Hari ini adalah hari pertama latihan drama dimulai. Kini aku sedang ada di kamar mandi, mengganti seragamku dan menggunakan kaus biasa. Aku menyandarkan kepalaku pada tembok, memejamkan mata dan menghela nafas berat. Perasaanku campur aduk, antara senang dan sedih, senang karena aku bisa melakukan hobiku setelah sekian lama tidak kulakukan tapi di sisi lain aku juga harus berhadapan dengan sosok atau lebih tepatnya ‘kenyataan’ yang sudah lama aku tinggalkan.
Ketika aku masuk ke auditorium, orang yang pertama kulihat adalah Jungkook yang duduk seorang diri di depan panggung, membaca naskah.
“Isssh… Cowok brengsek ini,” aku menggerutu.
“Oh! Nona Yoo Eun!” tiba-tiba guru dramaku, Mr. Byunhae berseru tepat ketika dia keluar dari balik panggung. Dia mengayunkan tangannya, memintaku untuk naik ke atas panggung dengannya. Beberapa detik setelahnya, murid-murid yang lolos audisi naik ke atas panggung duduk di sana.
“Nah, semuanya,” guruku berkata sambil menggandeng tanganku dan Jungkook, membuat kami berdiri di masing-masing sisi guruku. “Mereka Jeon Jungkook dan Im Yoo Eun, senior kalian. Kalian tahu prestasi mereka di dunia seni peran, kan?”
Para juniorku tersenyum dan mengangguk, mengiyakan fakta tentang kami berdua. Terlihat jelas jika mereka mengagumi kami berdua. Dalam hati aku tersenyum bangga, jika saja di sampingku bukan Jungkook, sudah pasti aku tersenyum ke arahnya, menghargai prestasinya di dunia seni peran sama sepertiku. Aku dan Jungkook hanya tersenyum namun tidak saling menatap satu sama lain.
“Apakah kalian pernah berakting dalam drama yang sama?” tanya salah satu di antara mereka.
“Ng? Tidak, belum pernah. Ini pertama kalinya,” jawabku.
“Oh~ kami berharap kalian benar-benar berpacaran selepas drama ini alias cinta lokasi,” salah satu di antara mereka menggoda kami dan teman-temannya mengiyakan godaan teman mereka itu.
Aku dan Jungkook hanya tersenyum, tertawa pelan, namun tidak saling mengatakan sepatah kata apapun.
Beberapa menit kemudian, latihan drama kami dimulai. Sebagai orang yang sudah biasa atau tahu serba-serbi dunia seni peran, aku dan Jungkook tidak memerlukan banyak arahan dari guru drama kami. Terutama menghabiskan waktu berdua lebih banyak agar kami bisa mengerti karakter satu sama lain, tapi apa gunanya, kami sudah saling mengenal satu sama lain sejak SMP bahkan sampai hubungan kami memburuk seperti sekarang. Karena hubungan kalian yang buruk, setelah latihan selesai, kalian benar-benar berpisah.
Aku dan Jungkook berkating sebagai pasanga kekasih (sial). Semua memuji chemistry di antara kami berdua. Mungkin kami terlihat sangat dekat dan romantis ketika di atas panggung, kami saling melempar senyum, melempar pujian atau kata romantis, berpegangan tangan, saling berbisik bahkan berpelukan. Namun di dalam hatiku…
… aku tidak bisa menjelaskannya. Sungguh rumit.
Tiap kali Jungkook mencoba berbicara atau mendekatiku, aku selalu menjauhinya. Setiap kali Jungkook mencoba bersikap baik padaku, aku selalu menolak dan bersikap kasar padanya, meskipun aku tahu dia orang yang baik. Namun kesalahannya yang begitu fatal waktu itu, masih saja membutakan mata dan hatiku. Aku hanya bisa melihat sosok Jungkook yang menyebalkan dan menjengkelkan.
***
“Yoo Eun, mungkin Jungkook benar-benar menyadari kesalahannya dan mencoba berubah,” ucap Yebin ketika kami sedang asyik makan es krim di Ice Cream Corner malam ini.
Im Yebin, astaga, gadis ini tiba-tiba melontarkan pernyataan mengejutkan tentang Jungkook padahal dia tidak melihat atau mengalami apa yang aku alamai sewaktu SMP, tidak seperti Yugyeom, yang jelas-jelas menjadi saksi mata.
Es krim vanilla-ku tiba-tiba menjadi hambar dan rasanya tidak karuan bahkan tawar, begitu aku mendengar ungkapan Yebin. “Apa?” aku bertanya.
“People changed, Yoo Eun,” dia berkata. “Mungkin Jungkook benar-benar sadar tentang kesalahannya dan mencoba menjadi orang yang lebih baik untukmu.”
Terkadang, gadis yang hobi berganti-ganti pasangan dalam kurun waktu tiga bulan lamanya ini, ucapannya bisa di luar perkiraan, bisa sangat tidak rasional, namun bisa sunggu bijak, seperti sekarang ini.
“Semua orang bisa mula dari awal,” dia melanjutkan sambil menyeka sisa es krim di bibirku dengan tisu. “Jika dia bisa, kenapa kamu tidak?”
Mungkinkah Jungkook berubah? Siapa tahu? Tapi, aku masih tidak yakin.
(DON'T BE A SILENT READER PLEASE :) )