"Bagaimana, Direktur?" Lee Yuseung bertanya setelah penampilan I'GIL berakhir. Dia melambai pada mereka untuk mendekat.
"Halo, Direktur!" mereka menyapaku, melihat mereka membuatku teringat penampilan fisik mereka terakhir tahun lalu; mereka sudah semakin dewasa dan bergaya tapi juga tak banyak "berubah".
"Hyongmin, Suho, June, Jongho, apa kabar!" aku membalas sapaannya.
"Setelah sekian lama, aku terkejut akhirnya bisa melihat Anda lagi, Direktur" kata Jongho.
"Ya, Senior. Umm...maksudku, Direktur" Hyongmin, yang paling ceria, bersikap apa adanya.
"Tak apa. Kalian boleh memanggilku Senior, seperti waktu dulu" aku meringis sambil mengangguk. Mereka semua tesenyum dan mulai mengatakan hal-hal manis serta pujian-pujian padaku. Ahh...anak-anak ini, mereka tetap sama, sekelompok kelinci lucuku.
"Manajer Lee, secara keseluruhan, penampilan mereka sangat baik, mereka sudah menguasai gerakan koreografinya dengan sempurna, tak ada catatan pada bagian itu. Tapi, aku ingin mereka melatih lagi vokal mereka. Sangat penting untuk terlihat DAN terdengar sempurna. Mereka harus berlatih teknik pernafasan lebih baik lagi." aku mulai menunjukkan beberapa point penting dari penampilan mereka.
"Pastikan kamu sudah mendapat pengaturan panggung dari penyelenggaranya. Sudah ada detailnya?"
"Belum, Direktur"
"Hubungi mereka lagi dan pastikan kamu menerimanya segera. Setelah kamu menerimanya, mulailah berlatih dengan pengaturan itu untuk meminimalisir kesalahan."
"Baik, Direktur"
"Bagaimana dengan kostum, apa sudah ditentukan?"
"Pakaian mereka akan disesuaikan dengan tema lagu. Mereka akan menggunakan pakaian dari sponsor"
"Sekretaris Son, periksa ke departemen fashion, apakah mereka punya stok produk terbaru, tidak...tidak...minta mereka memberikan beberapa produk yang akan diluncurkan beberapa minggu lagi, dan tanyakan apakah itu bisa kita gunakan untuk promosi lebih awal. Ini adalah acara besar, akan lebih baik jika kita menggunakan koleksi fashion kita sendiri"
"Baik, Nona...saya akan memeriksa dan melaporkannya pada Anda besok"
Aku menengok ke arah anak-anak dan manajernya lagi,
"Manajer Lee, sepertinya itu saja. Jika ada yang perlu kutambahkan, akan kukabari lagi."
"Baik, Direktur. Terima kasih banyak atas bantuannya" dia membungkuk.
"Sudahlah. Mereka anak-anak kesayanganku, tentu saja aku harus memberikan yang terbaik"
Aku meninggalkan ruangan diikuti oleh Sekretaris Son. Anak-anak itu terlihat sangat senang dan aku masih ingat ekspresi yang sama itu, pernah kulihat setahun yang lalu, saat mereka akhirnya memulai debut.
June bersikap normal. Dia bersikap seolah tak ada yang terjadi di antara kami, dan aku sangat berterima kasih tentang itu. Kupikir akan lebih baik bagi kami berdua melupakan kejadian itu, dan melanjutkan hidup seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Mobilku membelah lalu lintas Seoul di malam hari. Aku melamun, berpikir bahwa selama ini hidupku tak pernah mudah. Memikirkan June membuatku jadi memikirkan banyak hal dalam hidup, dan aku harus mengakui satu hal, aku terus menerus menghindari masalah dalam hidupku tanpa sadar kalau terkadang, suatu saat, masalah itu akan kembali datang, lagi dan lagi, sampai aku benar-benar menghadapi dan menyelesaikannya sendiri.
***
Seminggu setelah Chuseok, bisnis kembali normal. Atmosfir liburan sudah menghilang. Aku sudah duduk di sofa ini selama kurang lebih 15 menit, mendengarkan musik klasik yang diputar di pemutar lagu.
Kulihat Hyosub dari kejauhan, berjalan mendekat. Dia lalu duduk tepat di sebelahku dan merangkul bahuku.
"Adikku~"
"Suara ini saaangaaat menyebalkan deh di telingaku?" kujawab dengan penuh nada curiga.
"Adikkuuu~"
"Apa? Apa? Apa? Kamu pasti dalam masalah atau sedang butuh bantuanku, kan?"
Pada tebakan pertamaku dia menjawab dengan membentuk tanda 'X' dengan kedua tangannya, sedang pada tebakan kedua dia memamerkan jempol tangannya.
"Aku butuh bantuaaannn~"
"Hentikan nada manja itu"
"Aku butuh bantuanmu" tiba-tiba dia mengubah nada suaranya menjadi suara berat ala om om yang sangat lucu.
Aku tesenyum kecil dan menghadap ke arahnya.
"Apa?"
"Aku ada rapat besok, dengan beberapa orang dari perusahaan farmasi. Kami akan membicarakan tentang riset terbaru mereka."
Aku mengangguk.
"Tapi aku juga punya janji penting di jam yang sama"
Aku mencium sesuatu yang mencurigakan...
"Jadi bisakah kamu menggantikanku di rapat itu?"
Terkejut, aku membalas,
"Kamu gila? Aku tak mengerti apapun tentang farmasi dan riset!!!"
"Tenang, tenang, Najun..." dia menepuk-nepuk bahuku perlahan.
"Mereka takkan bicara terlalu teoritis, kamu kan pintar, pasti bisa mengerti laporan mereka"
"Aku lulusan sastra, bukan lulusan farmasi, atau sesuatu tentang fisika atau biologi atau keduanya!"
"Itu dia, Dik! Itu dia!" dia menjentikkan jari.
"Kamu lulusan sastra, sudah pasti kamu pandai memahami penjelasan lisan dan tertulis dari seseorang kan!"
hhhh
"Tidak mau. Tidak bisa. Tidak akan" aku menjauh darinya, menyerah.
"Ayolah, Najun"
"Ubah saja jadwal salah satu dari pertemuanmu!" kuberikan dia sebuah solusi yang muncul di kepalaku.
"Riset ini riset yang sangat penting, jika aku tidak menemui mereka besok, aku takut perusahaan lain yang akan lebih dulu bertemu mereka, dan perusahaan kita akan mengalami kerugian besar"
"Ya sudah, kalau begitu, batalkan yang satu lagi!"
"Tidak bisa!"
"Kenapa?"
"Pokoknya tidak bisa!"
"dan apa alasannya kamu tidak bisa membatalkannya, ya Tuhan, Hyosub!" suaraku meninggi karena aku mulai marah.
"Aku akan bertemu dengan orang tua Soo Young. Mereka tiba dari Amerika dan hanya punya waktu luang besok!"
Aku terdiam.
Soo Young adalah pacar Hyosub dan hubungan mereka cukup serius. Sejauh yang aku tahu, Hyosub tidak pernah bertemu orang tua Soo Young. Jadi sepertinya aku mengerti situasinya. Memang sebuah pertemuan penting.
Setelah berpikir lama, aku menjawab,
"Apa yang akan kamu berikan kalau aku setuju?"
"Tsk, oportunis"
"Terserah kamu saja, Saudaraku!"
"Oke oke, apa yang kamu mau?" dia menjawab kesal, dia mengambil bantal sofa dan memeluknya sambil menekuk wajah, ha-ha!
"Aku tahu kamu punya daftar teman, kolega dan kenalan yang luar biasa panjang dan bermacam-macam" aku berkata sambil menyandarkan punggungku di sofa dengan gaya sesantai mungkin.
"Perasaanku tidak enak" Hyosub menggigit bibir.
"Ada sebuah hoodie NONA9ON yang saaangaaattt aku inginkan, tapi ternyata tidak dijual bebas karena dibuat eksklusif hanya untuk artisnya. Bantu aku mendapatkannya."
"Sudah kuduga. NONA9ON itu label milik YG, aku harus minta pada siapa, astaga ya Tuhan!" kulihat ekspresi putus asa Hyosub, dan aku cukup menikmatinya.
"Aku rasa itu masalahmu, bukan masalahku." aku menyeringai dan berdiri.
"Lebih baik kamu segera memberikan semua bahan yang bisa membantuku dalam rapat besok, jadi aku bisa membacanya sebelum tidur. Jangan lupa kabari Kak Yuhyon agar dia bisa menambahkannya pada jadwalku dan mengingatkanku lagi."
"Heh...kita belum selesai" dia mencoba menghentikanku.
"Sudah kok. Selamat malam, Kakakku sayang~" aku berjalan sembari melambaikan tangan, menaiki tangga sambil terkikik. Aku suka sekali setiap kali aku bisa membuat kakakku itu stress dan putus asa sekaligus.
***
"Kak Yuhyon, kapan rapatnya dimulai?"
"Rapat yang mana, Nona Najun?"
"Ha-ha! Lu-cu-se-ka-li! Aku tahu kalau hari ini hanya ada satu rapat saja. Tunggu dulu, seharusnya malah hari ini tidak ada rapat sama sekali, gara-gara Hyosub...hhh..." aku mendesah kuat.
"Anda sudah siap?"
"Semampuku"
"Saya yakin semua akan lancar, Nona...Anda adalah orang terpandai yang pernah saya kenal"
Aku mendongak, "Terima kasih".
"Sama-sama, Nona" Sekretaris Son menjawab.
"Rapat akan dimulai sekitar 40 menit lagi" dia melanjutkan.
"Kalau begitu ayo kita beli kopi di kedai seberang kantor dulu, aku butuh kafein untuk menghadapi situasi menegangkan ini" aku berdiri sambil meraih beberapa kertas dari atas meja.