Dengan setengah sadar, Julia berjalan menuju ruang makan. Ia duduk di bangku tempat biasa ia duduk. Ia mencoba membuka kedua matanya dan melihat orang yang sedang duduk di depannya — Miko.
‘Kok lo ada di sini? Apa gue mimpi?’ ucap Julia dengan suara pelan, ia mengosok kedua matanya lalu menengok ke sampingnya, Tyas berada di sampingnya—sedang makan roti bakar. Julia baru menyadari kalau yang ada di depannya benar Miko, Julia memperbaiki posisi duduknya, ia menyeduh sebuah I hangat dan menyerumputnya secara perlahan.
‘Jul, kemarin aku liat kamu loh’ ucap Miko, saat Julia berniat untuk mengambil roti.
‘Salah liat kali’ bantah Julia.
‘Masa sih? Aku liat kamu jalan sama cowok, dia pakai mobil Robicon. Aku liat pagi kok’ Tyas langsung menatap Julia yang sedang menikmati sarapan paginya.
‘Oh itu, dia temen kok. Kita lagi sering ngadain kerjasama gitu. Lumayan lah uangnya, siapa tau bisa buat modal nikah tahun depan’ gumam Julia dengan santai.
‘Emang kamu sudah punya pacar?’ tanya Tyas dengan penasaran.
‘Sudah Mbak, nih pacar aku’ Julia melihat foto Woo Hyun ke hadapan Miko dan Tyas.
‘Itumah pacar khayalan’ celetuk Miko.
‘Its ok for now, but kamu tungguin aja aku kasih kamu undangan lebih dulu’ ucap Julia yang bangun dari tempat duduknya, ia menajdi tak nafsu sarapan karena Miko.
₪
Entah untuk berapa kali Julia terus mengecek ponselnya, ia bosan akan hari ini. Kerjaan yang menumpuk, laporan yang harus selesai lebih cepat dari biasanya, trainee yang membuat masalah dan belum lagi Miko yang makin berulah setiap harinya. Ponsel Julia berdering, tanda sebuah pesan masuk kedalam ponselnya.
From: Alvaro Gomer Jianheeng
Apa kamu punya waktu luang? Kita nonton atau makan malam yuk! Aku jemput yah!
Julia dapat tersenyum lega setelah membaca pesan yang di kirim oleh Alva, seperti gamers yang baru saja menyelesaikan permainan dengan nilah tertinggi, Julia bahkan mengangetkan teman – teman seruangannya dengan kata ‘Yey’. Dengan sigap Julia membalas pesan Alva.
To: Alvaro Gomer Jianheeng
Okay, di hotel J.W Marriot yah
Julia bersemangat untuk menyelesaikan sisa pekerjaanya sebelum Alva tiba menjemputnya.
‘Seneng banget kayaknya, mau jalan sama pacar yah?’ tanya teman Julia yang duduk di sampingnya.
‘Enggak kok Mbak, pacar ku kan sudah pulang ke Korea. Waktu itu ketemu enggak?’ ucap Julia.
‘Infinite? Yang nginep di hotel ini beberapa minggu yang lalu?’ tanya teman sebelah Julia.
‘Iya, cakep – cakep kan?’
‘Iya sih, tapi saat mereka nginep di sini kamar jadi full. Banyak cewek – cewek yang mondar mandir sampai satpam kelimpungan’ keluh teman Julia.
‘Namanya juga Fangirl, Mbak. Kalau enggak nekat mah bukan Fangirl namanya’ ucap Julia dengan tawa, ia ingat akan dirinya yang sering nekat. Ponsel Julia berdering, tertulis nama Alvaro Gomer Jianheeng yang memanggilnya.
‘Tuh pacarnya udah nelpon’ ucap teman sebelah Julia. Julia mengangkat telepon dari Alva.
‘Aku udah di bawah nih, deket lobby’ ucap Alva dari sebrang sana.
‘Iya, aku ke sana yah’ ucap Julia yang langsung menutup teleponnya.
₪
Langkah kakinya mengantarkan dirinya ke Lobby hotel, dari kejauhan Julia dapat melihat mobil Ribicon milik Alva. Julia membuka pintu mobil ketika sampai di depan mobil Alva—ia duduk di samping jok pengemudi. Alva mulai menginjak pedal gas dan menyetir mobil menuju sebuah tempat.
‘Kamu sudah makan belum?’ tanya Alva.
‘Baru ketemu sudha nanyain sudah makan belum, lucu juga’ ucap Julia yang melihat Alva yang sedang menyetir.
‘Trus aku harus nanya apa? Apa aku harus nanya kamu gimana sama Woohyun? udah mendingan atau masih idol dan fans?’ Julia tertawa akan perkataan Alva.
‘Yah, enggak gitu juga’ ucap Julia.
‘Terus?’ tanya Alva.
‘Terus aku maunya makan, tapi makan yang enggak bikin gendut’ ucap Julia.
‘Dasar wanita. Ini aku beliin kamu burger, semoga enggak buat gendut’ Alva mengambil sekotak burger yang ada di dalam dasbor lalu memberikannya ke Julia.
‘Terimakasih Bapak Alvaro’ ledek Julia yang membuka kotak yang di berikan oleh Alva dan memakan burgernya.
‘Kamu mau gak?’ tawar Julia.
‘Aku lagi nyetir’ mendengar perkataan Alva, Julia menyedorkan burger ke mulut Alva, yang di sodori malah menengok ke Julia.
‘Katanya lagi nyetir, kenapa ngeliat aku?’ goda Julia, Alva membuka mulutnya untuk mengigit burger yang di sodorkan Julia. Alva tersenyum ketika mengunyah burger yang di suapkan oleh Julia.
‘Kita mau ke mana?’ tanya Julia.
‘Jadi temen kantor aku udah nyiapin tiket nonton sama pacarnya dan dia tadi siang berantem sama pacarnya. Jadilah tiket nontonnya di kasih ke aku, saat dia kasih tiket nontonnya ke aku, tau gak aku bilang apa?’
‘Kamu bilang apa?’
‘Ge we es buat hubungan mereka’ Julia tertawa mendengar perkataan Alva.
‘Kok ketawa?’ tanya Alva yang juga tertawa.
‘Emang hubungan temen kamu sakit?’
‘Yah, enggak salah dong? Aku Cuma mendoakan agar hubungan mereka cepet sembuh. Pas aku liat tiketnya, aku bingung mau nonton sama siapa. Jadinya aku putuskan untuk menculik pacar Woohyun’
‘Aku harap kamu enggak ke tangkep basah sama Woohyun’ ledek Julia.
‘Gantengnya Woohyun akan kalah sama cowok yang mau nikahin kamu’ ucap Alva.
‘Woohyun harus dengar ini’ ucap Julia.
‘Woohyun harus kenal dengan aku, fanboy-nya’ ucap Alva yang merapihkan kemejanya.
₪
Bangku di studio bioskop hampir terisi penuh, Julia dan Alva duduk di bangku deretan C. Tidak terlalu tinggi untuk melihat layar putih yang ada di depan, Julia dan Alva sesekali mengambil pop corn yang mereka letakan di tengah, mereka juga suka bergilir untuk minum lemon tea yang mereka beli ketika ingin memasuki studio.
‘Temen kamu orang yang suka film comedy yah?’ tanya Julia sambil memakan pop corn yang ada di sampingnya.
‘Maybe, inget diet Jul sebelum melar’ Julia seketika menghentikan makannya ketika mendengar perkataan Alva.
‘Ingetin diet saat makananya udah mau habis’ Cibir Julia dengan wajah datar. Alva mengecek ponselnya, ada sebuah panggilan tak terjawab dari nomer yang ia tak kenal. Alva ingin menelponnya namun ragu. Beberapa menit kemudian ponsel Alva kembali berdering, ia mengakatnya.
‘Betul.. Hah? Gak mungkin. Baiklah’ Alva mengambil jasnya yang terletak di sebelah kanan bangku dan menarik tangan Julia keluar dari Studio teater.
‘Va.. ada apa ini?’ tanya Julia ketika ia berlari di belakang Alva, yang di tanya masih diam.
‘Au..’ Alva menengok ke belakang ketika Julia merintih kesakitan, ia mendapati gadis yang dari tadi ia tarik tanganya kini sudah terjatuh dengan kaki yang terkilir. Alva mendekati Julia dan jongkok di depan Julia. Alva menundukan kepalanya.
‘It’s okay Alva’ Julia mengusap bahu Alva.
‘Aku masih bisa jalan kok’ ucap Julia yang membuka high helsnya dan mencoba untuk berdiri, namun gagal.
‘Ayo sini, naik ke punggung aku’ ucap Alva yang sedikit membungkukkan tubuhnya agar Julia bisa naik punggung Alva.
Alva berjalan menuju parkiran mobil, ia tak mengatakan apapun ke Julia. Ia hanya ingin pergi kerumah sakit.
Saat sampai di sebuah rumah sakit, Alva bahkan nyaris melupakan Julia yang pergi bersamanya ke rumah sakit. Julia melepaskan tangan Alva saat Alva menuntunnya untuk sampai kedalam rumah sakit.
‘Va, silahkan kamu lari menuju kamar inap orang yang ingin kamu liat. Aku mau ke UGD dulu buat cek kaki ku, jika sudah selesai aku akan hampiri kamu’ ucap Julia dengan sebuah senyuman, Alva langsung berlari ketika mendengar perkataan Julia.
Dengan menahan rasa sakit, Julia menghampiri suster yang ada di rumah sakit dan meminta bantuan untuk di bawa ke ruang periksa.
‘Untungnya hanya keseleo bisa, enggak ada keretakan’ ucap dokter yang memperlihatkan hasil X-ray dari kaki Julia yang terkilir. Dokter segera membalut kaki Julia dengan perban berwarna coklat.
‘Terimakasih Dokter’ ucap Julia ketika selesai melakukan pemeriksaan. Ia berjalan ke apotik tempat menebus obat, namun apotiknya sudah tutup. Julia berjalan ke meja receptionist untuk menanyakan sesuatu, ia baru tersadar kalau dirinya tidak mengetahui siapa yang sedang di rawat.
‘Sus, saya mau bertanya. Apa ada pasien bernama Jianheeng yang di rawat di sini?’ tanya Julia, suster mencari nama yang di maksud.
‘Ada, Ibu Dilshafa Jianheeng? Ia masuk ke rumah sakit tadi sore dan sekarang di rawat di ruang Vip lantai dua kamar 207’ Julia mendengarkan infomarsi yang di berikan suster dengan sesakma. Julia mengeluarkan ponselnya, ia mengirimkan sebuah pesan ke Alva namun tidak ada balasan. Julia memutuskan untuk pergi ke ruangan yang di maksud oleh Suster.
Julia mencari kamar yang tadi suster sebutkan, saat Julia menemukan kamar tersebut ia melihat Alva sedang duduk di tepi ranjang pasien dengan kepala tertunduk. Julia membuka pintu kamar rawat inap itu dengan pelan – pelan lalu berjalan menghampiri Alva, Julia mengusap bahu Alva ketika melihat kondisi kakak Alva — Dilshafa. Alva mengangkat tubuhnya dan sedikit memutar tubuhnya untuk melihat Julia yang mengusap – usap punggungnya.
‘Kaki kamu baik – baik aja kan?’ tanya Alva yang berusaha melihat kaki Julia.
‘Kamu enggak perlu khawatirkan kaki ku’ ucap Julia dengan sebuah senyuman. Julia menatap wajah Alva, terdapat bekas air mata. Ada sesuatu kesedihan yang ia sembunyikan.
‘Biarkan dia istirahat’ ucap Julia. Alva bangun dari duduknya, menuntun Julia ke ranjang khusus tamu VIP, duduk di tepi ranjang bersama dengan Alva. Mereka menatap Dilsha yang berbaring di ranjang kamar rawat inap.
‘Dilshafa Jianheeng namanya, dia satu – satunya kakaku ku. Dia sepuluh tahun lebih tua dari aku’ Alva menghentikan kalimatnya untuk beberapa saat.
‘Dia di temukan oleh orang teknisi AC yang berencana membetulkan AC apartemen ku. Ia mendengar suara air mengalir namun orang dalam kamar mandi tidak kunjung keluar, saat ia membuka pintu kamar mandi, ia mendapati Dilshafa sedang coba bunuh diri dengan melukai perkelangan tanganya hingga berdarah dan menyiramnya dengan air mengalir dari kran kamar mandi’ Julia mengulurkan tanganya untuk mengengam tangan Alva.
‘Ah, aku mencoba baik – baik saja’ ucap Alva.
‘Teman bukan hanya berguna untuk senang – senang saja? Ia berguna untuk saling berbagi kesedihan juga’ ucap Julia yang menengok ke Alva.
‘Ia resmi bercerai dua tahun yang lalu, sejak itu hidup Dilshafa menjadi tidak jelas. Ia sering minum alkohol, sering pulang malam, menangis tidak jelas dan membuang benda yang ada di depannya. Dishafa juga masih belum melakukan pembagian harta kepada suaminya. Apartemen yang aku gunakan sekarang adalah apartemen tempat Dilshafa dan suaminya, foto – foto yang ada di apartemen itu adalah suami Dilshafa dan baju yang kamu pakai waktu itu adalah milik Dilshafa, mobil yang aku pakai kini tadinya adalah mobil suami Dilshafa’ Alva kembali diam untuk beberapa menit.
‘Dilshafa tinggal bersama kedua orang tuaku di Amerika, ia kabur dari rumah dan mencoba melakukan bunuh diri di Jakarta’ Julia menepuk punggung tanagn Alva.
‘Kita hanya perlu membantunya untuk membuka mata kalau langit di bumi masih berwarna Biru, dan ia masih mampu untuk tersenyum tanpa suaminya’ Alva menatap Julia, sedetik kemudia ia memeluk Julia, membuat yang di peluk terkejut dan hampir menolak pelukan Alva.
₪
Hal pertama yang Julia dan Alva lakukan adalah dengan membakar foto kenangan antara Dilshafa dan suaminya. Alva bahkan menjual apartemen dan mobil Dilshafa. Alva membeli sebuah apartemen yang terletak di pusat kota juga, ia mendesain ulang apartemen tersebut, ia juga membeli mobil baru yang akan ia gunakan selama ia tinggal di Jakarta. Dilshafa masih berada di rumah sakit untuk terapi ke jiwaan yang di lakukan oleh psikolog.
‘Aku ngerasa kayak baru lahir lagi’ guma Alva yang melempar tubuhnya ke atas ranjang kamarnya.
‘Bener, aku ngerasa kita mengakuin hal yang gila belakangan ini. Kita mengumpulkan barang – barang punya Dilshafa dan suaminya lalu mendonasikannya ke rumah yatim piatu, sebagian di bakar. Kita ngejual apartemen mewah lalu membeli sebuah apartemen mewah juga. Desain semuanya dari awal, kita jual mobil Robicon. Mobil yang menerut aku penyukannya itu adalah kalangan tertentu, lalu di ganti sama mobil Yaris Sport yang menurut aku anak muda banget style-nya’ gumam Julia yang merebahkan tubuhnya di atas sofa kamar Alva.
‘Akhirnya bisa pakai mobil matic juga’ gumam Alva lega, ia telah menganti mobil yang ia pakai.
‘Karena Dilshafa aku sampai lupa kalau L sekarang udah punya pacar, apa yah rasanya pacaran dengan laki – laki setampan Myung Soo dan nyaris sempurna’ ucap Julia yang menjadikan kedua tanganya sebagai bantalan.
‘Siapa pacarnya?’ tanay Alva.
‘Entahlah, ullzzang gitu katanya’ ucap Julia yang tak berminat membahas pacar Myungsoo.
‘Real life lah, idol juga punya kehidupan di dunia nyata yang harus ia jalankan. Real story – nya, mungkin nol koma sekian persen Idol yang bisa nikah sama fansnya. Dan banyak juga Idol yang memutuskan untuk berpacaran dengan rekan kerjanya atau temannya, layaknya hidup kita yang sebenarnya.’ Ucap Alva.
‘Iya, kita enggak akan pernah tau siapa orang beruntung yang akan mendapatkan Idol kita tapi aku terkadang suka ngebayangin, gimana rasanya ciuman dengan L? Gimana rasanya pergi jalan bareng sama L? Pasti hidup itu cewek indah’ ucap Julia.
‘Mau nyobain? Sini sama aku. Aku kan L— Lumayan maksudnya’ gurau Alva.
‘Kamu mah lumayan nyebelin’ Julia melepar bantal ke Alva, namun yang di lempar bantal hanya tertawa.
₪
Gimana yah hubungan Alva dan Julia selanjutnya?