home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Drama

Drama

Share:
Author : atanasiarefa
Published : 25 Apr 2016, Updated : 12 Jun 2016
Cast : BTS Jungkook - Aku (Yoo Eun,OC) - Im Yebin (OC) - GOT7 Kim Yugyeom
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |3101 Views |1 Loves
Drama
CHAPTER 5 : Double Kiss

Setelah makan siang, Yebin berkemas.

“Kamu mau ke mana?” tanyaku.

“Aku harus pulang, saudaraku dari Jeju datang,” jawabnya.

“Oh? Si Boo Seungkwan?” tanyaku.

Yebin mengangguk sambil tertawa, mungkin teringat tingkah konyol saudaranya yang bernama Seungkwan itu. “Aku sangat merindukannya,” jawabnya sambil berdiri, memakai tasnya.

Aku menghela nafas, bertopang dagu sambil tersenyum menatapnya. “Kau tidak jadi menemaniku latihan drama,” aku bergumam.

“Awww~” Yebin bergumam sambil memegang dan meremas kedua pipiku. “Maafkan aku, Yoo Eun. Dia datang tiba-tiba,” dia berkata. “Besok aku akan menemanimu latihan, aku janji.”

Aku tertawa. “Tidak apa-apa.”

Yebin tersenyum kemudian melambaikan tangan sambil berjalan meninggalkanku di kantin sekolah yang sudah sepi ini. Aku mengambil naskah dan membaca ulang, mengingat adegan mana yang hari ini harus aku lakukan dengan Jungkook nanti. Belum sampai selesai aku membaca, sebuah tepukan halus mendarat di bahu kananku. Aku menoleh ke belakang kemudian mendongak untuk melihat siapa yang ada di belakangku.

Jeon Jungkook.

“Hey,” dia menyapaku.

Aku menghembuskan nafas dan kembali membaca naskah, menghindari kontak mata atau interaksi dengannya lebih tepatnya. “Halo.”

Ia berdehem, aku yakin dia nervous. “Sedang apa?”

“Membaca naskah,” jawabku cepat dan singkat.

“Kau belum hafal dialogmu?”

“Jika aku sudah hafal, untuk apa aku membaca ulang?!” Entah kenapa aku selalu ingin membentak dan menaikkan nadaku begitu Jungkook menanyakan sesuatu, menanyakan hal apapun. Melihatnya selalu membuatku marah.

Sebuah sayatan kecil menyayat hati kecil Jungkook. “Dengar, aku hanya ingin…”

“Yoo Eun!” seseorang memotong ucapan Jungkook.

Jungkook dan aku menoleh ke sumber suara, Yugyeom berjalan masuk ke dalam kantin, menghampiri kami. Melihat Yugyeom seperti melihat suatu kesempatan agar aku tidak berlama-lama dengan Jungkook.

“Halo, semuanya!” Yugyeom menyapa.

Jungkook dan aku tersenyum ke arahnya, dengan senyuman yang berbeda arti tentunya.

“Yoo Eun?” Yugyeom bertanya setelah meletakkan tas di atas meja.

“Ya?” jawabku.

“Aku… aku ingin berbicara denganmu sebentar.”

Sebenarnya aku benci jika dia sudah meminta seperti ini, aku tahu maksudnya, aku tahu apa yang akan dia nyatakan, tanyakan ataupun lakukan. Fine, I get it, I already know it. Tapi daripada ‘terjebak’ berdua dengan Jungkook, lebih baik aku mengiyakan tawaran Yugyeom. Lagipula, mungkin saja Yugyeom berusaha membantuku untuk tidak berlama-lama dengan Jungkook.

“Jungkook, kau duluan saja ke auditorium, aku akan menyusul,” aku berkata pada Jungkook sambil menghampiri Yugyeom.

Jungkook menghembuskan nafas, sedikit kecewa dengan apa yang ia lihat namun memaksa untuk tersenyum dan mengangguk. “Latihan dimulai sebentar lagi, jangan sampai terlambat,” ujar Jungkook dan aku menganggukkan kepala, sebelum dia pergi meninggalkanku dan Yugyeom.

Setelah Jungkook menghilang, aku langsung merasa lega, aku menghembuskan nafas keras-keras sambil duduk di atas meja. “Terima kasih, Yugyeom, kamu datang di waktu yang tepat,” ujarku.

Yugyeom tertawa dan tiba-tiba memegang tanganku. See? Aku tahu ini akan terjadi… lagi… untuk yang kesekian kalinya. Aku mengerang, merasa terganggu dengan sikapnya yang sejak dulu seperti ini. “Yugyeom, aku…”

Sebuah ciuman mendarat di bibirku. Yugyeom, Kim Yugyeom menciumku.

 Ini… Ini salah!

“Yugyeom…” aku melepas ciuman tapi dia langsung memegang leherku, menciumku kembali, enggan melepaskanku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk mendorongnya namun dia terlalu kuat. “Yu-Yugyeom! Yugyeom, ini salah!” aku berteriak, saat berhasil ‘lepas’ darinya.

Aku menatapnya dengan marah dan Yugyeom menatapku dengan terkejut. Kami sama-sama mengambil nafas sampai seseorang berdehem dari arah samping.

“Jungkook?” aku memanggilnya yang berdiri di depan pintu kantin. Sudah berapa lama dia berdiri di sana? Apakah… apakah dia melihatku dengan Yugyeom berciuman?

“Ummm… aku meninggalkan jaketku,” dia berkata sambil berjalan masuk.

Aku menoleh dan langsung menyambar jaketnya dan menyerahkan padanya.

“Bagaimana kalau kita ke ruang auditorium sekarang?” Jungkook bertanya.

Sekarang aku merasa sangat tidak nyaman jika bersama Yugyeom maka aku mengiyakan tawaran Jungkook. “Ide bagus,” ujarku mengambil tas dan berjalan bersama Jungkook menuju auditorium, meninggalkan Yugyeom.

 

“Oke! Sekarang kita latihan adegan ciuman Jungkook dan Yoo Eun!” guruku berseru, membuat pemeran lain, junior-juniorku berseru, menggodaku dan Jungkook.

Astaga, kenapa harus sekarang, sih? aku bergumam dalam hati.

“Ayolah! Cepat! Cepat!” guruku mulai menepukkan tangannya, menyuruhku untuk segera naik ke atas panggung, menghampiri Jungkook.

“Kalian berhenti ketika dengar aba-aba dari saya. Arraseo?” guruku bertanya dan aku serta Jungkook otomatis mengangguk. Aku pun duduk di pangkuan Jungkook, sesuai peranku di dalam drama ini. Aku menatapnya yang sudah terlebih dahulu menatapku.

“Ingat, ini hanya akting,” aku memperingatkannya. “Jadi kumohon, lakukan dengan cepat.”

Jungkook menaikkan salah satu alisnya. “Jika aku tetap ingin menciummu?”

“Maka aku akan…”

ACTION!” guruku memotong ucapanku.

Perlahan Jungkook merangkulkan kedua lengannya pada pinggangku, mendekatkanku padanya. Tanganku memegang lengannya yang kekar, dengan malu aku menatap kedua bola matanya. “Aku tahu kamu berdebar,” dia berbisik. Dialog kami memang berbisik, namun bukan ini dialog yang ada di dalam naskah, kurasa Jungkook mulai suka ber-improvisasi.

“Tidak sama sekali,” jawabku.

Close your eyes, Baby,” dia berbisik dan tanpa sadar aku menuruti kemauannya. Aku menutup kedua mata dan perlahan aku merasakan bibir Jungkook yang lembut dan dingin menciumku. Ciumannya, harus kuakui, lebih lembut dari ciuman Yugyeom. Tanganku secara otomatis ataupun tidak sadar memegang dada dan menarik kausnya perlahan. Entah kenapa, aku sama sekali tidak mau melepas ciumannya.

“Kesempatan kedua untukku?” dia berbisik sebelum menciumku lagi.

“Tidak akan pernah,” jawabku dan dia menciumku lagi.

“Kumohon, Yoo Eun-ah,” dia terdengar memohon.

Cut!” guruku berseru, membuat kami melepas ciuman dan menatap satu sama lain. “Bagus! Kalian suka improvisasi, ya?” suara guru dan tepuk tangan para juniorku tidak terdengar karena aku sibuk terhipnotis oleh tatapan Jungkook. Kapan terakhir aku terjebak dalam tatapannya seperti ini?

“Aku tahu kamu masih menyayangiku,” dia berkata.

Aku berdiri dari pangkuannya. “Salah besar,” kemudian aku meninggalkannya.

 

Aku sudah sampai di rumah tapi aku masih merasa bahwa tubuhku masih di ruang auditorium, masih dalam pangkuan dan dekapan Jungkook. Masih terasa lembut dan dinginnya bibir Jungkook, masih terasa ciumannya yang mematikan, yang membuatku hampir saja memberikan diriku padanya seutuhnya.

“Tapi tetap saja, aku bukanlah gadis pertama yang dia cium.”

Aku masih tidak bisa menerima, masih menyangkal sebuah fakta, bahwa aku masih mencintainya, sungguh mencintainya.

 

 

 

 

 

 

 

(DON'T BE A SILENT READER, PLEASE :))

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK