home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > When My Female Fan Met Her Boyfriend

When My Female Fan Met Her Boyfriend

Share:
Author : Maisaveron
Published : 11 Apr 2016, Updated : 20 Jul 2019
Cast : Jimelsa Anatasha (OC) , Nam Joo Hyuk = Alvaro Gomer Jianheeng, All Member Infinite, Kim Mi Ra
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |54908 Views |0 Loves
When My Female Fan Met Her Boyfriend
CHAPTER 10 : Tell Me Why

Believe Myungsoo, itu adalah kata- kata yang selalu ingin Julia ucapkan. Apapun yang di lakukan oleh Myungsoo, Julia percaya kalau sesungguhnya Myungsoo tak pernah mau menyakitkan pengemarnya. Terlepas dari seluruh gossip yang beredar di luaran sana, gossip yang entah harus di percaya atau hanya cukup di dengar saja, Julia lebih sedih melihat kondisi Infinite yang tersenyum saat kondisi mereka tidak baik-baik saja, Infinite yang tersenyum karena tidak mau membuat fansnya khawatir lebih dalam lagi.  Dari seluruh pergelaran konser yang terselengara, Julia berharap Myungsoo dapat angkat bicara untuk meredam seluruh pemberitaan yang memojokan semua pihak. Namun hal itu nampaknya sia – sia, bahkan banyak orang yang terus menghardik si wanita yang menjadi kekasih Myungsoo sekarang. Bukan hanya itu, banyak fansite besar yang tutup karena pemberitaan ini dan banyak pula yang tetap mendukung keputusan Myungsoo. Walau berita ini keluar saat Myungsoo dan kekasihnya telah mengakhiri hubungannya, namun banyak pihak yang masih tidak terima akan pemberitaan ini.

‘Kamu kenapa?’ tanya Dilshafa yang menghampir Julia, kini mereka sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Julia mengelengkan kepalanya, ia tak mengerti dengan apa yang sedang ia rasakan.

‘Tidak, aku hanya sedang bingung’ ucap Julia yang menuduk, ia mengerakan kedua kaki untuk maju dan mundur. Dilshafa duduk si samping Julia, ikut memandang lurus ke depan.

‘Bingung dengan orang – orang yang tidak bisa memilih cintanya, bingung dengan orang – orang yang tak bisa dengan bebas mendekralasikan cinta mereka’ ucap Julia, ia mengangat sudut bibir sebelah kanannya.

‘Bukannya Tuhan adil? Jika kita di mudahkan dalam urusan keuangan, mungkin kita di sulitkan dalam urusan cinta atau keluarga, dan begitu terus di putar – putar. Enggak ada yang sempurna di dunia ini. Mereka yang enggak bisa memilih cintanya dengan bebas, mungkin Tuhan member kenikmatan dan mudahkan hidup mereka. Tidak ada yang tau kan?’ ucap Dilshafa.

‘Iya sih, aku juga ngerasa kayak gitu. Di kasih kepintaran, di kasih uang yang cukup, namun aku enggak bisa memilih’ ucap Julia, Dilshafa mengangguk, merasa ikut senasip.

‘Tapi setidaknya kamu memiliki semangat hidup’ ucap Dilshafa. Kali ini Kakak kandung Alvaro itu terlihat lebih ceria sejak mengikutin terapi dengan dokter Yoga. Ia bahkan lebih sering tersenyum, lebih mempunyai semangat hidup.

‘Sekarang Kakak juga punya semangat hidup’ ucap Julia yang menepuk-nepuk bahu Dilshafa.

 

Langit berwarna biru hari ini cukup cerah, pasien anak-anak yang sedang di rawat di rumah sakit sebagian di perbolehkan untuk bermain di taman rumah sakit, menikmati udara sejuk yang ada di taman. Suara canda tawa menambah indhanya siang ini. Dari kejauhan Julia terus mengawasi Dilshafa yang sedang asik bercanda dengan pasien anak – anak. Senyum dan tawa Dilshafa membuat Julia sadar kalau semua orang layak tersenyum, apapun yang mereka lakukan, apapun kesalahan mereka, apapun yang masalah mereka— Manusia layak tersenyum. Tanpa Julia sadari, ia ikut tersenyum ketika Dilshafa bercanda dengan anak – anak yang ada di taman bermain.

‘Hey’ Alva mengangetkan Julia yang sedang melihat Dilshafa.

‘Kamu udah datang?’ ucap Julia yang menengok ke belakang.

‘Udah, hari ini aku Cuma ada trainee satu kelas. Gimana keadaan Dilshafa?’ tanya Alva yang kini berdiri di samping Julia.

‘Liat sendiri, dia semakin terlihat senang. Kita mungkin bisa kirim dia ke Los Angels setelah terapinya’ ucap Julia.

‘Tapi aku mau dia tetap di Jakarta, aku mau mengawasi seluruh kesibukannya’ ucap Alva.

‘Terselahlah, dia kan kakak mu ‘ ucap Julia yang membalikan badan dan berniat untuk berjalan keluar dari rumah sakit.

‘Mau kemana?’ tanya Alva.

‘Aku lapar’ teriak Julia dari jauh.

‘Ayo cari makan bareng!’ Alva berlari untuk mengejar Julia yang berjalan lebih dulu.

‘Ngapain sih?’ tanya Alva ketika melihat Julia yang sibuk dengan ponselnya.

‘Ini, lagi posting berita terbarunya Infinite dan posting donasi untuk Dongwoo’ ucap Julia yang langsung memasukan ponselnya kedalam tas.

‘Donasai? Lagi?’ tanya Alva.

‘Iya, tapi enggak semuanya di donasiin, nanti sebagian di beliin barang juga buat Dongwoo’ jelas Julia.

‘Kamu mau ngasih donasi apa? Dan ke siapa?’ Alva penasaran.

‘Aku punya ide, Kamu suka mikir gak sih kalau banyak anak – anak kecil yang gak punya mainan? Enggak usah ngomong yang di dunia sih. Cukup lingkup yang di Indonesia aja, banyak daerah yang anak kecilnya gak punya mainan’ ujar Julia, Alva mengangguk mendengarkan perkataan Julia, dan merasa sependapat dengan apa yang Julia pikirkan.

‘Dongwoo itu type orang yang periang, kalau di Infinite dia itu Happy Virus. Berkat Fansite dan fans, Dongwoo punya banyak banget mainan seperti boneka atau benda – benda aneh lainnya yang Cuma Dongwoo pemiliknya di Infinite. Aku pingin anak – anak kecil lainnya juga ngerasain hal yang sama, di mana mereka bisa bermain dengan mainan unik seperti yang di miliki sama Dongwoo’ Julia menghentikan langkah kakinya, ia menatap Alva yang juga menghentikan langkah kakinya, mereka berdiri saling berhadapan.

‘Lalu yang donasi kamu kasih apa?’

‘Ucapan makasih!’ gumam Julia yang lalu tertawa. ‘Kalau aku Cuma kasih ucapan makasih, mungkin yang donasi enggak nyampe satu juta rupiah. Satu paket miniature Infinite dengan berbagai ekpresi’ ucap Julia dengan sedikit tawa.

‘Aku mau!’ gumam Alva.

‘Nanti aku kasih ekpresi Infinite lagi marah yah’ cada Julia, Alva tertawa dengan guyonan Julia, mereka kembali berjalan untuk mencari restorant untuk mereka makan siang.

‘Julia’ Seseorang memanggil nama Julia saat Julia dan Alva berjalan menuju sebuah restorant, Julia dan Alva menengok ke sumber suara untuk melihat siapa yang memanggil nama Julia, Tyas dan Miko berdiri tak jauh dari tempat Julia dan Alva berdiri.

‘Kamu mau makan juga?’ tanya Tyas, ia mengandeng tangan Miko lalu menghampiri Julia dan Alva.

‘Iya Mbak. Oh yah Va, kenalin ini Mbak Tyas, dia sepupu aku dan ini Miko—dia pacarnya Mbak Tyas’ Julia memperkenalkan Tyas dan Miko.

‘Pacar baru yah?’ sindir Miko, Julia langsung merangkul lengan Alva.

‘Tungguin aja undanganya’ ucap Julia yang mengajak Alva masuk kedalam restorant. Mereka berempat duduk bersama di sebuah meja yang terletak di sudut restorant, Julia duduk di samping Alva, sedangkan Tyas duduk di samping Miko. Mereka melihat – lihat menu makanan yang akan mereka pesan. Julia asik mengobrol dengan Alva sedangkan Miko dan Tyas asik akan ponsel mereka masing – masing.

‘Ah, makananya sampai’ ucap Julia ketika pelayan restorant mengatarkan pesanan mereka. Mereka berempat menutup kedua mata mereka dan berdoa sebelum makan.

Julia memindahkan bawang Bombay yang ada di piringnya ke piring Alva.

‘Setidaknya kamu harus makan sayuran’ gumam Alva yang meletakan sepotong brokoli di sendok Julia.

‘Kalau sayuran aku masih suka, tapi enggak dengan bawang’ ucap Julia dengan memakan brokoli yang di berikan Alva.

‘Oh yah Julia, aku masih bingung mau pelihara kucing atau anjing untuk temenin Dilshafa di rumah’  Alva membuka topik pembicaraan dengan Julia.

‘Aku lebih suka sama Anjing daripada kucing’ kata – kata itu lebih terdengar seperti kata – kata yang menyindir.

‘Temenin aku cari anjing untuk di pelihatara yah’ ucap Alva.

‘Siap bos’ gumam Julia yang menempelkan tangan di pelipis layaknya orang yang sedang hormat. Mereka tertawa berdua, mereka lupa kalau mereka juga sedang makan bersama dengan Tyas dan Miko.

‘Eh, bulan Desember ke Hongkong, yuk’ ajak Alva, Miko menghentikan makannya.

Shopping?’ tanya Julia antusias.

‘Aish, kamu emang cocok kalau jalan sama Sungjong, pemikirannya Shopping terus Julia tertawa mendengar perkataan Alva.

‘Sungjong tuh apa yah, di bilang emak-emak kecakepan, di bilang tante-tante—mukanya masih baby face. Hobby koleksi tasnya itu loh yang bikin dia beda dari member lain’ gumam Julia yang mengingat – ingat prilaku Sungjong.

‘Aku terkadang berfikir, kenapa ada laki – laki yang wajahnya kayak perempuan’ untuk sesaat mereka berdua tertawa.

‘Okay, ngapain ke Hongkong?’ tanya Julia yang kembali ke topik pembicaraan mereka.

‘MAMA, tahun ini bakal di adain di Hongkong lagi’ ucap Alva, Julia sedikit berecak.

‘Aku kurang suka kalau nonton konser yang Idol nya banyak gitu, suka sensitive fansnya. Aku lebih baik nonton konser Infinite aja’ ucap Julia setelah mengesap minuman pesanannya.

‘Iya juga sih’ ucap Alva.

‘Kalian sudah lama kenal yah?’ tanya Tyas.

‘Kita? belum ada setengah tahun. Kenapa Mbak?’ tanya Julia.

‘Asik aja ngobrolnya sampai lupa kalian makan sama kita berdua’ ucap Tyas.

Hujan yang deras menguyur hampir seluruh bagian kota Jakarta, Tyas dan Miko duduk bersama di dalam mobil, mereka masih sama seperti sejam yang lalu, diam tanpa sebuah kata-kata. Hanya suara AC mobil dan suara hujan yang menemani kesunyian mereka berdua. Tyas menarik nafas, otaknya sibuk memutar kembali gambaran-gambaran kebersamaan Alva dan Julia di restorant tadi. Selama perjalanan pulang dari Mall hingga rumah, Tyas tak hentinya berfikir tentang senyum Julia yang masih sama seperti dulu saat bersama Alva, bahkan ia tak pernah melihat senyum Miko saat laki-laki itu bersamanya.

‘Awalnya aku kira aku pacaran sama kamu, aku akan ngerasa sama kayak Julia. Hidup penuh tawa, hidup penuh dengan candaan, tapi nyatanya tidak’ Tyas mulai membuka mulut, Miko mengenggam erat setir mobilnya, ia sedikit menunduk ketika Tyas buka suara.

‘Yang periang itu Julia, bukan aku, kalau kamu mau hidup kamu penuh tawa, kamu coba jalanin hubungan sama Julia atau pelawak’ Tyas terdiam mendengar ucapan Miko.

Tyas merasa mengapa Julia lebih banyak di sukai laki – laki dari pada dirinya? Dari kecil Julia lebih banyak di pilih daripada dirinya, Julia lebih banyak di beri dari pada dirinya. Julia bahkan tidak pernah terlihat sedih. Hingga suatu saat Tyas menyukai Miko yang menjadi kekasih Julia, Miko banyak tertawa saat bersama Julia. Hal itu membuat Tyas ingin sekali mendapatkan Miko agar bisa terus tertawa seperti Julia, namun bukan kebahagian yang di dapatkan Tyas, ia malah tidak pernah menemukan kebahagian yang dulu ia lihat dari Miko.

‘Mungkin kita Cuma bisa sampai sini aja. Makasih atas semua’ Tyas turun dari mobil Miko dan berjalan memasuki rumah. Tyas dan Miko emmang harus mengakhiri hubungan mereka yang sudah tak lagi berdasarkan cinta, namun sudah berdasarkan rasa jenuh yang melanda.

 

Apakah Miko akan kembali mengejar Julia? Lalu bagaimana hubungan Julia dan Miko?

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK