Nam Joon memasukan sebuah surat yang dia dapatkan beberapa tahun yang lalu, sampe test DNA yang sengaja dia sembunyikan dari suga, serta foto anaknya. Yang mungkin saja dia akan langsung mengenali copy-an dirinya sendiri. Dia memasukkanya kedalam laci studio, yang tidak akan pernah dijangka oleh suga.
Yeri membuka SNS nya, memantau apa yang dia sukai seperti biasa. Hoshi, tapi matanya berhenti dengan sebuah tulisan yang baru saja dia baca serta foto yang baru saja dia lihat. “Pantas saja aku pernah melihat wanita itu.” Batinnya.
Tengahmalam diwatu yang sama. Langkah kaki gusar datang, menujuh sebuah rumah yang tidak pernah di kunjungi sebelumnya. Lalu pria itu mengetuk pintu rumah tersebut. Tidak ada response, dia mengetuk lagi tetapi tetap sama saja tidak ada response. Tak lama seorang wanita keluar dari rumah. Nam Joon menarik lengan mu yang baru saja keluar dari rumah yang masih setengah mengantuk. Nam joon sangat kasar dan wajahnya begitu kesal.
“Apa yang aku katakan sebelumnya? Kau ingin mati? SUDAH AKU BILANG UNTUK KEMBALI! KENAPA TIDAK KEMBALI? Kau sangat mempersulitku.” Sedikit lagi mungkin pria ini akan gila. “Lepaskan aku!” pintamu. “Kau mau ku lepas?” Nam Joon melepaskan lenganmu. Lalu mask kedalam rumah dan mengacak-acak rumahmu. Memcahkansemua barang-barang yang dia lihat. Kau hanya bisa diam setengah terkejut dan juga frustasi. “Hentikan!” kau memegangi lengan Nam Joon yang tidak henti-hentinya memecahkan barang-barang rumahmu. “Ahjumaa! Tolong janga Leo.” Kau berteriak. Sementara pembantumu langsung berlari kearah kamar leo dan mememeluk leo yang masih ter tidur dengan lelapnya. “Lepaskan!” NamJoon mendorongmu tanpa sengaja kau jatuh, kepalamu membentu sebuah pingiran lemari. Sebuah cairan keluar dari kepalamu yang baru saja terbentur. “YA!!” Seorang namja berdiri dibibir pintu. Orang yang tidak asing. “Sunbae, kau sangat kasar pada wanita? Apa yang terjadi kau mengenalnya?” hoshi bertanya dengan tegas.
“Kau? Apa yangkau lakukan?”
“Aku tetangganya, aku merasa terganggu dengan suara gaduh yang aku dengar. Lalu aku datang melihat apa yang terjadi.”
Nam joon tersenyum kecut, dia berjalan mendekati hoshi. “Jangan mendekati wanita itu jika kau tidak ingin keluar dari agency kami.” Bisiknya pada telinga Hoshi. Lalu nam joon pergi begitu saja.
“Weo?Weo? Weo??” Suga berbaring dilantai, kakinya lemas serasa tidak kuat berdiri. Ini mengerikan, dia tidak tau apakah dia haru senang atau sedih melihat apa yang dia baca. Tetapi ini adalah sebuah kenyataan. Ini sebabnya mengapa Nam Joon selalu berkata jika anak itu bukanlah anak suga. Semakin namjoon berbohong, semakin dia curiga akan apa yang terjadi.
“Hyung, apa yang terjadi?” Jimin dan Jhope datang. Melihat suga yang berbaring dilantai menangis. Jhope langsung reflex melihat, kertas yang diabwah oleh suga. Sementara fokus pada suga dan berusaha untuk membangunkannya.
Jhope cepat tanggap dengan apa yang terjadi. Dia berbalik melihat suga. “Hyung, tolong jangan marah pada nam Joonie. Dia hanya berusaha menjaga sebagai leader.”Suga hanya diam, tidak menanggapi. “Ne, aku juga salah. Ini juga keslahan yang aku perbuat.”
“Gureigu, ada yang ingin aku tanyakan Hyung, melihatmu seperti ini. Apa kau masih mencintai wanita itu?” Jhope bertanya kembali. Suga hanya diam mematung.
Bebrapa saat setelah namjoon pergi. Hoshi mendekatimu. “Kau, kau berdarah.” Hoshi menunjuk kepalamu yang berdarah. Dia langsung berlari mengambil peralatan obat yang ada di dalam rumahmu. “Irona!” Hoshi menuntunmu duduk diatas sofa dekat tempatmu jatuh. Dia membersikan lukamu. Lalu mengobatinya.
“Ini mengerikan, bagaimana kau bisa hidup seperti ini ?” tanyanya sembari membersikan lukamu. Kau hanya diam. Kau ingin jika dia tidak mencampuri urusanmu. “Aku tidak bisa cerita kepadamu. Jeongmal Gomawo-yo.” Ucapmu pada kwon hoshi yang masih saja membenarkan perban yang ada di kepalamu. Hoshi menatap matamu, sementara matamu juga menatap wajah putih bersih milik hoshi, hanya saja tidak ada perasaan yang istimewa. Hanya sebuah pertanyaan kenap dia selalu berada di sekitarmu sejak pertemuan awal hingga masa sulit ini. Siapa dia dan mengapa dia ikut campur dalam urusanmu.
“Kau butuh seorang pria didalam rumah. Bukankah ka tinggal dengan seorang pria ?” tanya hoshi. Dia mulai membersikap barang pecah belah yang berserakan dilantai. “Dia adikku, gara-gara aku. Dia harus pindah bekerja serabutan dimalam hari.“
“Bagaimana kau bisa mengenal nam joon sunbae ?” pertanyaan hoshi singkat padat dan menusuk. Kau hanya diam dan mengalihkan padanganmu. Hoshi menangkap ekspresi wajahmu lalu beralih pada barang pecah belah yang ada dihadapannya lagi.
“Jika dia masih mencintaimu, dia akan kembali. Tetapi diindustri kami terlalu naif untuk mengorbankan kesuksesan kami dengan cinta. Sejak awal debut kami, kai diajarkan untuk bekerja kers dan meningkatkan skill kami. Nama kami adalah label sementara tubuh kami adalah prodak. Susah, sedih kami tidak boleh menunjukkannya kepada publik. Bahkan jika fans kami menyerang orang yang kami cintai, maka yang kami selamatkan etrlebih dahulu adalah fans kami, bukan orang yang kami cintai. Kami, bisa saja mencampakan yeoja yang kami cintai kapan saja ketika perusahaan berkata untuk tidak.” Hoshi berhenti berbicara, lalu kembali menatapmu yang masih duduk diam. “Jika dia ingin kembali, dia jga tidak punya jalan untuk kembali. Semua jalan tertutup dengan rapat. Jadi pulanglah kenegaramu dan jangan kembali, bersembunyila dari segalaya.” Hoshi berdiri dan keluar dari rumah tanpa kau meminta.
Nam Joon berjalan masuk kedalam studio, dia ingin melanjutkan apa yang harusnya dia lanjutan sebelumnya menulis lagu. Dia melihat bayangan dari kaca kecil didepan pintu yang akan dia buka. “Hyung.” Desasnya lalu da masuk kedalam. Dia melihat orang yang lain lagi. Jhope dan Jimin. “Kenapa kalian semua ada disini dalam waktuyang bersamaan ?” tanya Nam Joon. Kedua orang yang ada di hadapannya hanya menunudk. “Aku hanya ingin vakum sementara.” Suga menunjukana bukti DNA serta foto yang dia pegang. Nam Joon terkejut melihat selembar kertas yang ada dihadapannya. “Hyung, aku—“
“Tidak apa-apa, aku yang salah. Aku hanya ingin vakum sementara. Kita punya 5 bulan untuk libur bukan ? jangan tambah masalah, jangan mengatasinya sendirian. Aku yang akan mengatasinya.” Suga berdiri dan menepuk pundak nam joon.
Nam joon keluar dari tempat yang tadinya dia bersama dengan suga. Cukup baik baginya menjadi seorang leader, mengatasi banyak hal yang ada didalam grup bahkan mungkin dia lah orang pertama yang mencium adanya masalah di dalam grup bahkan perusahaan. Tetapi untuk kali ini dia telah menutupinya sejak bertahun-tahun lamanya. Akankah dia terus menutupi keluarga yang memang harus bersama? Nam joon berjalan dan berfikir sejenak. Dia melihat wajah anak kecil yang ada ditangannya.
“Ini benar-benar keajaiban, aku mencoba membunuhnya sejak dia kecil tetapi dia tumbuh seperti ini. Tidak cacat juga tidak sakit, dia mungkin sama keras kepalanya dengan Yoongi Hyung jika besar nanti.” Gumamnya memandangi foto yang ada ditangan.
“Aku dengar kau menyukai suga bukan ? aku ingin kau menjadi pasangannya.” Shin Hyuk duduk diatas meja melihat seorang gadis cantik yang duduk dengan senangnya mendengar tawaran Shin Hyuk. “Aku ingin kau berpura-pura menjadi istrinya. Aku akan membayarmu, setelah ini semua selesai kau boleh kembali.”
“Kalaupun aku tidak dibayar juga tidak apa-apa, yang penting aku senang sekali berada di dekat suga oppa.” Jawab Yulhee. “Aku akan membuat berita jika kalian akan menikah minggu depan.”
“Apa ? minggu depan?”
“saat kalian di talk show dan mc meencoba memasangkan kalian, banyak tanggapan jika kalian sangatlah cocok bersama. Aku ingin kau bersama dengan suga, lagi pula tidak ada yang cocok lagi selain dirimu.”
“Ne, aku sangat bersenang hati.”
Nam joon mengusap layar touch screennya, melihat berta miring lagi antara Yulhee dan suga. Sekarang kepalanya benar-benar pusing dan pening sekali, melihat Shin Hyung menambah banyak masalah dalam grupnya. Ini memang rencananya pada awalnya tetapi tidak aku sangka, menjadi hal seperti ini. Semakin banyak saja berita yang bermunculan. Ini mengerikan, juga melelahkan mengatasinya satu persatu. Langkah kakinya maju menujuh arah suga yang baru saja lewat di lorong. Suga elah bersiap memakai manterlnya dan kembali kedalam dorm mereka bersama. “Hyung! Jangan vakum terlebih dahulu, kau harus mengatasi hal ini.” Nam Joon menyodorkan headphonennya. Suga hanya diam tidak berekspresi. Dia mengembalikan headphone nam joon. “Aku lelah, aku butuh istirahat.” Dia pergi berlalu.
Kau membereskan semua barang-barang yang berserakan sebelum adikmu datang, kau benar-benar merasa lelah. Memang benar apa kata Kim Nam Joon jika kau tidak mau pergi maka setiap hari akan seperti neraka bagimu. Bahkan bertahun-tahun bagimu adalah neraka.
Flashback
Musim semi, kau sengaja jauh-jauh datang untuk bertemu dengan pria yang kau cintai. Kau ingin mengatakan jika kau hamil dan... entahlah apa yang harus kau lakukan dengan janin yang ada didalam kandungan ini.sayangnya orang yang kau cintai, dia tidak pernah muncul ketika kau menunggu di tempat yang biasa kalian bertemu. Kau berjalan ke ruangan studionya. Sayangnya yang kalu lihat hanya lah pemandangan lain, dimana dia bersam wanita lain. Lalu bagaimana posisi mereka? Tidur bersama, tanpa busana.
“Pergi dari sini adalah keputusan yang paling tepat yang harus kau lakukan, bukan begitu?” suara berat Nam Joon terdengar berbisik. Tubuh besarnya berada tepat dibelakangmu. Kau menoleh. “Bukankah, kau sudah melihat pesannya?”
Sebenarnya, kau tidak ingin pergi hanya dengan selelmbar surat yang dititipkan pada staff. Tetapi ketika melihat apa yang kau lihat, kau menyadarinya.
Now
Sore, udara musim dingin terasa dingin menusuk seperti biasa. Hari ini kau melakukan aktifitas seperti biasa. Kau sengaja menutupi sebagian wajahmu dengan syal yang sedang kau pakai, baru saja beberapa langkah dari rumah. Seorang namja berdiri tidak jauh dari jalan tanjakkan dekat rumah murid mu. Kau berfikir jika namja yang berdiri tersebut adalah namja yang sama dengan namja yang ada tadi malam membantu mengobati lukamu. Kau mengabaikannya. Melewatinya begitu saja. “(Memanggil namamu)”. Matamu membulat badan mu mulai gemetar. Apa indra pendengaranmu tidak salah ?kau berbalik melihat seorang pria bermata sipit yang ada bebrapa langkah dari hadapanmu. “(Memanggil namamu lagi)” namjayang memakai sweater berwarna biru dongker, menutupi sebagian wajahnya dengan penutup wajah berwana hitam. Meskipun wajahnya tertutup kau tidak pernah lupa dengan suara dan matanya. Suara yang selalu kau rindukan tetapi juga selalu kau benci, suara yang setiap harinya mengikuti rhytem yang berbeda. “Mianhae, aku tidak datang lebih cepat. Jeongmal bogosipposeo” Suga melangkah mendekat. Kau malah melangkah mundur.
“Kau bilang kau harus pergi bukan ? kau bilang kau harus berkarir bukan ? kau tidak bisa memutuskan kontrakmu dengan entertaiment mu yang kau bangun setengah hidupmu.”
“Tetapi aku juga membuat kehidupan keduaku yang baru saja aku bangun. Bahkan baru saja aku ketahui. Kenapa tidak mengatakan padaku yang sebenarnya sebelum pergi menghilang?” Suga menelan ludahnya perih. Hatinya memang sangatlah perih setiap kali melihat wanita yang berdiri dihadapannya. Wanita yang idealis, wanita yang flexible dan pintar. Wanita yang mampu memahaminya.
“Jika, kita bersama yang terluka bukan hanya kita. Tetapi orang-orang yang ada di sekitar kita. Kenapa tidak ingin pergi dan mengganggap semua tidak pernah terjadi?” kau menarik langkah kebelakang, sementar suga semakin mendekat.
“Aku masih belum bisa melupakanmu.” Suranya mulai lirih. Kau berbalik berlari dengan kencang. Menjauhi mimpi buruk yang baru saja kau lihat.
***
Drama, kosakata pertama yang terlintas dalam benak Hoshi setelah mendengar pembicaraan dua sejoli yang terpisah sejak lama. Matanya beralih pada wanita yang berlari menjauhi pria yang baru saja berbicara dengannya. Hoshi keluar dari pintu gerbang setelah pembicaraan itu usai dan sedikit melempar pandangannya pada sunbae yangberdiri sedikit terkejut dengan kedatangannya. “Noona!” Hoshi berlari mengikuti langakah wanita berwarga negaraan indonesia, sengaja memanggil wanita itu Noona agar terlihat lebih akrab dengan wanita yang berlari dan juga memberi pelajaran pada namja yang masih berdiri kaku dibelakangnya. Hoshi berlari, bukan memndapatkan lenganya malah dia membakan tas wnita yang berlari terebut.
“Kau ingin olahraga ? biar aku bawakan tasmu.” Hoshi tertawa lebar, dia melihat tas berwarna cream yang dia bawah lalu menatap wanita yang tiba-tiba berhenti berlari. “Kau menangis?” Hoshi terkejut. Wanita itu mengusap airmatanya. Hoshi menghadapkan tubuh mu, kau masih tertunduk menutupi airmatamu. Lalu Hoshi mengmenyingkirkan sedikit rambut yang menghalangi wajahmu. “Woah, jinca yeopoda. Aku tidak pernah menyangka ada yeoja secantik ini saat menangis.” Kau hanya dia masih tertunduk. Hoshi menempelkan kedua tangannya di wajahmu. Lalu mengangkat kepalamu. Kalian saling menatap. “Apa yang ingin kau lakukan?” tanyamu. Tangan kanan hoshi beralih mengelus tengkuk kepalamu.
“Uri (Menyebut namamu), adalah orang yang tegar, kau orang kedua yang kuat setelah ibuku. Aku tidak meminta banyak darimu. Terlepas aku menyukaimu atau tidak. Aku juga tidak tau, tapi kau menarik bagiku.” Hoshi merundukkan tubuhnya, sebuah ciuman kilat menempel dipipmu. Kau terkejut. Karena ciuman itu dan kenapa pula tiba-tiba kau berhenti menangis setelah ciuman itu. Hoshi tersenyum. Jujur saja, kau tidak tau siapa dia tetapi ada perasaan dimana kau sangat berterima kasih kepada Hoshi karena selalu ada.
***
Apa yang mereka lakukan ? Suga mengernyitkan dahinya melihat bayangan kedua orang yang sedang berdiri dibawa lampu gang jalanan. Sesaat hatinya terasa sakit melihat sebuah ciuman yang mendarat di pipi yeoja yang dia cintai. “Andwee!” suga tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia memastika kembali jika itu bukalan yeoja yang dia cintai tetapi sebanyak apapun dia memastikan yeoja itu memanglah yeoja yang sama dengan yeoja yang dia cintai. Suga menghela nafas kasar berbalik pergi memasuki mobilnya.
“Kau merasa dingin, hidungmu mulai memerah.” Tanya Hoshi padamu. Kalian memutuskan untuk makan tteoppoki bersama disebuah kedai kecil dekat rumah. Kali duduk ditenda berwana merah menunggu pesanan. Di tengah pesanan pelayan membawakanmu soju. Sesungguhnya kau bukan tipe orang yang suka minum tetapi kali ini kau ingin minum.
“Berikan aku sedikit.” Kau menyodorkan gelasmu pada Hoshi. Lalu meminumnya sekali teguk. “Lagi” kau menyodorkan gelasmu lagi. Hoshi memandangimu aneh. “Lagi” ini sudah gelas ketiga sementara baru saja 30 menit kalian sampai dikedai pinggir jalan itu. Digelas ke tujuh kau berhenti minum. Kepalamu sudah berada diatas meja. Kau mabuk berat. Kau tertawa, lalu menangis dengan cepat. “Aku tidak tau, bagaimana kelanjutan hidupku? Apa managernya akan membunuh anakku? Atau membunuhku ? Hahaha ini sangat lucu. Kau mulai berbicara ngelantur. “Katakan padaku apa yang terjadi ?” Hoshi melipat tangannya diatas meja, antusias.
“Kau tau bukan, kau satu-satunya temanku disini, aku bahkan tidak mengerti kenapa anak kecil sepertimu mencampuri urusan orang dewasa sepertiku. Ya!! Aku ini artis ternama, penyanyi ternama jika bukan karena realiry yang bodaoh itu. Aku tidak akan jatuh cinta pada pria busuk shooting Guard itu!” kau mengangkat keplamu. Melipat tangamu. Menghadap namja yang ada dihadapanmu. “Ya! Kau tau, aku juga tidak ingin pindah dinegara yang busuk ini! Semua orang-orangnya banyak berkomentar! Baik atau buruk, bahkan mereka terlihat bodoh sekali. Hahahah” kau tertawa. Hoshi masih menyimak. “Kau tidak meminta dia untuk mengakui jika itu anakmu ?” Hoshi mulai membuka mulutnya mengambil tteopoki.
“Aku? Sudah mengatakanya lewat pesan singkat! Tapi yang mengetahuinya bukan pria berbaju dongker itu tapi pria yang merusak rumahku, bahkan aku yg ketahuan lewat pesan singkat. Mereka .. semua.. mencoba membunuh LEO yang masih kecil! Mereka semuanya!” Kau mulai menangis frustasi dicampur mabuk. “Sekarang Leo bisa berjalan dan baru bisa berbicara, mereka megusik banyak sekali kehidupanku. Bagiaman jika leo sudah besar, mereka membunuhku?” kau menepuk-nepuk dadamu sendiri. “Bagaimana dengan Leoku? Leo yg malang, janinnya kepanasan karena racun yang diselipkan dalam minumanku, Leo yang malang, dokter bilang dia akan kena kangker.” Kau menangis semakin keras.
“Tapi aku harus kuat.” Kau mengambil botol soju lagi. “Kau bilang aku mirip dengan ibumu bukan ? bagaima hidup ibumu apa sesusah aku ? aku wanita yang mengandung anak Idol dan Idol tidak mengetahuinya lalu aku lari.” Kau mulai tertawa lagi geli, kau mengucakannya setengah mabuk. Hoshi memandangimu. Sesaat hatinya tersentak dengan ucapanmu. Dia menunduk lalu tersenyum kecut. “Ibuku sangat mirp dengamu, bedanya ibuku mengandung anak pengusaha kaya raya konglomerat dalam usia muda. Menikah dengan warga biasa seperti ibuku adalah sebuah hikum yang terlarang. Kami lari dari kejaran para pesuruh nenekku.”
Kau mulai diam menyimak cerita hoshi dengan mata sedikit rabun, kau mendengar dengan baik. “Ibuku meninggal saat usiaku 10 tahun, dia disuntik mati oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu—“ suara hoshi melemah. Tangannya mengambil soju yang baru saja kau pegang. “Kau harus sehat.” Hoshi menyembunyikan soju darimu. Lalu menatapmu dengan tatapan yang hangat. “Ya! Kau terlalu baik untuk ukuran anak-anak. Aigooo kyoptaa~” kau mengelus kepala hoshi. Tangan hoshi meraih tanganmu, menghentikan elusan kepala yang kau berikan. Matamu sedkit terbelalak. “I want more.” Suasana menjadi hening, lalu kau mulai tersadar. Hoshi mencondongkan tubuhnya kearahamu. Perlahan tetapi pasti, kau merasakan hembusan nafas yang menyapu wajahmu. Kau merasakan nafas hoshi yangsemakin dekat. Lalu hidungnya menyentuh hidungmu. Hidung itu mulai menujuh arah miring lalu kau mulai merasakan bibirnya yang makin dekat. Kau memejamkan mata dan.....
“Brak” Hoshi melihat kepalamu yang jatuh dimeja yang menjaadi jarak antara dirimu dan hoshi. Kau tertidur. Hoshi tersenyum “Ini lucu.” Katanya.
****
Sementara kau sibuk dengan anak kecil yang sekarang menjadi temanmu bicara, jauh didalam mobil bersembunyi pria yang mengharapkanmu. “andweee, andweee.” Suga melihat seorang wanita yang akan di cium oleh Hubaenya. Tangannya mengengam erat kemudi mobil. Nafasnya terasa sesak, lalu mulai mencair ketika dia melihat wanita itu menjatuhkan kepalanya keatas meja. Dia legah. “Aku benci menjadi penonton.” Suga keluar dari mobilnya dia tau jika wanita itu akan tertidur setelah mabuk berat. Dia masuk ke dalam kedai pinggiran yang di tempati oleh hoshi. Lalu meraih dengan kasar wanita yang ada di dihadapan hoshi. Namja yang ada disana terkejut dengan kedatangan sunbaenya. Suga melepaskan tangan hoshi dari tangan wanita yang masih terlelap dalam tidurnya “Aku tidak suka kau ikut campur.” Pandangannya tajam menujuh arah hoshi. “Dia berhak bahaisa bukan denganmu.” Hoshi mulai berdiri menantang. “Ini bukan urusanmu, dia bahagia atau tidak. Dia adalah wanitaku.”
“Kau mencampakannya bertahun-tahun yang lalu. Sekarang dia sangat menyedihkan! Kau tidak lihat ?” Hoshi menunjuk kearah wanita yang sama. Suga mendorong tubuh hoshi. “Aku tidak pernah mencampakaknya. Jadi berhentilah bersikap bodoh.” suga mengendong wanita berdarah indonesia yang masih tidak sadarkan diri. Dia mulai melangkah kedepan, sesaat sebelum langkahnya terhenti ketika melihat pria berwarga negara indonesia yang tidak tau sejak kapan dia berdiri tak jauh dari kedai.
“Lama tidak bertemu, Suga~” Ramon menyapa suga dingin. Pandangan hoshi beralih kepada Ramon. “Apa aku harus memanggilmu kakak? Hyung ? kakak ipar ?” bahasa korea Ramon tidak seberapa fasih tetapi masih bisa dipahami. Ramon melangkah mendekati Suga dan merebut tubuh kakaknya dari gendongan suga. “Kau ini sudah mempunyai anak tetapi tetap saja bodoh.” gerutuhnya sambil mengendong kakaknya. Kedua namja berwarga negara korea itu masih membeku. “Lanjutkan apa yang ingin kalian katakan.” Ramon memberi pandangan perpisah. “Beri aku waktu.” Suga mencegah kepergian ramon.
“Kakakku, banyak sekali menderita. Satu-satunya yang harus kau lakukan adalah pergi dari kehidupan kakakku.”
“Aku—“
“Aku harus pergi sebelum kakakku membeku.” Ramon memotong ucapan Suga. Semua beku, semua hanya sebauah perandaian jika hal ini ingin lebih baik. “Kau membuat klimaks yang aneh” Hoshi masih berdiri dibelakang Suga. “Baiknya kau belajar akting, jika tidak mau keluar dari agensi.” Suga berbicara tanpa memandang Hoshi dan berlalu. Suga duduk di kedai itu menghelah nafas pilu. “Aku benar-benar ingin kita bersama” decaknya dalam hati. “Ucapan adiknya sangatlah benar, kau harus pergi dan memulai hidupmu yang baru.”
“Kau ini masih muda, apa yang kau tau. Sana pergi bermain dan berkarir. Kau ini seperti orang tua saja.” Suga berjalan meninggalkan Hoshi. “Oh iya” suga berbalik, “Jangan pernah menciumnya lagi, aku akan membunuhmu. Kau tau.” Melanjutkan perjalannanya lagi. Hoshi hanya diam tak menanggapinya