sehun.
“Sehun, ternyata kau masih mahir mengerjakan soal matematika. Tidak salah memang, julukan ‘master of mathematics’ sampai sekarang masih melekat dalam dirimu. Untung saja ada kau, kalau tidak hari ini aku akan terkena hukuman dari Kang songsaenim lagi. Gomawoyo.” Krystal sambil merapikan buku pelajaran dan memasukannya kedalam tas.
“Chonmaneyo. Hmm.. Krystal, kau pulang dengan siapa hari ini?”
“Biasanya aku pulang bersama Kai, karena dia tidak masuk hari ini aku pulang sendiri. Waeyo Sehunnie?”
“Apa kau mau aku antar pulang?” tanya Sehun ragu-ragu.
“Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Lagian rumahku dengan rumahmu itu berlawanan arah, eh iya berlawanan arah. Jadi aku lebih baik pulang sendiri saja Sehunnie.” Krystal tiba-tiba saja menjadi gugup menerima tawaran dari Sehun. Mungkin karena nada bicara Sehun yang tiba-tiba berubah, menjadi sangat lembut.
Krystal beranjak dari tempat duduk lalu memakai tas ranselnya.“Aku pulang dulu Seh_” ucapan Krystal terpotong ketika ada seseorang yang menggenggam pergelangan tangannya.
“Aku akan mengantarmu pulang.”
“Baiklah kalo itu tidak merepotkanmu.” Krystal menundukan wajahnya sambil melangkah karena Sehun sudah memegang pergelangan tangannya, menariknya keluar kelas. Wajah Krystal merona semerah tomat. Ada rasa senang, tapi seperti ada sesuatu yang menggelitik perutnya. Gadis itu mengukir senyuman dibalik wajahnya. Tentu saja Sehun tidak dapat melihatnya.
Langkah Krystal ikut berhenti ketika Sehun menghentikan langkahnya. Krystal mendongak melihat sekeliling. Tempat parkir kendaraan siswa. Krystal baru menyadari kalau dia tidak langsung ke gerbang sekolahnya. Karena sedari tadi ia hanya menunduk dan terus tersenyum. Tentu saja keadaan seperti ini sudah lama Krystal impi-impikan. Hanya saja baru sekarang terealisasikan.
“Kau bawa jaket?”
Krystal menggelengkan kepala.
Sehun menjatuhkan tas ranselnya, melepaskan jaket yang ia pakai kemudian memasangkannya pada Krystal. Mata Krystal membulat sempurna. Ia tidak menyangka dengan perlakuan Sehun yang terkesan tiba-tiba ini. Ia hanya bisa diam menerima perlakuan. Degup jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya.
Sehun kembali memakai ranselnya lalu menyalakan motor sambil memakai helm. Sehun menoleh ke arah Krystal yang masih mematung.
“Gwaenchanayo?” tanya Sehun sambil memegang bahu Krystal.
Krystal tersadar dari lamunan singkatnya, kemudian menoleh kearah Sehun. “Kenapa kau melepaskan jaketmu? Nanti kau bisa sakit. Udara sudah mulai dingin. Ini sudah sore.” Krystal hendak melepaskan jaket Sehun, namun dengan cepat dicegat.
“Tidak apa Krystal, kau saja yang memakainya. Aku sudah biasa seperti ini. Jangan sampai kau yang malah sakit.”
“Gomawo..” demi apapun Krystal benar-benar senang. Kejadian ini sangat diluar dugannya, tapi ia tidak kecewa. Ia terlihat sangat senang.
Ya Tuhan.. apa ini mimpi?
Jika iya, tolong siapapun jangan bangunkan aku dari mimpi indah ini.
Aku sangat berterima kasih karena telah diberikan mimpi seindah ini.
Terimakasih Tuhan.
Aku sangat bersyukur.
---
Krystal langsung membaringkan tubuhnya diatas kasur setibanya di rumah. Kedua ujung bibirnya tertarik keatas mengukir senyuman yang begitu manis dan sudah lama tidak ia tunjukan. Mengingat kembali kejadian hari ini yang begitu menyenangkan menurutnya. Perasaan yang pernah ia rasakan dulu kembali muncul. Perasaan dimana ia ingin selalu bersama namja itu, melakukan semua bersama-sama, dan tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya.
Saat itu jam menunjukan pukul 8 malam. Krystal bangkit dari tempat tidur lalu masuk kedalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi, ia melihat pantulan dirinya didepan cermin. Seketika ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
Jaket Sehun yang tadi ia gunakan saat pulang. Krystal lupa mengembalikannya. Setelah melepaskan jaket Sehun, ia memeluk jaket itu sambil mencium aroma khas Sehun yang menurutnya masih sama saat terakhir bertemu.
Krystal sedang berdiri di balkon kamarnya. Memandang langit malam yang terlihat seperti biasanya. Nampak sekali bintang yang bertaburan disana. Bulan pun berbentuk bulat sempurna. Sungguh pemandangan yang begitu indah menurutnya disaat suasana hati dalam keadaan baik.
Setelahnya, ia menurunkan wajah. Dan matanya menangkap suatu objek. Objek yang ia tangkap hanya sebuah rumah yang terletak diseberang rumahnya. Namun bukan itu yang sedang ia pikirkan. Penghuni rumah itu.
“Ada dimana kau sekarang ini Kai?”
[Krystal’s POV]
Melihat rumah yang berada di seberang sana, tiba-tiba saja aku mengingatnya. Aku benar-benar tidak melihat Kai hari ini. Dia tidak memberi kabar padaku. Sama sekali tidak. Sebenarnya dia sedang dimana? Apa dia baik-baik saja?
Aku masuk kedalam kamar mengambil sebuah benda berbentuk persegi pipih berwarna putih, kemudian duduk di tepi kasur. Mengotak-atik benda itu untuk mencari sebuah nomor.
Aku mencoba menghubungi nomor Kai, tapi hanya suara operator yang mengatakan bahwa “nomor yang di hubungi tidak dapat dihubungi”. Aku sudah mencobanya berkali-kali tapi tetap saja hasilnya nihil.
Aku bingung. Kai seharian ini tidak memberi kabar dan tiba-tiba saja tidak masuk sekolah. Aku teringat kenapa tadi sepulang sekolah aku tidak jadi berkunjung ke rumah Kai.
“Apa dia benar-benar sakit?” Aku menjadi merasa bersalah mengingat kejadian kemarin saat kami makan bersama. Dia mengatakan kalau dia sedang tidak enak badan. Aku ini sahabatnya. Sungguh keterlaluan kalau aku tidak menjenguknya. Aku akan menjenguknya besok sepulang sekolah.
Drrtt~
Drrtt~
Drrtt~
Aku melihat layar ponselku. Nomor yang tertera di layar ponsel tidak aku ketahui. Ponsel itu terus bergetar. Aku takut untuk mengangkatnya, melihat sekarang sudah pukul 9 malam. Tapi aku juga bingung siapa tahu orang ini ingin memberitahu sesuatu yang penting. Apa ini Kai? Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengangkat panggilan masuk itu.
”Yeobosseo?”
TBC
(To Be Continue)