home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Coffee Scent

Coffee Scent

Share:
Author : dee_panda
Published : 20 Feb 2016, Updated : 22 Jul 2016
Cast : Shin Goeun (OC) , Kim Myungsoo , Choi Minho
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |1418 Views |2 Loves
Coffee Scent
CHAPTER 8 : 8. Sea & Spring

    Kasus penyerangan itu pun ditutup. Pelaku penyerangan menyerahkan diri dan mengakui kesalahannya. Polisi menghentikan penyelidikan. Dan aku?  Anehnya tak merasa lega. Kenapa? Masih banyak kabut misteri yang menggantung dan itu terasa mengganjal. Sialnya, aku tak bisa berbuat apa-apa.

    Pelaku yang kulihat  di kantor polisi waktu itu adalah seorang laki-laki yang berperawakan kurus. Rambutnya agak panjang, mungkin karena itulah aku menyangka dia perempuan. Menurut keterangan polisi, laki-laki tersebut kemungkinan mengalami gangguan mental. Hasil penyelidikan membuktikan kalau korbannya bukan hanya aku. Ada beberapa korban lain yang mengalami penyerangan serupa.

    Motif penyerangan sangat tak jelas. Dan itulah yang tak kumengerti sampai sekarang, Dipikir dari sudut manapun tetap terasa aneh.

    Mataku menerawang, mengamati langit kota Seoul yang mulai menjauh. Sebaiknya aku mengenyahkan perasaan ganjil ini. Percuma jika pikiranku masih terpatok pada masalah-masalah yang ada. Niat liburan tak akan ada artinya.

    Hari ini aku bertolak ke Busan. Berawal dari lamunan siang bolong akhirnya kuputuskan menghabiskan waktu di kota itu selama beberapa hari. Rencanaku ke Busan ini amat disetujui Noeul Oppa. Dia bisa mengerti adiknya ini butuh healing trip. Berada di Seoul memberiku tekanan batin akhir-akhir ini dengan pekerjaanku yang tak kunjung beres, upayaku untuk menjauhi Minho yang seolah sia-sia dan juga kejadian penyerangan itu.

    Setiba di Busan aku segera menumpang taksi untuk menuju kediaman kakek nenekku. Sepanjang perjalanan kesana aku tak hentinya dikejutkan oleh hal-hal baru yang ada di kota ini. Perubahan banyak terjadi sejak terakhir kali aku kemari setahun yang lalu.

    Taksi yang kutumpangi akhirnya memasuki kawasan pantai hingga akhirnya berhenti di sebuah rumah dua lantai yang berpagar kuning gading. Di rumah yang merangkap guest house inilah liburanku resmi dimulai.

 

***

 

    Ralat, liburanku dan liburan mereka resmi dimulai. Mereka yang kumaksud adalah segerombolan anak-anak sekolah yang juga sedang libur musim semi. Seperti pada musim libur pada umumnya, guest house milik kakekku ini tampak ramai tamu yang hampir semua adalah anak sekolahan. Dan dampaknya..

    "Mianhe, Goeun-ah, tak ada kamar kosong yang bisa kamu tempati." Ucap Nenekku itu menyesal.

    "Kamarku? Aku kan memiliki kamar sendiri disini."

    "Itu dia masalahnya, sehari sebelum kamu memberitahu akan kemari, kamar itu terlanjur kami sewakan pada seorang tamu." Terang Nenek dengan muka bersalah.

    Aku jadi merasa tak enak.

    "Sudah-sudah, untuk sementara Goeun bisa tidur bersama Nenek. Bagaimana?" Usul Kakek.

    "Lalu Kakek tidur dimana?" Tanyaku.

    "Dimana saja." Jawabnya sambil lalu.

    Aku semakin tak enak hati. Ini seperti menjadikanku cucu durhaka tak tahu diri.

 

***

 

    Kakek dan Nenekku itu adalah tipe lansia yang tak bisa diam. Tak bisa diam dalam arti tak mau hanya duduk manis berpangku tangan di usia mereka yang senja. Karena itulah mereka tetap bersikeras menjalankan usaha guest house ini meskipun sudah dilarang anak-anaknya.

    Guest house yang mereka miliki memang tak besar dan kamar-kamarnya pun tak banyak. Namun tempat ini bersih, rapi dan nyaman. Dan bagian yang aku suka adalah jarak ke pantai yang tak terlalu jauh. Kalau musim liburan seperti ini bisa dipastikan kamar-kamar di guest house ini memiliki penghuninya.

    Berhubung aku sudah disini, ada baiknya aku menjadi cucu yang berbakti terlebih dahulu. Kuganti agenda liburanku sore itu dengan membantu Kakek Nenek menyiapkan makan malam.

    "Tanganmu sudah sembuh?" Tanya Nenekku memastikan.

    "Tak apa-apa Nek, kalau cuma iris cabai." Kataku meyakinkan.

    "Sini biar Nenek saja, kamu persiapkan saja meja makan." Pisau yang kupegang itu kini sudah berpindah tangan.

    Tanpa perlawanan, aku berpindah ke meja makan. Disana sudah ada Kakek yang sedang menata meja untuk makan malam. Tanpa ragu aku ikut bergabung, mencoba membantu.

    "Tak usah ikut-ikut, biar Kakek saja." Ucap Kakek, tepat saat aku hendak menata sumpit.

    Apa-apaan ini?! Kenapa niat baikku untuk jadi cucu berbakti justru ditolak sana sini? Karena kesal akhirnya aku menyingkir pergi ke kamarku.

    Tepat di depan pintu, tepat saat kuputar handle pintu, di saat itulah aku baru ingat kamarku sedang disewa oleh tamu. Ceroboh tingkat dewa! Pintu yang kebetulan tidak dikunci si empunya itu terlanjur aku buka.

    Di dalam kamar itu, seorang pemuda tampak terperanjat saat tiba-tiba kamarnya dibuka oleh perempuan maha ceroboh ini. Seketika dia menghentikan aktivitasnya.

    Perempuan maha ceroboh ini pun sama kagetnya. Yang kulihat saat ini adalah muka familiar dengan setelan kaus panjang hitam dan celana panjang hitam.

    "Goeun Noona, bagaimana Noona ada disini?" Tanya Myungsoo dengan muka kaget.

    Sama, itu juga yang  perempuan maha ceroboh ini mau tanyakan padamu. Belum sempat aku berkata-kata, mataku tertuju pada rambut Myungsoo yang setengah basah. Kenapa pemandangan ini menganggu? Menganggu karena aku tak ingin melewatkan setiap momennya. Dan pada saat itulah sesuatu keluar dari lubang hidungku.

    "Noona, kamu mimisan." Ucap Myungsoo panik.

    Sadar apa yang terjadi, aku segera menutup lubang hidungku. Aku malu setengah mati. Ingin rasanya mengubur diri sendiri dengan pasir pantai.

    Dengan sigap Myungsoo meraih handuk kecil, menyodorkannya untukku. Muka itu masih panik.

    "Gomawo. Tapi tak perlu." Kataku. Masih dengan jari yang menyumbat lubang hidung.

    Bukan handuk, saat ini aku justru butuh topeng. Aku terlalu malu untuk berhadapan dengan orang ini lebih lama. Tanpa komando lagi aku beranjak pergi dari kamar itu.

 

***

 

To be continued...

   

Thanks for reading!

^^~ Dee_Panda

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK