Impian dan realita yang tidak pernah bisa bersatu, terkadang akan menghempaskanmu ketempat yang tidak ingin kau tujuh lalu memenjarakanmu dalam kesunyian dan kesakitan
****
“Bunda~” panggil Leo. “Bunda dari mana Leo kan sakit.” Kau membelai lembut rambut Leo. “Maafkan Bunda, tadi bunda harus kerja. Ada banyak yang harus budan kerjakan.”
“Bunda, kenapa aku ditunggu oleh seorang pria yang aneh ?”
“pria aneh.”
“ Tapi dia orang yang baik. Bunda, Memang benar Leo tidak punya ayah?” pertanyaan Leo membuat hatimu sedikit terguncang sekaligus ada sesuatu yang menusuk hatimu. “When I was in grandmother’s house (australia), I saw our neighboard Danny and Lisa have a father and mother, but I only have mother. I saw danny played soccer ball with his father, but I’m the only one who played with the wall.” Leo terbatah-batah saat berbicara dengan polosnya.
Kau hanya bisa diam, tanpa sadar meneteskan airmata. Kau baru sadar jika, sesungguhnya Leo belum mendapatkan sesuatu yang cukup darimu. Leo merasakan ada sesuatu yang kurang lengkap pada dirinya. Tanpa dia sadari, meskipun dia memiliki banyak sekali orang yang memperhatiakannya dia merasa ada yang kurang. “Leo, listen to me.” Kau menyeka air matamu. Lalu memeluknya, bagaimana bisa anak berusia 1,5 tahun berfikir sedemikian rupa. Apa terlalu sakit bagi Leo selama ini ? “I’m your mother and also you’re father.”
Leo melepas pelukannya. “I don’t understand mom. I just...” Leo menunduk. “I just feels lonely when you’re going to work everyday. I only have mother’s day but All of my friend has father’s day and mother’s day.” Lalu dia menangis juga.
Apa yang bisa kau katakan. Setelah Leo dewasa nantinya. Melihatnya seperti ini, kau tau jika suatu hari nanti anak mu adalah seorang pemikir yang baik sekaligus keras kepala. Pemikir yang baik datang darimu dan keras kepalanya sama seperti Suga. Malam semakin larut sementara kau hanya bisa diam melihat anak mu yang tertidur dengan lelapnya. Sementara kau sendiri? Hanya bisa duduk disofa sambil berfikir tapi sekeras apapun aku berfikir kau tidak akan menemukan jawabanya.
Keesokan harinya kau terbangun dari tidurmu. Melihat Leo yang masih tertidur. Kau memutuskan untuk tidak datang ke tempat kerja hari ini, karena kau menyedarai jika Leo butuh perhatian lebih dari ini. Kau melihat kerah luar jendela, dan teringat akan wajah seseorang yang harusnya kau lupakan. Orang yang harusnya menjadi ayah Leo. “Greek, seseorang membuka pintu pagi sekali oarangitu datang. Kau berfikir mungkin itu Suga tapi saat kau memperhatikan ternyata itu Hoshi. “Annyeong” sapanya dengan senyuman. Dia membawa sebuah kotak makanan. “Manniomokko.” Ucapanya pelan. Hoshi mebuka kotak makanannya. Ada banyak sekali makanan yang dia bawah. “Mianhae, aku kemarin tidak datang kesini. Aku mencari pekerjaan.” Kau mengernyitkan dahimu. “Kenapa kau mencari pekerjaan, bukankah selama ini kau menjadi seorang model?”
Hoshi hanya diam tersenyum, lalu memberikan semangkuk nasi di hadapanmu. Dia berperilaku sangat aneh bagimu. “Hari ini kau akan pergi bekerja?”
“Aniya, aku akan mengurus Leo saja, dokter bilang hari ini Leo bisa pulang.”
“Oh? Secepat itu ?”
“Ne, dia mulai membaik belakangan ini.” Kau mulai menyendok sup. “Hmm, ini enak sekali. Aku harus memberikan pada Leo nanti.” Kau menyendok lagi. “Kalau begitu aku akan membantu membereskan barang-barang Leo.”
“Tidak usah, aku akan membereskannya sendiri.”
***
Bighit Entertaiment 10.00 a.m
Suga tidak pulang ke dorm, dia malah pulang ke studionya. Baginya studio adalah tenpat terbaik untuk berfikir dan membuat rap. “Min Yoongi!” Suara seseorang dari arah balik tubuh Suga. Suara yang sama dengan suara orang yang menelponnya kemarin. Suga membalikan tubuh dan kursinya. Melihat pria gendut bermata sipit yang berdiri dibibir pintu studionya. “Ne?” tanya Suga santai. “Kau dari mana?” tanya Shin Hyuk. “Aku harus pergi kesuatu tempat.” jawab Suga kembali. Shin hyuk masuk kedalam studio Suga lalu dia duduk.
“Bukan kah aku sudah memberi tahumu jika kemarin ada konfrensi pers?”
“Ne, tapi aku benar-benar tidak ingin melakukannya.”
“Kalau begitu jawab natural saja di radio.” Ungkap Shin hyuk. “Aku menyiapkan sebuah acara radio, dan kau mungkin akan menjawab pertanyaan tentang pernikahanmu nanti.”
“APA?” Suga tidak percaya dengan apa yang dia dengar. “Yoongi-ya, kau melakukan banyak hal yang menakjubkan saat kau masih muda. Lalu kenapa kau menjadi seperti ini? Kau ingin keluar dari bangtan ?”
“Aniya.”
“Gereom, kenapa kau seperti ini ?” Shin Hyuk menunjukan sebuah berita online di HP nya dan menujukan siapa reporter yang melakukannya.
“Lalu kenapa kau seperti ini, ini sungguh tidak relistis.”
“Kau lah yang tidak realistis, semua karir mu akan hancur jika semua orang tau kalau anak itu adalah anakmu dan wanita itu adalah wanita yang kau hamili. Kau tau resikonya bukan ? jangan hanya pentingkan dirimu sendiri tapi juga lihat para member yang lain. Mereka akan terkena imbas dari apa yang kau lakukan. Karir ku karirmu dan juga wanita itu. Kau tidak boleh hanya berfikir jika kembali bersama dengannya maka semua akan beres. Ini tidak semuda itu Yoongi-ya. Sudah, aku pikir cukup sampai disini. Aku tidak akan membahas lagi.” Shin Hyuk keluar dari studio Suga. Sesaat dia diam mendengar semua yang shin hyuk katakan. Memang benar, dia dan anaknya juga wanita yang dia cintai tidak akan bersama jika semua masih seperti ini. Tapi jika dia menikah dengan Yulhee semua akan semakin sulit untuk dikembalikan. Wanita yang dia impikan juga akan semakin jauh dari hadapannya.
Namjoon mendengar pembicaraan Suga dan juga Shin Hyuk tak jauh dari studio Suga. Ada perasaan yang salah, tapi juga benar. Fikiran Namjoon kembali ke 20 jam yang lalu saat diamelihat Suga bersama dengan wanita berdarah Indonesia di dalam rumah sakit.
“Hmm, aku ingin bertanya. Apakah ada anak yang bernama Leo Hartanto yang dirawat disini?” tanya Namjoon pada seorang suster. “Sebentar biar saya cek.” Suster itu mengetik nama yang Namjoon sebutkan. “Tidak ada.”
“Kalau begitu adakah yang orang tauany bernama (menyebut namamu)? Aku ingin mengunjungi saudaranya yang sedang sakit.”
Suster itu kembali mengetik. “Ne, apakah dia berwarga negara Indonesia?” tanya suster. “Ne.”
“Ne, anaknya yang sedang sakit tapi namanya bukan Leo, namanya Woo Eun Woo.”
“Woo Eun Woo??” Namjoon membulatkan matanya.
Now
Lalu dia berfikir sejenak, mungkin ini agak sedikit gila dan mungkin Suga akan memukulinya hingga habis.
“Eun woo sedang sakit kanker. Dokter saat ini sedang memastikan apakah selama kandungannya ibu Eun woo berusaha untuk mengugurkannya.” Ucapan itu masih terngiang di benak NamJoon. Dia juga masih ingat apa yang telah dia lakukan selama ini pada Leo. Namjoon melangkah masuk kedalam Studi Suga. “Hyung” membuka pintu studio. Terlihat Suga dudu didepan komputernya. “Weo--?” Suga terlihat tidak peduli dengan kedatanga Namjoon. “Ada sesuatu yang ini aku katakan.”
“Mwo?” dingin. “Tentang Leo dan Ibunya.” Buka Namjoon. Suga mulai berbalik. “Kenapa ?”
“Setelah ini kau bisa memukuliku. Aku dan Pd-nim yang mencium terlebih dahulu jika ini akan terjadi, jika kau cepat atau lambat akan mengerti kalau Leo adalah anakmu dan wanita itu yang mengandung anakmu.”
“Lalu?”
“Agar masalah ini tidak semakin buruk maka, kami mencoba menggugurkan kandungannya dengan berbagai cara, dari menjatuhkannya ketangga, memberinya obat pendorong juga—“
Suga menelan ludah perih, mendengar apa yang dikatakan oleh Namjoon, rasanya memang tidak sanggup mendengar lagi. “Mencelakainya dengan berbagai teror mematikan.” Lanjut Namjoon. Suga menghelah nafas, dadanya terasa sesak. Dia ingin marah dan memukuli Namjoon tapi Suga menahannya. Dia merasa itu tidak akan menyelsaikan masalah karena semua sudah terjadi. Leo sudah sakit kanker, Dia harus berfikir dengan jernih saat ini. Suga berbalik menghadap komputernya lagi. “Kamshamida, atas pengakuannya. Aku akan kembali bekerja.”
Cuma itu? Kenapa Suga tidak marah kepadanya? Tanya Namjoon dalam hati. “Baiklah Hyung aku kan kembali ke studioku.” Namjoon berjalan keluar. Sementara Suga masih tetap sama, menghadap komputer yang sebenarnya kosong. Dia tidak tau tulisan apa yang harus dia tulis dalam rap nya perasaannya begitu campur aduk. Lalu dia ingat pria tu yang aneh yang ada di rumah sakit kemarin.
“Saat itu wanita itu, tidak juga memberithuku jika dia hamil. Aku juga sangat menyesal tidak mencari kemana keberadaannya dengan baik. Aku menemuka keduanya, dalam keadaan terluka, bukan fisik. Tapi batinnya. Aku sering sekali melihat istriku ketakutan ditengah malam. Aku tidak bisa menolong juga tidak bisa menyentuhnya. Bahkan melakukan apa yang seharusnya aku lakukan menjadi seorang ayah.”
“Itu sebabnya kenapa dia tidak menjawab saat aku bertanya kenapa dia mencoba menggugukan bayi kami.” Ucap Suga pelan pada dirinya sendiri. Dia harus berfikir tenang dan jernih. Langkah apa yang harus dia lakukan sekarang ?
***
Leo sudah keluar dari rumah sakit, hari ini kau ingin mengajaknya jalan-jalan. Mungkin Leo akan melakukan beberapa perawatan intensive tiap minggunya, sejak divonis kanker. Siapa yang menyangka ada pria yang menunggumu didepan rumah. Kali ini bukan lagi Hoshi tapi orang lain.. Suga. “Jangan pergi!” cegah Suga yang melihatmu mau menghindar. “Leo-ya kau mau pergi kemana? Tanya Suga. Leo hanya bisa melongo melihat bahasa korea suga. “Where are you going?” tanya Suga. “Mom said we will going to somewhere.” Jawab Leo lembut. “Let’s drive uncle’s car. Ok? Do you want?” tanya Suga.
“Hmm, aku rasa tidak perlu.” Kau menolak lagi. “Cuman hari ini, hanya hari ini.” Suga menatap matamu. “Ayo pergi ketempat yang agak jauh agar tidak banyak yang mengerti kita berada dimana.”
“Kenapa kau ini?”
“Ambil passportmu!” pinta Suga. “Kita mau pergi kemana?” tanya mu. Suga menggeret tanganmu dan menyuruhmu masuk kedalam rumah. “Ambil beberapa baju untukmu dan juga Leo. Mari pergi ke Finland.”
“Ada apa kau ini ?” tanya mu sekali lagi. Tapi Suga terlihat tidak peduli. Kau melihat pandangan Suga yang penuh dengan kekosongan, apakah Suga telah meninggalkan agensinya lalu ingin pergi denganmu dan Leo. Suga terlihat Sibuk mengemasi barang-barang Leo. “jamkanman yo.” Kau mengentikan pergerana tangan Suga dengan menyentuhnya. “Apa yang terjadi?” tanyamu pelan. Suga hanya diam memandangimu pilu. Lalu kau menyerah, dan menuruti ucapan Suga. Kau pun mengemasi barang-barangmu. Lalu berangkat ke airport. Tidak menggunakan mobil Suga tapi menggunakan mobil lain.