Hari ini adalah dimana semua orang berbondong-bondong datang ke lapangan sepak bola hanya untuk melihat Woohyun beramain bola. Berkat Youtube Channel, twitter dan beberapa media sosial lainnya, hari ini banyak sekali yang mendukungnya. Beberapa wartawan sibuk memfoto kalangan artis yang datang demi menonton pertandingan Woohyun. Pertandingan ini adalah penentu Woohyun untuk masuk ke sekolah sepak bola.
Wasit meniupkan pluitnya, menandakan kalau pertandingan siang ini sudah mulai. Spotter mulai bersorak-sorak memberikan semangat kepada pemain yang sedang bermain. Woohyun sibuk mengiring bola menuju gawang lawan, tak jarang bolanya di rebut oleh pemain lawan. Di menit kelima permain baru di mulai, Woohyun telah mencetak angka untuk timnya. Sepuluh menit kemudian Woohyun pun mencetak angka kembali untuk timnya, namun di detik-detik babak pertama berakhir tim lawan berhasil mencetak gol. Membuat permainan ini menjadi lebih memanas.
Setelah istirahat beberapa menit, pertandingan di lanjutkan. Kini Woohyun kembali merebut bola yang ada di tim lawan dan membawanya menuju gawang tim lawan. Woohyun menendang bola terdebut dari jarak yang cukup jauh dan di bantu oleh sundulan temannya, membuat bola berhasil masuk kedalam tim lawan. Namun saat Woohyun kembali berlari dan merebut bola dari lawannya, kakinya tersandung oleh kaki lawan hingga membuatnya jatuh tersungkur di lapangan hijau. Woohyun mengengam perutnya yang sakit. Tim kesehatan langsung berlari membawa tandu kelapangan. Woohyun di larikan kerumah sakit saat itu juga.
‘Eomma, Aku kerumah sakit dulu’ pamit Hanbin yang memberikan Hanbyul ke pelukan Ibunya. Hoshi, Seolhyun, Hyunwon dan Hanbin mengejar Wooyeon yang sudah lari ke parkiran.
‘Jika kalian ingin ikut, ayo cepat larinya’ ucap Wooyeon yang menengok kebelakang ketika membuka pintu mobilnya.
‘Eonnie tunggu, aku tidak bisa berlari’ keluh Seolhyun yang merasa kelehan.
Setelah memastikan semuanya lengkap, Wooyeon menginjak pedal gas dan melaju ke rumah sakit tempat Woohyun di larikan.
‘Anak ceroboh, bagaimana bisa ia terjatuh saat pertandingan?’ gerutu Wooyeon.
‘Untung saja Bora Noona tidak nonton’ tukas Hyungwon.
‘Aku hanya berharap dia baik-baik saja’ tungkas Seolhyun yang menghawatirkan Woohyun.
‘Aku hanya berharap semua pemain yang ada di lapangan kini bisa memenangkan pertandingan’ Tukas Hoshi yang menatap kaca jendela mobil Wooyeon.
Setelah mobil sampai di rumah sakit, mereka semua keluar dari mobil dan berlari menuju ruang IGD. Namun yang mereka temui hanyalah pelatih.
‘Mari kita menunggu di depan ruang operasi’ tungkas pelatih Woohyun yang membuat semuanya terkejut.
‘Katakan kalau adikku tidak apa-apa, Ahjussi’ ucap Wooyeon dengan nada tinggi. Pelatihnya hanya bisa menundukkan kepala.
‘Ahjussi..’ teriak Wooyeon.
‘Noona!’ Hyungwon mengulurkan tanganya untuk memeluk Wooyeon. Yang di peluk hanya memukul tubuh tinggi Hyungwon. Wooyeon menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Hyungwon.
‘Ayo kita tunggu di depan ruang operasi’ tungkas Hyungwon yang melepaskan pelukannya. Ia menuntun Wooyeon ke depan ruang operasi dan yang lainnya hanya mengikuti dari belakang.
₪
Di bangku panjang, Ayah Woohyun menunggu dengan cemas, ia duduk di samping pelatih Woohyun. Wooyeon yang dari tadi menangis kini sudah berhenti dan menyandarkan kepalanya ke Seolhyun yang duduk di sampingnya, sedangkan Hyungwon, Hoshi dan Hanbin duduk di bangku yang berbeda. Mereka hanya terdiam. Ini pertama kalianya mereka duduk bertiga dan terdiam untuk waktu yang sangat amat lama.
‘Apa dia baik-baik saja?’ tanya Hoshi.
‘Aku rindu semua omong kosongnya’ tukas Hanbin yang mengingat semua omongan Woohyun.
‘Ayahku akan mengoperasinya secara baik’ ucap Hyungwon.
‘Apa kamu telah menghubungi Bora Noona?’ tanya Hanbin kepada Hyungwon.
‘Ia sedang konser hari ini di Amerika dan besok baru pulang ke Korea. Jika aku beri tahunya sekarang, mungkin ia tidak akan dapat fokus kepada konsernya’ tukas Hyungwon.
‘Ayahmu sudah keluar dari ruang operasi’ ucap Hoshi yang melihat Ayah Hyungwon keluar dari ruang operasi. Mereka semua langsung menghapiri Ayah Hyungwon dan menunggu informasi paska operasi Woohyun.
‘Ahjussi, katakan kalau Woo-na baik-baik saja’ tukas Wooyeon dengan matanya yang sembab.
‘Iya, ia baik-baik saja. Sebentar lagi ia akan di pindahkan ke rawat inap. Aku harus bicara dengan Ayah mu dan Pelatih’ ucap Ayah Hyungwon yang mengajak Ayah Wooyeon dan pelatih masuk ke dalam ruangannya.
Tubuh Wooyeon kembali melemah, ia nyaris saja terjatuh jika tangan Hyungwon dengan sigap merangkul bahu Wooyeon.
‘Apa Noona tahu mengapa aku sangat kagun dengan Noona?’ tanya Hyungwon, yang di tanya hanya terdiam.
‘Selain Ibuku, aku melihat Noona adalah sosok yang sangat kuat. Noona pernah menangis sekali ketika Ibu Noona pergi terbang untuk tugas pramugarinya. Saat itu adalah dimana besok Noona ulang tahun. Tapi Noona bilang kalau hari ini Noona akan menangis sepuas hati Noona tapi tidak untuk besok. Sekarang Noona boleh menangis sepuas Noona dan marah sepuas Noona. Tapi tidak begitu Woohyun siuman. Noona harus menghiburnya’ tungkas Hyungwon yang mengusap bahu Wooyeon. Ucapannya barusan membuat seseorang yang berdiri di sampingnya merasakan sesuatu. Seseorang itu terasa menemukan sesuatu yang tak pernah ia temukan di diri orang lain. Seseorang itu berjalan untuk memeluk Wooyeon. Hyungwon, Hoshi dan Hanbin juga ikut memeluk Wooyeon.
₪
Satu persatu kalangan artis datang untuk menjenguk Woohyun, namun yang di jenguk belum juga siuman. Tubuh Woohyun tergolek lemah dengan kaki kanannya di gips. Ke empat sahabatnya masih setia menunggu Woohyun seiuman, begitu juga dengan Wooyeon. Sedangkan Ayah Woohyun dan pelatih sedang mengadakan jumpa pers untuk merilis berita terbaru tentang kesehatan Woohyun.
‘Anak bodoh, sudah tahu usus dan lambungnya lemah. Kenapa ia terus makan mie dan makan makanan yang banyak mengandung minyak’ tukas Hanbin dengan kesal saat melihat Woohyun di atas ranjang rumah sakit.
‘Ia memaksakan dirinya untuk terus berlatih sampai lupa kalau kakinya itu juga bisa cidera’ tungkas Hoshi yang menatap Woohyun.
‘Aku berjanji akan memasakannya makanan yang sehat ketika ia siuman nanti’ tungkas Seolhyun yang menghela nafas.
‘Aku berjanji pula akan mengirimkannya banyak catatan ku, agar dia tetap menjadi ranking dua di kelas’ tukas Hyungwon yang menatap Woohyun.
‘Tolong izinkan aku sekali saja untuk menempati peringkat dua’ ucap Hanbin yang di sambut oleh tatapan datar teman-temannya.
Mereka berempat duduk di sofa panjang depan tempat tidur Woohyun. Mereka tak berhenti menatap Woohyun yang dari tadi belum siuman.
‘Berhenti menatapku seperti itu’ ucap Woohyun dengan suara lemah.
‘Anak gila, sakit saja bisa mengerutu’ tukas Hanbin ketika bangun dan berjalan menuju tempat tidur Woohyun. Semua yang ada di ruangan tersebut ikut mengerubungi Woohyun.
‘Aku merasakan banyak cinta dari kalian’ tukas Woohyun dengan percaya diri, hingga membuat teman-temannya membubarkan diri.
‘Apa kamu tidak apa-apa?’ tanya Wooyeon.
‘Aku baik-baik saja, Noona. Apakah Ibu sudah pulang?’ tanya Woohyun.
‘Malam ini ia akan sampai di Korea’ ucap Wooyeon.
‘Ah, aku rindu Ibu’ tukas Woohyun. Saat Woohyun baru siuman, Ayah Hyungwon datang untuk memeriksa keadaan Woohyun.
‘Ahjussi, aku boleh meminta sesuatu?’ tanya Woohyun.
‘Tentu, untuk seorang pemain sepak bola yang hebat, kamu boleh minta apapun’ ucap Ayah Hyungwon yang sedikit membungkukan tubuhnya.
‘Ayahku sedang dalam persiapan album Rookie yang akan debut, tentu akan menjadi beban yang sangat berat jika aku di rawat di rumah sakit. Ibuku juga sedang dinas terbang ke Eropa, menyelesaikan penerbangan terakhirnya sebelum ia berhenti menjadi pramugari’ tukas Woohyun.
‘Lalu apa yang kamu minta?’ tanya Ayah Hyungwon.
‘Aku ingin di rawat di kantor Ayah, hingga ia bisa bekerja tanpa rasa khawatir’ ucap Woohyun dengan senyuman.
‘Kenapa tidak di rumah?’ tanya Ayah Hyungwon.
‘Apa Ahjussi lupa? Aku bisa mati jika hanya di rawat oleh Noona’ tungkas Woohyun yang tak pernah lupa bagaimana Wooyeon lupa memberinya makan dan obat saat Woohyun menderita typus beberapa tahun yang lalu.
‘Aku akan diskusikan ini dengan Ayahmu’ tukas Ayah Hyungwon.
‘Sakit saja, permintaanmu masih banyak sekali’ celetuk Hoshi.
‘Aku mau pulang dulu’ Tukas Hanbin yang berdiri dan membalikan badannya.
‘Aku mau latihan dance’ tukas Hoshi yang juga berdiri.
‘Aku mau les’ pamit Hyungwon.
‘Aku harus pulang, nanti malam aku akan bawakan makanan untukmu’ ucap Seolhyun dengan senyuman.
‘Ya! Kenapa kalian tidak disini sebentar lagi?’ tanya Woohyun.
‘Tidak usah seperti anak kecil, kamu punya Wooyeon Noona yang menjagamu’ tukas Hanbin yang keluar dari ruang inap Woohyun, ketiga temannya mengikuti langkah Hanbin.
₪
Cahaya ponsel Woohyun membuat matanya lelah. Ia merasa bosan terus membaca mention pada twitternya dan comment pada instagramnya. Ia meletakan ponselnya di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Woohyun bangun dari tempat tidurnya dan mengambil tongkat untuk membantunya berjalan. Tangan kanannya mengapit tongkat dan tangan kirinya mengawa cairan infusan. Ia berjalan menuju meja Ayah nya.
Hal yang paling Woohyun suka adalah melihat Ayah nya sibuk membuat sebuah lagu, mengecek tiap nada di lagunya mengunakan piano atau computer. Woohyun selalu menyukai raut wajah Ayah nya saat Ayah nya membuat sebuah lagu yang pastinya akan booming.Woohyun duduk di sofa dekat meja kerja Ayah nya. Ibu nya dan Wooyeon telah pulang kerumah sejam yang lalu, kini Woohyun dapat memastikan kalau ia memiliki waktu yang banyak bersama Ayah nya.
‘ Ayah..’ panggil Woohyun.
‘Hmmmmmm..’ sahut Ayahnya yang sedang fokus dengan computer yang ada di hadapannya. Woohyun mengulas sebuah senyum melihat Ayah nya yang tengah bekerja.
‘Hal yang paling aku banggakan di dunia ini adalah saat aku terlahir dari rahim Ibu dan di besarkan oleh Ayah. Jika seluruh orang di Negara ini, tidak’ ralat Woohyun, ia terdiam sejenak. ‘Jika semua orang di dunia ini suka dengan lagu ciptaanmu, aku tetap menyukai pencipta lagu tersebut. Kamu adalah orang pertama yang aku sebut namanya jika aku mengalami kesulitan dan kamu tetap diam melihat tingkahku,’ tukas Woohyun dengan senyuman, ia mengenang masa kecilnya bersama Ayah nya.
‘Ketika orang bertanya ‘siapa nama Ayah mu?’ dengan bangga aku akan menyebut namamu. Aku juga merasa bangga ketika orang bertemu di jalan dan mengenaliku sebagai anakmu, bukan sebagai pemain sepak bola junior , bukan sebagai adik dari Nam Woo Yeon ataupun member Honey. Setiap harinya aku berharap Ayah juga bangga memilik anak sepertiku. Nam Woo Hyun si mulut besar, Nam Woo Hyun si ranking dua, Nam Woo hyun si pemain sepak bola remaja’ tukas Woohyun. Walau bibirnya mengulas sebuah senyuman, namun matanya berkaca-kaca.
‘Sebelum aku tidur. Aku ingin minta maaf kepadamu. Hari ini aku telah membuat mu khawatir. Hari ini pula aku telah sakit,dan hingga hari ini pula aku belum bisa menwujudkan keinginan mu agar aku jadi musisi. Tolong berikan aku waktu untuk menwujudkan mimpiku, sebentar saja. Hingga aku tak lagi cemerlang di dunia sepak bola, hingga aku pensiun di dunia sepak bola (usia 30 tahun biasanya) aku akan berikan seluruh sisa waktuku untuk musik’ ucap Woohyun yang lalu berdiri mengunakan tongkatnya.
‘Walau aku ingin menjadi pemain sepak bola, tapi 24 jam dariku tetap milikmu. Dan aku tahu terkadang 1 detik mu tak ada untukku saat kamu sibuk bekerja, namun itu taka pa. aku tetap mendukungmu, tetap mencintaimu’ tukas Woohyun yang lalu berjalan menuju ranjangnya.
‘Ayah, selamat malam. aku mencintaimu’ ucap Woohyun. Ayah nya hanya terdiam selama Woohyun berbicara. Ia tak menyangka kalau anaknya sudah besar, kalau anaknya mampu mengungkapkan apa yang ia rasakan.
₪
Bora membuka pintu ruang kerja Appa WooHyun dengan hati-hati. Pemilik ruangan ini sedang pulang kerumahnya untuk mengambil beberapa keperluan Woohyun selama di rawat di ruang kerjanya. Sedangkan Woohyun sedang terlelap tidur di atas ranjangnya. Bora menutup pintu ruanganya tersebut dengan hati-hati agar Woohyun tidak terbangun dari tidurnya. Ada perasaan sakit ketika melihat Woohyun tertelap tidur dengan kondisi yang sangat tidak mengenakan.
‘Harusnya kamu mengatakan kepada pelatihmu kalau kakimu sakit. Kenapa kamu memaksakan diri?’ tukas Bora yang duduk di samping ranjang Woohyun.
‘Aku memberikanmu uang agar kamu membeli makanan yang sehat bersama dengan Honey, bukan membeli makanan yang banyak mengandung minyak’ tukas Bora.
Woohyun membuka kedua matanya saat mendengar Bora berbicara, ia tersenyum melihat Bora sedang duduk di sampingnya. Gadis itu tidak memakai make up yang tebal, membuatnya terlihat cantik. Bora menepuk-nempuk lembut tangan Woohyun dan tersenyum memandang Woohyun.
‘Jangan melihatku seperti itu, aku bisa jatuh hati kepada Noona’ tukas Woohyun dengan canda.
‘Jika kamu tahu, aku hampir menangis mengetahui kamu cidera dalam pertandingan kemarin’ tukas Bora yang menantap Woohyun dengan kesal.
‘Gomawo Noona’ tukas Woohyun dengan senyuman tipis.
‘Kamu harus cepat sembuh’ Bora mengeluarkan spidol dari dalam tasnya dan memberikan tanda tangan pada gips kaki Woohyun.
‘Kakiku bukan buku’ gerutu Woohyun.
‘Berhenti untuk terus ngedumel’ ucap Bora dengan kacak pingang.
‘Lebih baik Noona carikan aku kertas, pensil dan susu coklat. Itu bayaran karena Noona tidak datang ke pertandinganku’ tukas Woohyun.
‘Ah, baiklah. Aku akan bawakan’ tukas Bora yang berpamitan.
₪
Berpuluh-puluh pasang mata terfokus padanya. Dengan bantuan tongkat, ia berjalan menuju kelasnya. Wooyeon yang membawakan tas Woohyun hanya dapat mengekori adiknya dari belakang. Woohyun memasuki kelasnya. Ia sangat terkejut melihat kelasnya. Semua teman kelasnnya berkumpul dan memberikan sebuah tulisan ‘Welcome back’. Woohyun menatap satu persatu teman-temannya. Seolhyun yang memengang sebuah kue datang menghampiri Woohyun.
‘Ah, aku merasakan banyak cinta meledak di dalam hatiku’ Ucap Woohyun dengan percaya diri.
‘Ya! Ayo kita kembli ke tempat duduk kita’ tukas Hanbin yang membalikan tubuhnya.
‘Aku kira dengan kamu sakit, rasa percaya dirimu akan berkurang’ tukas Hoshi yang membalikan tubuhnya juga.
‘Get well soon’ Tukas Hyungwon dengn datar, ia juga membalika tubuhnya.
‘Kalian memang tidak pernah berubah’ gerutu Woohyun.
‘Ya! Tiuplah lilinnya, aku pegal’ tungkas Seolhyun. Setelah Woohyun meniup lilinnya, teman-teman sekelasnya kembali ketempat duduk mereka masing-masing. Wooyeon membantu Woohyun untuk duduk di bangkunya.
‘Kamu sudah kelas tiga, kenapa masih membaca komik’ tukas Wooyeon yang mengambil komik yang sedang Hoshi baca.
‘Noona, kembalikan’ pinta Hoshi.
‘Tidak akan. Aku akan berada di sini sampai kalian pulang sekolah’ tukas Wooyeon. Gadis itu langsung di tatap oleh murid sekelas.
‘Pulanglah, kamu tidak ada gunanya disini’ komentar Woohyun yang melihat Noonanya.
‘Kami bisa menjaga Woohyun, jadi pulanglah dan tulis novel-novel baru’ tukas Hanbin.
‘Aku tidak percaya dengan kalian’ tukas Wooyeon yang melipat kedua tanganya di dada. Hyungwon mengeluarkan ponselnya dan membidik Wooyeon yang sedang marah-marah. Ia men-upload foto tersebut di twitter dan instagram.
Hyungwon: Noona, terimakasih telah datang ke sekolah kami. Kalian yang tidak punya kegiatan, datanglah ke sekolah ku. Wooyeon Noona akan memberikan kalian tanda tangan gratis serta seminar tentang novelnya yang akan di buat menjadi drama. Love you Noona, semoga harimu indah.
Tak lama Hyungwon mengupload foto tersebut, juniornya mulai bergerumun mendatangai kelas Hyungwon dan meminta tanda tangan Wooyeon. Di bantu Hoshi dan Hanbin, Hyungwon berhasil mengiring Wooyeon keluar dari kelasnya.
‘Ya! Bocah brengsek. Kalian akan merasakan pembalasanku’ teriak Wooyeon ketika ia di sibukan dengan fans-fansnya yang meminta tanda tangan.
‘Apa yang kamu lakukan?’ tanya Woohyun yang tertawa melihat Wooyeon di kerumuni banyak orang.
‘Lihat saja twitter dan instagram. Aku yakin besok ia hanya akan mengantar dan menjemputmu’ ucap Hyungwon yang tertawa terpikal-pilal.
‘Kalian memang kurang kerjaan’ komentar Seolhyun.
‘Ini makan siangmu dan ini tugas yang harus kamu kerjakan. Aku harus ke perpustakaan’ ucap Seolhyun yang memberikan sebuah kotak makan dan beberapa buku ke Woohyun.
‘Belajar yang rajin, yah’ goda Hyungwon.
‘Aku akan kalahkan mu’ Ucap Seolhyun dengan percaya diri.
₪
Langkah kakinya membuat ia sampai di sebuah tempat. Setelah menghubungi staff yang bekerja diperusahaan Ayahnya, ia dapat melakukan sebuah rekaman lagu yang ia ciptaka Sendiri. Selama berhari-hari di rawat di kantor Ayahnya, ia menuliskan sebuah lagu untuk Ayahnya. Setelah melewati banyak pemeriksaan hingga proses pemulihan cideranya, sekarang ia baru berani menginjakan studio rekaman kembali.
‘Annyeonghaseo, Ahjussi’ sapa Woohyun ketika masuk kedalam ruang rekamanan. Setelah mengobrol beberapa saat, Woohyun memasang kamera di ruang rekaman untuk merekam lagu yang akan ia bawakan nanti.
Saat lagu di mulai, Woohyun mulai bernyanyi. Ini pertama kalinya ia bernyanyi sendirian dan membawakan lagu ciptaanya sendiri.
“24 jam mu hanya kamu gunakan untuk memikirkanku untuk membahagiakanku.
Maaf jika tidak sedetikpun dari 24 jam ku yang aku gunakan untuk membahagiakan dirimu.
Maaf jika aku telah membuatmu kecewa
maaf telah membuatmu menangis”
Woohyun menghapus air matanya yang menetes, entah mengapa ia merasa amat bersalah kepada Ayahnya. Ia merasa kalau ia sudah menjadi anak yang tak berguna untuk Ayahnya.
Setelah menyelesaikan remanannya, Woohyun mengunduh video rekamannya ke Channel Youtube lalu berpamitan kepada staff yang membantu proses rekaman lagunya. Ia pulang ke rumahnya.
Sesampainya di depan pagar rumahnya, Woohyun tak langsung masuk kedalam rumahnya, ia duduk di depan tangga sambil memeluk kedua kakinya. Sejak kegagalannya untuk masuk ke sekolah sepak bola dan cidera yang ia alami, ia merasa semakin bersalah kepada Ayahnya. Ia selalu sedih melihat Ayahnya. Tubuh Woohyun mulai bergetar, ada sesuatu yang meledak di dalam hatinya. Air mata yang mengalis tidak cukup untuk mengambarkan betapa Woohyun merasa bersalah kepada Ayahnya. Namun tangan seorang gadis memeluknya dengan erat, Woohyun menangis di pelukan gadis tersebut hingga beberapa orang lainnya juga memeluknya.
‘Aku hanya manusia yang tidak berguna. Aku hanya berharap bisa masuk ke sekolah sepak bola dengan kaki ku yang cidera’ tukas Woohyun dengan air matanya.
‘Ini belum berakhir, kamu masih punya banyak waktu’ tukas Hyungwon yang mengusap pungung Woohyun.
‘Aku tidak punya kata-kata apapun yang ingin aku katakana, tapi aku memiliki rasa sepertimu. Aku selalu terbebani ketika melihat Ibu dan Ayahku pulang dengan wajah lelah. Aku ingin menangis. Demi aku dan kedua kakak kembarku, mereka berani melakukan apapun kepada dunia agar kami bahagia’ Tukas Hoshi yang mengingat wajah Ayah dan Ibunya. Mereka saling melepaskan pelukan mereka, mereka saling menatap satu sama yang lainnya.
‘Aku sangat sakit hati ketika keluarga ku di hina oleh Ibu Eunha, namun aku merasa kalau lebih baik Ayahku menjadi seorang manager sebuah bank daripada Ayahku menjadi seorang pelaut yang pulang membawa uang banyak. Aku sering menjual hasil fotoku agar aku dapat membeli barang yang sama dengan teman-teman yang aku miliki, agar aku juga dapat membelikan kedua orang tuaku barang mewah dengan uangku sendiri’ tukas Hanbin.
‘Kini aku tahu mengapa banyak orang begitu mencintai kalian’ Tungkas Seolhyun yang menatap ke empat laki-laki itu satu persatu. Membuat ia di peluk oleh ke empat laki-laki yang ada di hadapannya.
‘Selamat datang di pertemanan kami’ ucap Hoshi dengan gembira.
‘Akhirnya kita menanmbah satu lagi sahabat’ tukas Hanbis yang mengacak-acak rambut Seolhyun. Mereka melepaskan pelukan mereka.
‘Ini untukmu’ Hyungwon memberikan lipstick yang ia beli beberapa minggu lalu.
‘Woo…’ tukas Woohyun ketika melihat Seolhyun menerima lipstick yang di berikan Hyungwon.
‘Kenapa bibirmu tidak merah lagi?’ tanya Hoshi ketika melihat bibir Hyungwon.
‘Hentikan untuk memakai lipstick yang mengeluarkan efek pucat pada bibirmu’ komentar Hanbin yang membuat Hyungwon menghapus lipstick yang ia pakai.
‘Bersyukurlah dengan dirimu’ tukas Woohyun yang berjalan membuka pintu pagar rumahnya dan masuk kedalam rumah. Ia meninggalkan ke empat temannya di depan rumahnya.
₪