home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Jika Kamu Tau

Jika Kamu Tau

Share:
Author : Maisaveron
Published : 14 Feb 2016, Updated : 20 Jul 2019
Cast : Nam Woohyun, Kim Hanbin, Hoshi, Hyungwon, Seolhyun, Bora, Eunha
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |8553 Views |0 Loves
Jika Kamu Tau
CHAPTER 9 : Bosan (Ep 10)

Jam dinding terus berbunyi, detik demi detik. Sebagian siswa telah pulang dari perpustakaan. Jarum jam menunjukan pukul 9 malam, Seolhyun merapihkan buku – buku di atas meja dan berniat untuk pulang kerumah. Ia butuh istirahat sejenak. Seolhyun memakain jaketnya dan berjalan keluar dari perpustakaan.

‘Sudah selesai?’ Sapa Woo Hyun ketika melihat Seol Hyun keluar dari perpustakaan. Laki – laki itu tersenyum menatap Seol Hyun.

‘Sedang apa kamu disini?’ Tanya Seol Hyun yang turun dari tangga dan menghampiri Woohyun.

‘Menjumput kamu, sini tasnya aku bawakan’ Ucap Woo Hyun yang mengambil tas ransel Seol Hyun.

Mereka jalan berdampingan menuju halte bus.

‘Mulai hari ini aku akan menjemput kamu’ Woo Hyun menengok kearah Seol Hyun, gadis itu terdiam dengan ucapan Woo Hyun.

‘Seorang gadis cantik tidak baik pulang sendirian’ ucap Woo Hyun yang di selingin tawa.

‘Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri’ tolak Seol Hyun.

‘Kamu memang dingin!’ tukas Woo Hyun yang pura – pura marah. Ia berjalan selangkah lebih cepat dari Seol Hyun. Mereka berdua menunggu bus di halte Bus. Setelah sekitar 10 menit meninggu, bus yang mereka tunggu akhirnya datang. Woo Hyun dan Seol Hyun memilih kursi favorite mereka — kursi paling belakang.

‘Bagaimana dengan latihan vocal bersama Bora Eonnie?’ Tanya Seol Hyun. Woo Hyun menarik nafas mendengar pertanyaan Seol Hyun.

‘Kalau bukan karena Ayah ku, mungkin aku tidak akan pernah mau. Jadi musisi bukan mimpiki dan bukan hal yang aku sukai. Latihan vocal lebih membosankan dari pelajaran matematika’ Seol Hyun tertawa mendengar perkataan Woo Hyun.

‘Aku sudah mengambar banyak sekali baju yang nantinya akan kalian pakai untuk pemotretan dan syuting video. Semoga kalian suka’ ucap Seol Hyun dengan senyuman.

‘Kami semua pasti akan suka semua rancanganmu’ puji Woo Hyun.

Suara sepatu yang beradu dengan anak tangga mendominasi ruangangan ini. Laki – laki berwajah cantik dan bertubuh tinggi itu berjalan menuju kamar seseorang.

‘Noona, maukah kamu menemani aku untuk jalan – jalan?’ tanya Hyungwon yang membuka pintu kamar Wooyeon.

‘Mau kemana kita?’ tanya Wooyeon.

‘Ck. Ayolah ikut saja’ ucap Hyungwon.

‘Baiklah, aku ganti pakaian terlebih dahulu’ ucap Wooyeon yang beranjak dari tempat tidurnya. Hyungwon menutup pintu kamar Wooyeon dan menunggunya di ruang tamu.

‘Ayo kita pergi’ ajak Wooyeon ketika ia menuruni anak tangga. Hyungwon pun langsung berdiri ketika melihat Wooyeon telah siap.

Wooyeon menekan tombol alarm mobilnya.

Noona, ayo kita jalan tanpa mobil’ ajak Hyungwon yang merangkul tangan Wooyeon.

‘Aku sedang malas naik bus. Ayo, naik mobil saja. Aku yang akan menyetir’ ucap Wooyeon yang menarik tanganya.

‘Ah, Ayo kita pergi’ Hyungwon menarik tangan Wooyeon untuk berjalan. Gadis itu tidak dapat menolak.

Mereka berdua berjalan sejajar, Wooyeon melihat sebuah persimpangan tak jauh dari rumahnya. Simpangan yang penuh kenangan antara dirinya dan mantan kekasihnya.

‘Noona..’ panggil Hyungwon yang melihat kebelakang ketika ia menyadari kalau Wooyeon tak lagi berjalan di sampingnya. Gadis itu ada beberapa langkah di belakang Hyungwon.

‘Oh, iya’ ucap Wooyeon yang berjalan lebih cepat untuk menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki Hyungwon.

‘Kita mau kemana?’ tanya Wooyeon ketika naik bus bersama Hyungwon.

‘Sebenarnya aku sedang bosan di rumah, aku ingin berjalan – jalan sejenak. Teman – temanku sedang sibuk belajar dan aku kira aku bisa ajak Noona untuk berjalan – jalan’ jelas Hyungwon.

‘Dasar anak pintar, kamu jalan – jalan ketika teman – teman mu sibuk belajar’ ledek Wooyeon.

‘kalau sekali – kali masih di maafkan’ ucap Woohyun.

‘Bagaimana dengan Noona mu?’ kapan ia akan pulang?’ tanya Wooyeon. Hyungwon berdehem, ia tak menyangka kalau Wooyeon akan menanyakan hal ini.

‘Mungkin akhir tahun’ ucap Hyungwon dengan singkat.

‘Aku ingin berkenalan dengannya’ ucap Wooyeon.

‘Noona, apa kamu membawa kacamata? Sepertinya sudah banyak yang memperhatikan kita’ ucap Hyungwon yang melihat sekeliling. Beberapa orang mengambil gambar mereka berdua tanpa izin.

‘Sudah aku katakana tadi, kenapa kita tidak naik mobil saja’ Wooyeon ngedumel dengan suara kecil. Hyungwon hanya menangapi ocehan Wooyeon dengan tawa kecil. Wooyeon memberikan masker dan kaca mata ke Hyungwon.

Bus yang Hyungwon dan Wooyeon tumpangi sampai di halte tujuan mereka.

‘Ah, rasanya nikat sekali jalan – jalan di saat musim panas’ ucap Wooyeon yang melentangkan kedua tanganya ketika turun dari bus.

‘Ayo kita jalan’ ajak Hyungwon yang berjalan mendahului Wooyeon.

‘Tunggu aku’ ucap Wooyeon dengan nada sedikit lebih tinggi. Ia harus berjalan lebih cepat untuk mengejar langkah kaki Hyungwon yang besar – besar.

‘Au…’ Hyungwon menengok kebelakang ketika mendengar Wooyeon teriak kesakitan. Gadis itu baru saja di tabrak oleh seseorang berbadan gembul yang sedang berjalan terburu – buru. Tanpa meminta maaf, orang itu hanya berlari kecil tanpa menengok ke belakang.

‘Noona..’ ucap Hyungwon. Ia langsung berjalan untuk membantu Wooyeon bangun.

‘Kamu tidak apa – apa?’ Wooyeon sibuk mengusap – usap luturnya. Ia tak mendengarkan perkataan Hyungwon.

‘Tidak ada yang luka’ ucap Hyungwon yang memeriksa lutut Wooyeon.

‘Kalau jalan jangan cepat – cepat. Aku tidak bisa berjalan cepat sepertimu’ ucap Wooyeon yang memukul Hyungwon.

Hyungwon malah mengengam tangan Wooyeon lembut, ia melempar sebuah senyuman untuk Wooyeon.

‘sebagai permintaan maaf, ini tak akan aku lepas hingga kita pulang’ ucap Hyungwon yang mengangat tanga Wooyeon yang sedang ia genggam.

Hyunwon mengajak Wooyeon untuk berjalan, kini langkah kakinya tidak secepat tadi. Mereka berdua berlajan menuju sebuah café yang terkenal di kawasan ini.

Seorang pelayan dengan baju seragam berwarna coklat mengantarkan dua minuman dan makanan ke meja nomer 10. Pelayan itu meletakan kentang goreng dengan bumbum balado di tengah meja. Ia juga meletakan segelas mochachino sweet cream dan square strawberry di meja tersebut.

‘Bagaimana dengan naska drama yang kamu tulis?’ tanya Hyungwon.

‘Sejauh ini lancar, minggu depan kami akan mengadakan pembacaan naska pertama. Jika tidak ada halangan, mungkin saja drama ini memiliki 16 episode. Tapi aku tidak begitu yakin’ Ucap Wooyeon setelah menyedot square strawberry miliknya.

‘Kenapa tidak yakin?’ tanya Hyungwon.

‘Iya, jika drama ini bagus. Pasti penonton dan pihak produksi minta untuk menambah 4 episode lagi, agar rating tetap bagus’ ucap Wooyeon.

‘Ini drama pertama mu kan?’ tanya Hyungwon dan gadis di depanya hanya menagngguk.

‘Semangatlah’ tukas Hyungwon dengan semangat.

‘Iya, aku akan semangat. Aku telah menulis dua versi naska. 5 episode pertama memiliki alur cerita yang sama. Tapi setelahnya ada perbedaan. Jika di lima episode pertama ratingnya sudah mencapa 23%, mungkin aku akan pakai naska 20 episode selanjutnya’ jelas Wooyeon.

‘Apa semuanya sudah tau?’ tanya Hyungwon.

‘Sudah, dan kami setuju akan hal itu’ ucap Wooyeon.

‘Bagaimana dengan Honey? Apakah kalian benar akan debut dengan nama Honey? Aku rasa itu bukan nama yang pas untuk kalian’ komentar Wooyeon.

Hyungwon membetulkan posisi duduknya dan berdehem.

‘Kami hanya membantu Bora Noona. Sejauh ini perkembanganya cukup bagus. Konsep album dan movie video sudah selesai, lalu desain baju telah jadi. Lagu nya juga telah jadi. Kalau tidak ada halangan, minggu depan kami akan pemotretan. Ahhhh….’ Terdengar keluhan di ujung ucapan Hyungwon.

‘Kenapa?’ tanya Wooyeon.

‘Semoga ini cepat selesai, sebenarnya project ini menganggu waktu kami. Kami tidak memiliki waktu belajar yang banyak seperti biasanya, kami juga harus lebih giat latihan di agensi tempat Ayah Noona bekerja’ keluh Hyungwon.

‘Jadi selebritis memang tidak mudah, kalian harus terlihat sempurna di depan siapapun’ ucap Wooyeon.

‘Pantas saja Noona suka dengan selebritis’ ledek Hyungwon. Wooyeon memasang wajah datar.

‘Kami sudah putus’ Hyungwon menundukan kepala mendengarnya.

‘Ah.. tidak apa – apa. Kamu pasti dapatkan yang lebih baik’ ucap Hyungwon yang menepuk punggung tangan Wooyeon.

‘Aku rasa aku tidak akan pacaran dengan artis. Itu menyebalkan’ gerutu Wooyeon yang melipat kedua tangannya di atas dada.

‘Bukannya menjadi pacar selebritis enak? Kamu bia ikutan terkenal’ mendengar ucapan Hyungwon, Wooyeon melayangnya pukurlan ke kepala Hyungwon.

‘Ayahku juga terkenal! Siapa yang tak kenal dengan Nam Kyu — pencipta lagu. Siapa juga yang tidak kenal dengan Ibu ku Kim Dae Min — pramugari usia 40an yang berwajah 20an. Dan sebenarnya aku malas mengucapkan ini. Siapa yang tidak kenal dengan Nam Woo Hyun, seorang atlit cilik yang kemarin habis cidera’ ucap Wooyeon dengan wajah sedikit kesal. Hyungwon menangapinya dengan tawa.

‘Lalu siapa yang tidak kenal dengan Nam Woo Yeon? Ia penulis yang sangat terkenal. Mantan kekasih Park Bo Geum’ ledek Hyungwon. Laki – laki itu tertawa puas.

‘Ayo kita keluar dari café ini, sebelum kau aku pukul’ Ucap Wooyeon yang mengepalkan tanganya. Mereka pergi dari café tersebut.

 

Matahari yang terik telah di gantikan dengan langit gelap bertabur bintang. Wooyeon dan Hyungwon masih bersama. Setelah seharian ini mereka ke café, nonton film di bioskop dan berbelanja sejenak — sekarang mereka duduk di kedai makan dekat rumah mereka. Wooyeon memesan sebotol soju. Sedangkan Hyungwon hanya memakan kue beras.

Wooyeon menuangkan soju ke dalam gelas kecil dan menengaknya.

‘Ah…’ ucap Wooyeon setelah menengak soju miliknya.

‘Soju lebih nikmat dari square strawberry’ ucap Wooyeon.

‘Jika kamu mabuk, aku tidak akan mengendongmu untuk pulang’ ucap Hyungwon.

‘Itu tidak mungkin, aku tau kalau kamu adalah orang yang mengendongku ke rumah tempo lalu’ ucap Wooyeon yang membuat Hyungwon terdiam.

‘Aku tak sengaja mengangkat telepon darimu pada malam itu’ gumam Hyungwon. Wooyeon sudah mulai mabuk.

‘Ah.. aku tidak perduli. Setidaknya kamu lebih baik dari laki – laki brengsek itu’ ucap Wooyeon yang terus menengak segelas Soju.

‘Hentikan Noona, kamu telah mabuk’ ucap Hyungwon yang menjauhkan botol soju dari hadapan Wooyeon.

‘Aku hanya ingin minum sekali ini saja, tolong izinkan’ ucap Wooyeon dengan suara pelan.

‘Kamu pikir mudah pacaran dengan seorang artis, aku hanya diam saja ketika ia selingkuh. Setidaknya ia bersikap baik kepadaku, mungkin aku tidak akan menangis saat minta maaf kepada orang tuaku. Mungkin juga aku tidak akan menyesal telah berpacaran dengannya’ Wooyeon telah kehilangan kesadarannya.

‘Kamu tau? Aku telah minta ke produser untuk menganti perannya dengan actor lainnya. Sial! Ia begitu cocok dengan karater yang aku buat’ ucap Wooyeon yang memukul – mukul meja.

‘Noona, kamu telah mabuk. Ayo kita pulang’ ucap Hyungwon yang menarik tangan Wooyeon.

‘ Hyungwon-i. Kamu jangan terlalu baik denganku, aku bisa saja naksir kamu jika kamu terus begini’ ucap Wooyeon. Hyungwon hanya menelan air liurnya.

‘Baiklah, aku tidak akan terlewat baik denganmu. Sekarang kita pulang yah’ ucap Hyungwon yang mengedong Wooyeon. Hyungwon mengendong Wooyeon hingga rumahnya. Sepanjang jalan, Wooyeon hanya mengoceh tak jelas. Tapi Hyungwon suka mendengarnya.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK