DEJAVU
.
.
Novilianakt presents
.
.
Starring EXO's Oh Sehun & APINK's Oh Hayoung
Lenght Ficlet || Genre School Life, AU, Romance failed! || Rating PG - 13
Inspirated by A Pink – Dejavu
Disclaimer: Casts belong to god and their parents, this story is mine.
Author’s Note: Kalau ketemu di tempat lain, tidak mengatasnamakan novilianakt dan tanpa klarifikasi dari novilianakt artinya mereka adalah plagiator. Apabila menemukan, segera hubungi saya melalui akun twitter (@novilianakts) atau bisa komentar di ff ini. Maaf kalau membingungkan, penggunaan bahasa kurang rapi atau monoton, dan aneh hehe. Happy reading and don’t be a silent reader. Enjoy it, Thank you.
Langkah kakiku dengan mantap membawaku ke suatu tempat, tempat favoritku menghabiskan waktu setelah bekerja paruh waktu: Perpustakaan kota.
Tepat pukul 15.07, aku sudah menginjakkan kaki di perpustakaan kota yang tak jauh dari tempat aku bekerja. Ya inilah aku, siswi SMA yang membuang masa hidupnya dengan bekerja--belajar--bekerja--belajar setiap harinya.
Mencari beberapa buku yang kubutuhkan di lorong rak buku "Psikologi", kemudian menuju tempat duduk yang biasa kududuki setelah mendapatkan buku yang kucari, pojok bagian kanan perpustakaan dekat lorong rak buku "Hukum". Namun sesampainya di tempat tujuan, terdapat pria berpostur tinggi tegap lebih dulu menempati singgahsanaku.
Baiklah, gunakan tata kramamu, Oh Hayoung. Aku mengalah dan berpindah menuju tempat duduk tepat di hadapannya. "Apakah ada pemakainya?," tuturku sopan sambil menunjuk bangku tempat aku akan menyinggahsanakan. Namun sebelum pria yang menembus pantulan sinar matahari melalui jendela itu membalas, ia menatapku danoh my god, mengapa tatapannya begitu hangat? Kau membuatku meleleh, pria tampan. "Tidak ada. Silahkan." Balasnya dengan senyum yang cantik sekali. Kau ini apa? Bahkan malaikat tak setampan dirimu.
Aku berterima kasih dan membungkuk kemudian mengambil posisi duduk yang nyaman sembari menenangkan hatiku yang terus bergetar tak kenal henti sejak kudapat senyuman cantik dari pria itu. Kenapa ini? Aku gugup sekali.
Kubuka buku dari 'tumpukan bukuku' paling atas 'The Paradox of Choice: Why More is Less', membacanya lalu mencatat intisarinya, lanjut buku kedua, ketiga, hingga buku keempat, aku berhenti mencatat dan ketika menghadap ke depan aku terkejut bukan main. Pendapatku saja atau kebetulan sedang melirik, pria itu menatapku datar lalu tersenyum ketika aku menyadari bola matanya tertuju olehku. "Kau ingin menjadi Psikolog?," ucapnya membuyarkan suasana terkejutku.
"Hanya ingin." Balasku datar karena memang dua kata itu tepat untuk menjadi sebuah jawaban. Pria itu tak membalas, hanya menanggapi dengan mimik wajah yang berkata 'arraseo'.
Pria itu kembali melanjutkan kegiatan sebelumnya. Aku hendak melanjutkan mencatat intisari buku terakhir, namun pandanganku teralih kepadanya yang sedang tersenyum----lagi-lagi cantik----menatap buku 'The Street Lawyer' sambil mendengarkan lagu berjudul Begin Again yang dibawakan oleh Taylor Swift.Tuhan, maafkan diriku hari ini, tidak belajar justru menatap pria tampan yang tak kukenal.
Matanya yang begitu tajam, hidungnya yang mancung, bibirnya yang mungil, dan dagunya yang menggoda, sungguh tampan bukan? Mengalahkan raut wajah malaikat sebenarnya. Aish... Bertemunya dengannya saja baru hari ini, tapi mengapa ia sudah menggetarkan hati ini dan rasanya ingin sekali bertemu kembali esok hari atau entah kapan?
"Apa yang kau lihat? Apa ada yang ingin kau tanyakan padaku?" Lagi-lagi pria ini mengejutkanku tanpa menoleh dan sepontan aku menjawab, "Banyak sekali! Aih..."Pabo! Kenapa kau mengatakan itu, Oh Hayoung? Kuyakin ia sangat terkejut sekaligus terheran aneh karena aku mulai terlihat bodoh dihadapannya. Bagaimana ini? Aku salah ambil tindakan, jjinja pabo-ya.
"Silahkan." Aku tak salah dengar, iya kan? Omooo. "Sebelumnya maafkan aku, tapi pertanyaan ini cukup bodoh jadi kau tak perlu melakukannya jika kau tak mau," Bagus, Hayoung-a, pengelakan yang baik. "Tak apa-apa. Katakan saja, aku akan menjawab."
"Baiklah. Aku mulai. Siapa namamu? Kau mahasiswa atau pelajar? Jika pelajar, dimana sekolahmu? Jika mahasiswa, berhentilah menjawab. Apa kau sering kemari? Rasanya aku baru kali ini bertemu denganmu di sini. Kau ingin menjadi pengacara?" Cukup membuatnya kebingungan karena pertanyaanku yang begitu ceplas-ceplos dan sangat bodoh. Cukup malu menatapnya setelah ia mendengar pertanyaan terbodoh yang pernah terlontarkan untuknya, mungkin.
Ia melepas earphone miliknya yang tertaut di kepala, memperbaiki posisi duduknya, lalu menatapku lekat. Apa kau selalu menatap seperti itu? Baru kali ini aku merasa teduh menatap seorang namja. "Oh Sehun. Seorang pelajar yang satu sekolah denganmu. Kau benar, sebelumnya aku belum pernah kemari dan ini pernah kali aku ke sini. Sepertimu, pengacara? Hanya ingin." Diakhiri dengan senyuman cantiknya itu, kubalas dengan mimik wajah 'baiklah, kita akhiri ini'.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.16, kita.... Ah aniyo, maksudku diriku dan ia masih belum meninggalkan perpustakaan dan masih dalam posisi awal, aku terus menatap pria tampan tak kukenal yang masih sibuk membaca. Sudah berapa lama aku menatapmu? Mengapa aku tak kunjung bosan? Aku sungguh nyaman dengan ini. Kuharap aku bisa melakukan ini setiap hari. Kkk aku terlalu berandai-andai.
"Bisakah kita bertemu lagi esok atau kapan sekali lagi? Entah perasaan apa ini yang melanda, namun ini pertama kali kurasakan terhadap seorang namja. Bodohnya aku, kita bersekolah di sekolah yang sama tapi aku tak pernah melihatmu. Kupastikan kau risih mendengarkan ini dan berpikiran bahwa aku aneh. Hihi aku....," belum selesai bicara, ia beberes--berdiri--melangkah menjauh. Mungkin yang kukatakan adalah fakta, dengan segera kucegah--kutarik pergelangan tangannya--kugenggam, "tunggu!" Ia berhenti dan menoleh menatapku datar meskipun tatapannya selalu hangat bagiku.
"Bisakah kau menjadi namjachinguku? E, mm...mungkin ini terdengar aneh dan memalukan tapi....," ia memotong pernyataanku lalu berucap, "kau lucu sekali, Oh Hayoung." Ditutup dengan senyuman yang kali ini benar-benar membuatku jatuh, jatuh hati padanya. Ia melepaskan genggamanku dengan lembut dan mengedipkan mata kanannya yang menambah nilai ketampanan pria bermarga sama denganku. Oh Sehun, bisakah kita lanjutkan ini esok yang akan datang?