“Ayo pergi ke jeju? aku punnya teman baik berna aseungkwang disana, kau tidak ingin ikut?” kau memandangi seorang pria yan sedang duduk disebelahmu dengan riangnya, belakangan pria itu terlihat lebih kurus daripada sebelumnya yang begitu rapi dengan tatanan yang mempesona bak model. Kau melihat sebuah tiket kapal yang dia sodorkan, dan melihat sebuah noda di tangannya. Sepertinya dia habis terjadtuh dari suatu tempat. Kau mengambil tissue basa dari tasmu. Lalu menarik tangan pria itu dengan lembut mengelap kotoran ditangannya. Pria itu terkejut dengan perhatian yang kau berikan, mata sipitnya yang kecil, sedikit terbuka. Kau mnegelap tanpa bicara. “Apa yang kau lakukan belakangan ini kau semakin kurus dan juga tidaklah rapi? Apa kuliahmu sangatlah sulit juga pemotretanmu sangatlah sulit?”
“Aniya.” Hoshi tersenyum,”Aku pun juga ingin kau perhatikan layaknya ayah leo.” Hoshi tersenyum memaksa, hatinya sangat perih ketika mengingat berkali-kali dia melihat orang yang dia cintai bercumbu dengan pria lain. “Mianhae, aku tak bisa memposisikan diriku.” Ucapmu kecil.
“Mianhae, aku masih anak-anak yang harus pergi kuliah dan menghidupi diriku sendiri.” Ucapan hoshi memebuatmu tercengang, juga mampu mewakili segala upaya Hoshi menyembunyikan betapa sulitnya dia selama berada disismu, pria mana yang ingin orang yang di cintainya bersama dengan pria lain. Sangatlah sulit bagi Hoshi melihatmu bersama dengan pria yang tidak dia suka, bahkan melakukan hal yang tidak sewajarnya. Kau mengelah nafas kasar. “Soonyoung-ah, apa ini semua menyakitimu?” Kau meletakkan tangan hoshi di pahanya. “Aniya.”
“Mari kita makan, aku ingin memberikanmu makanan yang enak.”
“Chinca yo ?”
“guere,”
Kau berjalan bersam dengan hoshi menuju sebuah restoran , masakan kora. Bersama dengan menu-menu yang hangat dan khas musim gugur. “Kau , apa kau mau kepiting? Lopster?”
“Terserah kau saja yang penting kau juga harus makan.”
“Belakangan kau sangatlah sibuk, apa yang kau lakukan ?”
“aku sendang berjalan-jalan mencari suasana baru untuk bekerja part time.”
“Bukan kah kau sudah menjadi model dan digaji 30.00 won perjam, apa masih kurang.”
“Aku ingin pengalaman lain, sehingga lebih siap menjadi seorang koreografer hebat.”
“OMO, apa sekarang kau bercita-cita menjadi seorang koreografer?”
“Aniya, belakangan aku membantu sebuah sekolah seni dan juga membantu perusahaan untuk mengajarkan tarian dance.”
“Woahh, aku memang sangatlah berbakat dengan dunia entertaiment.”
Pembicaraa itu berlarut, hingga malam hari. Sesaat kau mulai melupakan tentang suga yang meninggalakan jauh dirimu lagi. Hoshi bagaikan angin segar yang selalu ada setiap harinya, dan dia juga bagaikan orang yang mau kau sandar jika memerlukan bantuan. Tetapi tetap saja tidak akan semudah itu mengembalikan hatinya dari Suga, entah itu adalah asumsinya sendiri atau memang kau merasakan hal itu. Tetapi sesakli ketika melihat anak ini kau merasa senang.
“Aigoo, apa dia seorang warga negara asing? Yaampun lihat dia hitam sekali warna kulitnya benar-benar kecoklatan bahkan aku bisa melihatnya dari dekat.”
“apa dia tidak memakai sunblock ketika berada dimana mana, lihat sepertinya kulitnya terbakar tidak lembut seperti wanita-wanita lain.”
“Bagaimana mungkin pria disebelah sana berkencan dengan wanita seperti itu?”
Mereka berbisik disebelah bangku yang kau duduki, wanita korea, rasism memangs sering terjadi terutama wajahmu tidaklah sesuai dengan standart yang mereka inginkan. Terlebih kau sedikit gendut yaa hanya sedikit, kerena melahirkan.segerumbulan wanita itu sangatlah cantik dan juga memilikbarang barang mewah. Mata hoshi tertuju kepada mereka yang masih saja berbicara tentang dirimu semenatar akau hanya tertunduk diam.
“Tidak mungkin , kalau dilihat dari tubuhnya sepertinya dia adalah wanita yang memiliki anak.”
“Aku pernah dengar, jika kita memiliki anak maka akan banyak bagian kulit kita yang sedikit berubah dan keriput.”
Hoshi, menutup kedua telingamu. Membuat pandanganmu tertuju kepadanya, sekali lagi dia membuat jantungmu berdegup dengan kencang. Sebelumnya dia melakukan hal ini juga ketika banyak orang yang membicarakan tentang Suga dan Yulhee, sekarang dia melakukan hal ini juga. “Untuk saat ini hanya ini yang bisa aku lakukan kepadamu.” Kau mendengara ucapan hoshi samar yang terdengar dari cara dia berbicara. Sepertinya suasana direstoran itu sangatlah tidak mendukung. “Brakkk.” Seorang pria mabuk menenggor mejamuu dan hoshi. “Ya! Kalian tidak bisa duduk dengan benar. Meja kalian menghalangi jalanku kau tau.”
“Maafkan, tapi kami memang berada disini dari tadi.” Hoshi menjawab pertanyaan pria mabuk itu. Sepertinya hal itu adalah sebuah kesalahan besar. “Ya! Anak kecil! Apa kau tidak lihat jika kau salah ? meja ini harusnya bergeser sedikit.”
“Aniya, gwencana. Ne, maafkan kami.” Kau menanggapi, sebenarnya kau tidak ingin ikut campur dengan urusan itu dan lebih baik untuk mengalah ketimbang memperpanjang maslah. Pria itu memandangimu dengan sinis. “Ya! Kau bukan orang negara ini ya, logatmu benar-benar aneh. Bahkan kau tidak pantas memakai bahasa kami.” Lanjut pria itu semakin ngawur dan ngelantur. “Itu bukan urusanmu.” Lanjut hoshi. “Anak-anak jaman sekarnag suka sekali berkencan dengan wanita-wanita yang beruang. Kau sangatlah beruntung karena dia warganegara asing dan pasti punya banyak uang.”
“Aniya, aku tidak melakukan hal ini untuk uang. Aku hanya menyukainya.” Melirikmu yang sedang menyimak. Tanpa sengaja Hoshi menyatakan hal yang seharusnya dia ucapkan dari dulu. Kau hanya bisa diam dan masih binggung dengan semua hal ini. Pria itu tertawa terbahak-bahak. “Ya!” mengangkat kaos hoshi. “Kau berani berbicara cinta denganku, istriku mencampakanku karena aku tidak memiliki uang. Dan suka berjudi padahal aku melakukan hal ini karena aku mencintainya.”
Hoshi melepaskan cengkaraman tangan pria itu, “Kau pantas mendapatkannya, kau boleh menhinaku tapi tidak dengan wanita ini.” Kau mencoba meraih tubuh Hoshi yang sudah siap mengepalkan tangannya setiap saat menghantam pria yang berdiri 5 senti lebih tinggi darinya. Kau berdiri, “Soonyoung-ah, sudah jangan begitu.” Tetapi pria itu sepertinya tidak ingin mengampuni Hoshi. Jadi kau menarik tubuh Hoshi dan menyuruhnya untuk lari. Hoshi menarik tanganmu mengajakmu lari bersama. Tetapi pria itu juga mengerjarnya. Kau berlari menujuh lorong-lorong perkampungan, lalu kau kan Hoshi bersembunyi dibalik sebuah pagar Rumah seseorang. Pagar rumah itu sangatlah sempit. Jadi kau dan Hoshi harus berdempetan. Untuk bersembunyi. Pria itu berhenti didekat temaptmu bersembunyi dan hoshi. Nafasmu dan nafas hoshi tertengah-engah karena harus berlari dengan cepat dan bersembunyi. Sesaat, setelah pria itu mencari-cari namun tidak ada hasil kau dan Hoshi bisa bernafas dengan legah. “Finally.” Ucapmu legah. Kau memukul dada Hoshi pelan. “Lain kali jangan berlaga seperti itu.” Kau kesal dengan hoshi yang menambah-nambah maslah. “Aku hanya tidak suka, aku tidak suka ada orang yang berkata demikian kepadamu.” Hoshi meengucapkan hal itu dengan lembut sembari menatap matamu dengan dalam. Kau pun berbalas memandanginya. Lama, baru kau sadar jika kau terpana dengan wajah Hoshi. Kau keluar terlebih dahulu dari tempat persembunyianmu. Berlaga bahwa semua tidak pernah ternjadi. Lalu disusul dengan hoshi.
”Lalu bagaimana? Aku bisa bersama denganmu?” Hoshi melangkah dibelakangmu. Kau sedang berada didepannya, berusaha untuk tidak mendengarkan ucapan Hoshi. Laki-laki itu berlari kecil berjalan disampingmu. “Mari mencari makanan yang lain, tadi aku belum selesai makan.” Berusaha mengalihkan pembicaraanmu yang semakin lam-samkin kaku bersama dengan Hoshi. “Bagaimana kalau makanan yang ringan sundae?”
“makanan apa itu ?” tanyamu.
“Kau tidak pernah mamakannya?”
“Aku saja sudah mulai lupa bahasa korea yang baik dan benar.”
“Kajja, akan aku ajak membeli sundae yang enak.” Hoshi menggandeng tanganu untuk pertama kalianya. “Aku sering pergi memakan sundae dengan mingyu, Dk dan juga woozi. Mereka sangatlah suka dengan makanan ini.”
“Apa itu semacam tteopokki ?”
“Ne, machayo! Kua sangat benar.”
“Apa kau suka makan ramen? Aku punya banyak rekomendasi makanan murah porsi besar yang enak disekitar seoul.”
“Mwo? Aku ini lahir dan besar di negara ini, aku baru tau jika juga sangat tertarik dengan korea.”
“Hey, aku akan tinggal disni cukup lama, bukankah lebih baik jika aku mengetahu apa yang aku makan dan jarang-jarang aku makan dengan enak dinegara orang.”
Kala itu, kau berjalan bersama dengannya sembari berbicara hal-hal yang menyenangkan, tidak tentang suga juga tidak tentang hubunganmu dengan Hoshi. Kau hanya berjalan dengannya, memakan makanan yang kau suka dan dia suka.
Sementara, kau menikmati apa yang sedang kau bincangkan dengan Hoshi sambil berjalan bersama. Dua mata yang selalu mengikutimu kemana-mana. Dua mata yang menatap tajam kearahmu dan hoshi. Mata Kim minsuk yang selalu memastikan kemana kau berada.
“Aku rasa ini, semakin menarik. Bak , di skenario oleh tuhan. Untuk menguntungkan perusahaanku.”
Belakangan Kim minsuk mulai meraih untung dari tulisannya di website, semenjak kedatanganmu. Kim minsuk juga sengaja mensetting wanita-wanita dan juga pria yang mengerjarmu ketika berada dibar. Tujuannya adalah... Min suk membuka sebuah gambar yang ada di headphonenya. “Memastikan apa yang aku dapta dari file lama tidaklah pernah salah.” Dia melihat gambar pasangan virtual yang kala itu sangatlah bahagia bersama. Suga menapat wanita itu dengan senang dan penuh kasih sayang.
Min suk mengikutimu dan Hoshi. Lalu, memotret dari sudut yang dia bisa dapatkan. Setelah puas dia kembali ke tempatnya, dimana dia bisa menulis tentang berita. Dia duduk dengan sebotol soju, laptop yang ada didepannya. Kabel-kabel kamera yang ada disampingnya. Dia tancapkan ke laptopnya, lalu dia mulai menulis dan mempadu padannkan dengan video virtual married yang dia dapat dari web yang sangat amat lah jauh atau dari seseorang yang tergila-gila dengan suga.
***
“Aish, kenapa telponnya tidak diangkat-angkat. Dasarwanita ini dia pikir dia masih berusia 20 tahunan?” Seorang pria memakai jaket tebal. Musim dingin mulai tiba di korea, diatidak melupaan tentang syal dan juga jaket mantel berbulu yang melekat kepada dirinya. Sedari tadi dia sudah menunggu kedatangan kakaknya yang berkata jika dia akan datang menjemput. Tetapi dia sudah menunggu selama satujam dan wanita yang menjanjikannya untuk menjemput tidak kunjung datang. “Bahkan americano coffeku sudah dingin.” Omelnya pada segelas cup yang dia pegang dengan nama “Ramon” diatasnya.
“Kau butuh tumpangan ?” ucap seoang paman yangberdada didalam mobil mewah. “Ne?” tanya Ramon balik. “Aku ayah soonyoung, Hoshi.”
“Kau mengenaliku?” tanya Ramon memastikan. Sebelumnya ramon hanya bertemu dengan Hoshi secara tatap muka iasa tidak membahas tentang keluarga atau apapun. Di korea ini dia hanya berbicaradengan kakaknya, suga dan juga teman kerjanya itupun kebanyakan mereka bukan orang asli korea. Ramon mengernyitkan dahinya, berfikir sejnak. Yasudahlah, di amsuk kedalam mobil yang pemanasnya cukup membuatnya puas. Menaruh kopernya di bagasi dan duduk di samping pria setangah abad yang beradda disampingnya.
“Annyeonghaseeo.” Ramon sedikit menunduk, memberisalam. Pria itu berbalas memberi salam pada Ramon”Kamshahabnida, karena sudah memberiku tumpangan.”
“Sama-sama tidak perlu sungkan.” Pria itu tertawa renyah. “ Kau bilang, anda adalah ayah Hoshi? Kenapa tidak pernah nampak dalam rumah. Aku sering melewati rumah Hoshi dan sepertiya kau tidak ada disana?”
“Aku tinggal di amerika,Hoshi tinggal disini.” Jawab pria paruh baya itu dengan lembut sembari menyetir mobilnya. Ramon membentuk mulutnya seperti huruf O yang menyatakan jika dia mengerti. “Bagaimana denganmu?” tanya balik ayah Hoshi. “Aku tinggal di australia”
Selang beberapa lama mereka tiba-tiba datagkesebuah gedung Bighit Entertaiment. Mata ramon membelalak, kenapa dia ada disini? Apakah ada yang terjadi kepada kakaknya.hatinya mulai gusar melihat pria paruh baya yang sedang duduk disampingnya melepas sabuk pengamannya. Jangan-jangan dia ? Ramon tidak berani melihat pria itu lagi. “Itu anaku.” Pria itu menunjuk seorang pria bertubuh raming yang berjalan menujuh gedung Bighit. “Sekarang anakku bekerja menjadi pembantu koreografer disana, sepertinya juga itu karena kakakmu.” Ramon sontak melirik pria itu lagi. Trkejut dengan apa yang dia dengar.
“Jika seorangpria sedang serius kepadamu makan, orang itu akan berusaha menjadi seperti apapun. Untuk memenuhi kebutuhanmu.” Ramon duduk di depan mu dengan tanggan dilipat dan tatapan sangatlah marah membuka pembicaraan yang cukup sulit bagi otakmu. “Jika kau tidak mau bersama dengan Hoshi untuk apa bermain-main dengannya?kau ini sudah dewasa kak! Dia masih muda dan punya masa depan yang panjang!” lanjut Ramon.”Tinggalkan negara ini maka semua akan beres.” Tmbahnya. “Baiklah, mari kita pulang.” jawabmu