home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Jika Kamu Tau

Jika Kamu Tau

Share:
Author : Maisaveron
Published : 14 Feb 2016, Updated : 20 Jul 2019
Cast : Nam Woohyun, Kim Hanbin, Hoshi, Hyungwon, Seolhyun, Bora, Eunha
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |8553 Views |0 Loves
Jika Kamu Tau
CHAPTER 8 : Pengakuan Yang Menyakitkan (Ep 8)

Udara panas kota Seoul membuat banyak orang lebih memilih untuk berada di ruangan ber-ac. Berbeda dengan gadis ini, ia berlari sekuat yang ia bisa. Menanbrak banyak orang yang menhalangi jalannya, ia ingin menghampiri seseorang yang membuat hari ini menjadi sebuah bencana untuk dirinya. Dengan surat kabar yang ia pegang di tanganya, ia merasa seketika menbenci lelaki itu. Gadis itu menaiki lift yang mengantarkanya ke lantai 22 apartemen. Dengan nafas yang tersengal-sengal, dan air mata yang bercucuran, ia keluar dari lift ketika lift berhenti di lantai 22. Ia menekan sejumlah angka untuk masuk kedalam apartemen tersebut. Seseorang lelaki keluar dari kamarnya hanya dengan celana pendek, ia tidak memakai baju. Lelaki tersebut berjalan di depan gadis tersebut dengan santainya.

‘Apa yang telah kamu perbuat’ tukas gadis tersebut menarik tangan laki-laki tersebut hingga laki-laki itu membalikan tubuhnya. Laki-laki itu mengemgam kedua lengan gadis itu dengan kuat.

‘Apa salahnya jika aku bilang kalau kamu dan aku berpacara?’ tanyanya.

‘Tentu semuanya jadi salah jika banyak orang yang mengetahui kalau kau dan aku berpacaran. Mengapa kamu tidak menutup mulutmu itu?’ tukas Wooyeon dengan nada tinggi, ia sungguh kesal dengan perbuatan Bo Geum—Pacarnya. Wooyeon menyingkirkan kedua tangan Bo Geum yang mengengam erat lengannya. Bo Geum mendorong tubuh Wooyeon hingga terbentur tembok. Ia menguncangkan kedua bahu Wooyeon.

‘Apa yang salah ketika aku mengakui pada dunia kalau kau pacarku?’ ucap Bo Geum dengan nada tinggi, ia telah kehabisan kesabarannya.

‘Kamu sungguh orang yang egois!’ gumam Wooyeon dengan air mata yang jatuh. Wooyeon mendorong tubuh Bo Geum.

‘Kamu yang tak punya hati’ tukas Bo Geum ketika Wooyeon berjalan menuju dapur. Mendengar perkataan Bo Geum, Wooyeon membalikan tubuhnya, ia menatap tajam laki-laki yang ada di depannya.

‘Kamu bilang aku orang yang tidak punya hati?’ Wooyeon menatap pacarnya dengan mata berkaca – kaca. Entah apa yang kini berkecamuk dalam hatinya.

‘Di mana perasaan kamu ketika kamu jalan dengan teman-teman mu ke bar dan mengoda wanita di sana. Di mana perasaanmu ketika aku datang ke apartemenmu, dan aku menemukan seorang wanita ada disini. Di mana perasaanmu ketika aku menunggumu seharian di Busan, ketika kamu bilang kalau kamu ingin menjemputku? Aku cukup punya hati untuk memaklumkan semua sikapmu. Aku cukup punya perasaan untuk tidak memberi tahu siapapun tentang hubungan kita’ ucap Wooyeon dengan nada tinggi. Segala sesuatu yang telah di pendamnya sekian lama, akhirnya terutarankan hari ini. Wooyeon berjalan menuju pintu keluar namun tanganya di tarik oleh Bo Geum, saat laki-laki itu berusaha untuk memeluk Bo Geum, tangan Wooyeon melayang dengan cepat menampar pipir Bo Geum. Ia juga mengambil segelas air yang ada di meja, Wooyeon menyiram wajah Bo Geum dengan air tersebut dan melempar gelas yang ia pegang secara sembarangan. Menyebabkan gelas yang di lempar tadi pecah.

‘Mari kita putus!’ gumam Wooyeon yang meninggalkan Bo Geum di apartemennya.

 

Entah sudah berapa gelas alkohol yang telah ia habiskan, ia terus minum. Tidak memperdulikan seberapa banyak hari ini ia menangis, tidak memperdulikan juga berapa banyak hari ini ia makan. Ia terus menangis melihat media online yang menyebar luaskan berita dirinya pacaran dengan Bo Geum. Rasanya masih kesal, rasanya masih sakit hati dan rasanya masih ingin memaki dirinya yang mengkonfrimasi pemberitaan ini. Sejak mereka memutuskan untuk menjalankan hubungan bersama, mereka sepakat untuk tidak memberitahu banyak orang jika mereka sedang berkencan. Wooyeon menekan asal ponselnya, ia tak sengaja menelpon seseorang. Beberapa detik terdengar bunyi ‘tut’ pada ponselnya, lalu seseorang yang di telponnya mengangkat telpon.

‘Apa kamu senang penjualan buku ku menurun bulan ini? Aku tidak pernah menangapi rumor hubungan kita karena itu adalah privasi kita! Selama berhari-hari aku menahan rasa rinduku padamu, aku menunggu kamu di rumah. Namun apa yang kamu lakukan? kamu memberikan luka yang amat banyak’ Ucap Wooyeon melantur, ia tidak tau siapa yang ia telpon.

‘Aku menyembunyikan semua rasa kecewaku, rasa kesalku dan rasa sedihku dari semua orang. Mengapa aku sangat menyukaimu kalau ini membuatku sakit hati?’ tukas Wooyeon dengan air mata. Walau sudah meneguk alkohol, namun sakitnya tak bisa hilang. Wooyeon kembali menangis, membuat orang yang mengangkat telponnya menjadi sedih.

Tak lama kemudian seorang laki-laki datang menghampiri Wooyeon. Gadis itu menempelkan kepalanya di atas meja yang berisi penuh dengan botol alkohol. Laki-laki itu mengendong Wooyeon setelah melunasi semua tagihan minuman Wooyeon. Laki-laki itu membawa Wooyeon pulang kerumah dengan berjalan kaki. Bau alkohol yang keluar dari mulut Wooyeon sama sekali tidak di keluhkan oleh laki-laki itu. Ia tetap mengendong Wooyeon pulang ke rumah.

Setelah membuka pagar pintu rumah Wooyeon, laki-laki itu menekan beberapa digit angkat untuk masuk kedalam rumah. Rumah yang memiliki dua lantai itu telihat sangat sempi karena Ayah dan Ibu Wooyeon sedang liburan ke Paris dan Adik Wooyeon kemungkinan besar sudah tidur. Laki-laki itu membawa Wooyeon masuk kedalam kamar. Membaringkan tubuh Wooyeon di atas tempat tidur. Membuka sepatu yang gadis itu pakai dan menyelimuti tubuh Wooyeon dengan selimut.

Laki-laki itu menatap Wooyeon, terdapat bekas air mata mengalir di pipinya dan mata yang sembab karena menangis seharian. Sebagian rambut panjang Wooyeon menutupi wajah Wooyeon. Laki-laki itu mengulurkan tanganya untuk menyingkirkan rambut Wooyeon dari wajahnya. Laki-laki itu keluar dari kamar Wooyeon.

 

Sinar matahari mulai menyelinap menyinari kamar Wooyeon dari balik kain jendela kamarnya. Ia membuka kedua matanya, mengucek kedua matanya dan bangun dari tempat tidur. Ada sesuatu yang aneh yang ia rasakan, bagaimana caranya ia pulang? Bukankah semalam ia mabuk berat? Wooyeon mengikat asal rambutnya, ia memakai kaca mata yang di letakan di atas meja kecil samping tempat tidurnya, lalu membuka kain jendela kamarnya. Udara musim panas hari ini sangatlah hangat.

Noona, Ibu dan Ayah akan kembali hari ini!’ beritahu Woohyun yang membuka pintu kamar Wooyeon. Hanya kepalanya saja yang terlihat dari balik daun pintu kamar Wooyeon.

‘Apa semalam aku pulang sendirian?’ tanya Wooyeon yang membalikan tubuhnya untuk menatap adiknya.

‘Tentunya, memangnya ada laki-laki yang mau mengantar Noona pulang? Aku saja malas menjemput Noona ketika Noona mabuk’ cibir Woohyun yang langsung menutup pintu kamar Wooyeon dan pergi berangkat ke sekolah.

Wooyeon masih terdiam, ia berpikir sejenak. Siapa yang mengantarkannya pulang? Apa mungkin Bo Geum? Itu tidak mungkin. Apa Woohyun? Laki-laki besar omong itu mana mau menjemput Wooyeon yang sedang mabuk. Apa Hyungwon? Itu tidak mungkin. Kemarin lusa ketiga anak laki-laki tetangganya itu telah pamer tiket konser musim panas—kecuali Woohyun. Mana mungkin Hyungwon yang menjemputnya. Wooyeon mengacak-acak rambutnya. Ia frustasi memikirkan siapa yang menjemputnya semalam. Saat pikirannya sudah frustasi, ia menyadari kalau ada beberapa coklat yang tertumpuk di meja kecil dekat kamarnya. Wooyeon mengigit bibir bawahnya dan berjalan menuju tumpukan coklat tersebut. Siapa yang memberinya coklat?

Wooyeon semakin bingung, ia memikirkan siapa yang membawanya pulang kerumah. Tidak mungkin ia pulang dengan taksi, sedangkan semalam saja ia banyak sekali minum. Wooyeon mengambil ponselnya, mengecek panggilan keluar. Ia terkejut ketika melihat nama seseorang tertera di ponselnya. Benarkah laki-laki itu yang mengantarnya semalam?

 

Hoshi mencoba mengatur nafasnya setelah lelah latihan dance dari tadi sore. Ia benar-benar menyiapkan diri untuk masuk ke sekolah dance, karena itu adalah impiannya dari dulu. Ia sangat senang ketika ia menari. Hoshi keringat yang ada di wajahnya dengan handuk kecil. Hoshi mengecek ponselnya, ada beberapa pemberitahuan dari media sosialnya, setelah lelah bermain dengan media sosialnya, Hoshi melihat jam. Hari sudah malam.

‘Oh, kamu masih disini’ ucap Seolhyun yang muncul dari balik pintu. Gadis itu masih memakai seragam sekolah lengkap dengan tas.

‘Aku belum pulang, apa kamu belajar hingga jam segini di perpustakaan?’ tanya Hoshi yang melihat Seolhyun berjalan menghampirinya.

‘Ya, aku benar-benar belajar untuk ujian nanti’ tukas Seolhyun yang duduk di samping Hoshi.

‘Bagaimana dengan latihanmu?’ tanya Seolhyun. Hoshi mengendarkan pandanganya.

‘Hem, Aku rasa aku hanya perlu latihan dan terus belajar. Aku telah bekerja keras, aku hanya perlu percaya diri dengan kemampuanku’ gumam Hoshi dengan senyuman tipis.

‘Bagaimana denganmu?’ tanya Hoshi.

‘Aku? Aku akan sangat suka mengambar sebuah pakaian. Aku berfikir untuk menjadi seorang desainer. Bukan karena itu pekerjaan Ibuku, namun karena dari kecil aku menyukai hal itu’ ucap Seolhyun.

‘Kamu harus membuatkan kami semua pakaian yang bagus’ tukas Hoshi bersemangat.

‘Tentunya, aku akan buatkan kalian pakaian yang bagus untuk malam perpisahan kita nanti’ Janji Seolhyun dengan senyuman. Untuk beberapa saat mereka terdiam, tidak ada topik pembicaraan yang mereka mulai.

‘Aku ingin bercerita’ Hoshi membuka pembicaraan setelah mereka berdua saling terdiam untuk beberapa saat.

‘Kamu ingat musim dingin tahun kemarin? Kamu pindah ke perumahan kami. Walau aku tinggal di Apartemen, tapi aku tahu kepindahanmu. Sejak itu aku merasa kamu adalah orang yang baik. Kamu adalah gadis yang cantik hingga aku mengenalmu sangat dekat. Kami berempat memiliki warna pink di antara warna gelap yang kami miliki. Warna pink itu adalah kamu. Kamu orang yang tak pernah mengerutu ketika ada orang yang mengerjaimu, kamu tidak seperti Woohyun. Kamu juga selalu tertawa saat kami bertengkar, tidak sepeti Hanbin yang hanya diam saja. Kamu masih memperhatikan kami saat kamu sibuk dengan pelajaranmu, tidak seperti Hyungwon. Dan kamu lebih baik dari aku. Kamu tidak pernah sungkan membantu orang’ Seolhyun menelan air liurnya mendengar cerita Hoshi. Ia tak menyangka Hoshi memiliki pandangan lain tentang dirinya.

‘Namun, sejak aku bertemu dengamu, aku sering memikirkanmu. Aku menyukai senyummu, aku menyukai tawamu dan aku menyukai kehadiranmu di antara kita. Aku merasa tidak nyaman ketika aku tidak jujur dengan perasaanku sendiri. Dari kecil keluargaku sudah mengajarkan pada ku untuk jujur dengan perasaanku sendiri. Saat kamu tidak suka, bilanglah tidak suka dengan sopan dan saat kamu menyukai sesuatu, sayangi hal itu dengan sepenuh hati’ tungkas Hoshi. Ia memiliki sebuah perasaan yang sangat lega ketika mengutarakan isi hatinya.

‘Aku tidak tahu harus menjawabnya dengan apa’ ucap Seolhyun polos, membuat Hoshi tertawa.

‘Kamu hanya perlu jadi temanku, itu sudah cukup. Mengutarakan sebuah perasaan bukan berarti kamu dan aku kencan.’ ucap Hoshi. Seolhyun menatap Hoshi lekat-lekat, dalam hitungan ketiga ia memeluk Hoshi. Walau pengakuan ini sangat menyakitkan unt uk hati Seolhyun, namun ia menghargain Hoshi yang sudah cuku berani.

 

 

            Suara tivi mendominasi ruang keluarga rumah keluarga Nam. Sang adik dan kakak sibuk berebut remot tivi hingga Ibu mereka yang tadinya duduk di antara mereka berpindah ke sofa sebelah. Ibu mereka hanya menyandarkan kepalanya ke sofa dan memperhatikan kedua anaknya yang bertengkar, tak jarang Ibu mereka tertawa melihat kedua anaknya yang bertengkar rebutan remot tivi hingga pertengkaran itu berhenti ketika Ayah mereka duduk di antara mereka.

‘Ayah, aku ingin menonton drama’ ucap Wooyeon yang menganti saluran tivi dan meletakan remot di atas meja. Dengan cepat Woohyun mengambil remot tivi dan mengantinya dengan saluran yang lain. Wooyeon yang kesal tak bisa berbuat apa-apa. Hingga akhirnya Ayahnya menganti saluran yang Woohyun tukar menjadi tayangan vearity show. Woohyun berpindah tempat duduk, ia memilih untuk duduk di sofa sebelah bersama Ibunya. Ia menjadikan paha Ibunya sebagai bantal.

‘Tentang gossip yang beredar belakangan ini, apa pendapatmu?’ dalam acara tersebut MC melayangkan pertanyaan kepada Bo Geum. Wooyeon mengigit telunjuknya menonton acara yang sedang di tayangkan di tivi. Ayahnya masih seperti biasa, tenang.

‘Aku rasa aku dan Wooyeon mendapatkan waktu yang sangat sulit akhir-akhir ini.’ Wooyeon dengan hati-hati melirik Ayahnya yang duduk di sampingnya. Kedua mata Wooyeon mulai berkaca.

‘Ia adalah wanita yang sangat baik, aku harap kalian juga mencintai Wooyeon seperti aku mencintainya’ Ucap Bo Geum yang menatap ke kamera dengan senyum tipis.

‘Jika kamu benar-benar mengenal Noona, kamu akan tau kalau ia adalah Ratu kejahatan’ cibir Woohyun, namun ketika Woohyun mencibir Wooyeon, ia mendengar suara isak tangis. Woohyun memalingkan wajahnya, melihat Wooyeon yang sedang menangis. Wajahnya di tutup oleh tanganya.

‘Aku minta maaf, aku sungguh minta maaf’ gumam Wooyeon dengan isak tangisnya.

‘Ayah, Ibu, Aku minta maaf’ ucap Wooyeon dengan isak yang semakin keras. Ia tak dapat membendung semuanya. Selama ini Wooyeon telah berusaha untuk baik-baik saja. Wooyeon telah berusaha untuk menutupi semua sakit hatinya. Tangan Ayahnya membawa Wooyeon pada sebuah pelukan hangat. Woohyun pun pindah ke sofa sebelah, ia memeluk Ayahnya.

‘Ayah, aku juga minta maaf’ ucap Woohyun lirih.

‘Maafkan aku Ayah, kami telah berpisah. Maaf jika aku tidak mendengarkan apa katamu. Maafkan aku Ayah’ tangisnya Wooyeon semakin besar hingga membuat Ibunya juga menangis.

‘Tolong hukum aku jika aku sangat menyakiti dan membuatmu kecewa’ pinta Wooyeon.

‘Tidak ada hukuman yang pantas untukmu, Aku hanya minta agar kamu tidak mengulanginya lagi’ ucap Ayahnya.

            Dari kecil, Apa mereka telah menekankan kalau kedua anaknya boleh berteman dengan siapapun—kedua anaknya boleh berteman dengan artis dan anak pejabat tapi tidak untuk berpacaran. Sejak pertama kali Wooyeon berpacaran dengan Bo Geum, ia hanya minta satu dari Bo Geum—tidak mempublikasikan hubungan mereka. Saat Bo Geum mengatakan pada media tentang hubunganya dengan Wooyeon, hal pertama yang Wooyeon pikirkan adalah perasaan kecewa Ayahnya.

‘Semoga Ayah menyukai lagu yang aku buat untukmu’ gumam Woohyun ketika isak tangis Wooyeon mereda.

‘Ayah telah mendengarnya, kamu memang yang terbaik’ puji Ayah nya mandang Woohyun dengan senyuman yang hangat.

‘Aku minta maaf jika aku menciderai kaki ku, aku minta maaf jika aku belum bisa menjadi anak yang kamu inginkan’ ucap Woohyun dengan lirih.

‘Kalian adalah anak kebanggan kami’ Tukas Eomma yang mengulurkan tanganya untuk memeluk Woohyun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK